Wall Street Terbelah Soal Imigrasi sebagai Penyebab Perlambatan Perekrutan di AS

Para ekonom Wall Street tidak setuju tentang penyebab perlambatan tajam pertumbuhan lapangan kerja di AS. Perbedaan pendapat ini penting bagi masa depan ekonomi.

Sebagian berpendapat bahwa penurunan perekrutan terjadi karena jumlah pekerja menurun, sebagian akibat kebijakan imigrasi ketat Presiden Donald Trump. Yang lain percaya ini lebih disebabkan oleh menurunnya permintaan tenaga kerja—yang lebih mengkhawatirkan.

Perbedaan ini krusial. Jika sulit menemukan pekerja adalah faktor utamanya, tren perekrutan rendah tidak berarti akan ada banyak PHK, dan Federal Reserve bisa tetap menaikkan suku bunga. Tapi jika perlambatan terjadi karena permintaan tenaga kerja turun, bank sentral harus turun tangan.

“Pertanyaannya adalah, apakah ini efek imigrasi atau memang permintaan yang melemah?” kata Veronica Clark, ekonom Citigroup Inc. “Mungkin ada pengaruh imigrasi, tapi data juga menunjukkan permintaan yang semakin lemah.”

Laporan pekerjaan terakhir dari Biro Statistik Tenaga Kerja (BLS), dirilis 1 Agustus, mengejutkan pasar karena angka perekrutan bulan Juli rendah dan revisi dua bulan sebelumnya turun drastis. Trump bahkan memecat kepala BLS, menuduh tanpa bukti bahwa data dimanipulasi untuk menjatuhkannya.

Revisi ini membuat rata-rata pertumbuhan lapangan kerja hanya 35.000 dalam tiga bulan terakhir—yang terendah sejak 2020. Tingkat pengangguran naik tipis ke 4,2% di Juli, tapi masih stabil dibandingkan setahun terakhir.

Analis menghabiskan banyak waktu untuk menganalisis laporan ini. Kebijakan perdagangan dan imigrasi Trump yang berubah drastis tahun ini membuat membaca pasar tenaga kerja semakin sulit, sekaligus meningkatkan risiko bagi pertumbuhan ekonomi.

Pertanyaan utamanya adalah dampak imigrasi yang berkurang. Dua hari sebelum laporan dirilis, Ketua Fed Jerome Powell mengatakan Fed akan mengabaikan perlambatan perekrutan asalkan pengangguran tidak naik. Bahkan, ia menyebut “tingkat breakeven” bisa turun hingga nol karena imigrasi.

MEMBACA  Kementerian Kesehatan Menyebut Air Minum sebagai Landasan Menuju Indonesia Emas 2045

Pendapat Powell dan laporan pekerjaan membagi Wall Street jadi dua kubu. Banyak ekonom—termasuk dari Morgan Stanley, Barclays, dan Bank of America—mengatakan perlambatan lebih karena kurangnya pasokan pekerja, memprediksi Fed baru akan turunkan suku bunga Desember.

Sementara ekonom lain—seperti dari Goldman Sachs, Citigroup, dan UBS—menganggap penurunan perekrutan sebagai tanda permintaan tenaga kerja lemah, memaksa Fed turunkan suku bunga September.

“Pertumbuhan lapangan kerja lambat tapi pengangguran rendah bisa dipahami jika efek kontrol imigrasi diperhitungkan,” tulis ekonom Morgan Stanley. Tapi, mereka menambahkan, “pandangan kami bisa berubah jika perekrutan terus melambat.”

Kedua kubu menggunakan data berbeda untuk analisis mereka. Masalahnya, laporan pekerjaan tidak bisa menjawab mana yang benar.

Kebijakan Imigrasi

Laporan itu mencakup data pekerja asing dan lokal berdasarkan survei rumah tangga. Angkanya menunjukkan tenaga kerja asing turun sekitar satu juta dalam tiga bulan terakhir—angka yang dipuji pemerintahan Trump sebagai keberhasilan kebijakan imigrasi.

“Presiden menciptakan 2,5 juta lapangan kerja untuk warga AS, sementara satu juta pekerjaan untuk pekerja asing hilang,” kata Stephen Miran, Ketua Dewan Penasihat Ekonomi Gedung Putih, dalam wawancara CNN.

Tapi banyak analis, termasuk Bloomberg Economics, meragukan penurunan ini, menyebutnya lebih karena metodologi survei. Mereka mencatat kenaikan tiba-tiba jumlah pekerja lokal yang tidak masuk akal.

“Ini bukan karena tiba-tiba banyak anak usia 16 tahun lahir,” kata Jonathan Pingle, ekonom utama UBS.

Karena data demografi survei rumah tangga diragukan, analis lebih fokus pada survei bisnis—yang mengalami revisi besar untuk Mei dan Juni. Mereka mencoba mengevaluasi industri yang paling bergantung pada pekerja imigran.

Ekonom Bank of America melihat perekrutan lemah di konstruksi, manufaktur, dan pariwisata—sektor yang banyak mempekerjakan imigran. Sementara Goldman Sachs mencatat industri bergantung imigran tidak tumbuh lebih lambat dibanding yang terkena tarif.

MEMBACA  Sejarah rahasia pemimpin baru Suriah, Ahmed al-Sharaa

Tingkat partisipasi tenaga kerja turun 0,4% dalam tiga bulan terakhir—penurunan terbesar dalam delapan tahun di luar masa pandemi.

Bagi yang menganggap imigrasi sebagai penyebab perlambatan, turunnya partisipasi menunjukkan pasokan menipis. Tapi Clark dari Citi mengatakan permintaan yang lemah juga bisa jadi faktor.

“Keduanya—imigrasi lambat dan permintaan rendah—bisa mengurangi pasokan tenaga kerja,” kata Clark. “Tapi jika permintaan terlalu lemah, pengangguran tetap akan naik.”