Dapatkan info terbaru dengan update gratis
Cukup daftar untuk War in Ukraine myFT Digest — dikirim langsung ke email kamu.
Ukraina dan Rusia bertemu di Istanbul hari Senin untuk bertukar memorandum tentang kemungkinan gencatan senjata untuk mengakhiri perang Vladimir Putin yang sudah berjalan tiga tahun, meskipun masih ada perbedaan besar antara kedua pihak.
Delegasi dari Kyiv dan Moskow bertemu di Istana Çırağan di Bosphorus untuk putaran kedua perundingan yang difasilitasi Turki dan AS, setelah proses perdamaian dimulai lagi bulan lalu untuk pertama kalinya sejak awal konflik.
Hakan Fidan, menteri luar negeri Turki, bilang kedua pihak rencananya akan bahas gencatan senjata, pertemuan potensial antara presiden Rusia dan presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, serta pertukaran tahanan.
Tapi kedua delegasi tidak bersalaman dan hampir tidak ada tanda-tanda kemajuan dalam kesepakatan apa pun, karena Putin tetap tidak mau mengubah tuntutan maksimalnya.
Setelah pertemuan, pejabat Ukraina bilang tidak ada kemajuan besar, "hanya langkah kecil seperti yang kita duga." Pejabat itu nambahin, "Sepertinya mereka cuma buat gambar diplomasi untuk Trump."
Keras kepala Rusia bikin presiden AS frustasi, yang sebelumnya sombong bilang bisa selesaikan konflik di hari pertama dia menjabat dan pikir hubungan dekatnya dengan Putin bisa bantu buat kesepakatan.
Alih-alih, Rusia tolak rencana perdamaian AS yang punya 22 poin dan tetap pada tuntutannya, bikin Trump usul AS akan mundur dari proses perdamaian setelah putaran pertama pembicaraan bulan Mei.
Minggu lalu, Ukraina lakukan operasi militer paling berani dalam perang ini, serang puluhan pesawat Rusia di empat pangkalan udara, bahkan sampai Siberia timur yang jauh dari garis depan.
Serangan itu terjadi beberapa jam setelah Rusia luncurkan serangan drone terbesar sejak 2022, menyerang kota Kyiv, Kharkiv, dan Zaporizhzhia dengan 472 drone.
Delegasi Ukraina, dipimpin menteri pertahanan Rustem Umerov, keluarkan memorandum sebelum pertemuan hari Senin yang usulkan gencatan senjata penuh tanpa syarat, jaminan keamanan dan integritas wilayah Ukraina, serta langkah-langkah membangun kepercayaan sebagai dasar perjanjian damai.
Rusia menolak publikasikan memorandumnya atau berikan ke Ukraina sebelum pembicaraan.
Pernyataan Vladimir Medinsky, penasihat Putin yang pimpin delegasi Rusia, dan pejabat Kremlin lainnya dalam beberapa minggu setelah pertemuan pertama tunjukkan Moskow tidak mau mundur dari tuntutan untuk selesaikan "akar masalah" konflik.
Putin sebelumnya minta Ukraina tarik mundur dari empat wilayah yang sebagian dikontrol Rusia — Donetsk, Luhansk, Kherson, dan Zaporizhzhia — batasi angkatan bersenjatanya, dan janji tidak akan gabung NATO.
Rekomendasi
Di putaran pertama pembicaraan, Medinsky bikin tuntutan teritorial yang pejabat Ukraina sebut "tidak bisa diterima" dan ancam Rusia akan kuasai lebih banyak wilayah jika syaratnya tidak dipenuhi.
Menteri luar negeri Rusia Sergey Lavrov juga bilang setelah putaran pertama pembicaraan bahwa Moskow mau Kyiv lindungi penutur bahasa Rusia di negaranya dan batalkan banyak undang-undang yang dibuat di masa pemerintahan Zelenskyy.
Ukraina bilang syarat-syarat itu sama saja dengan menyerah dan akhir keberadaannya sebagai negara merdeka.
Rusia juga anggap kecil kemungkinan pertemuan langsung antara Putin, Zelenskyy, dan Trump, bilang pertemuan seperti itu cuma bisa direncanakan setelah ada hasil di pembicaraan Istanbul.