MILAN (AP) — Penjualan barang mewah global “melambat tapi tidak runtuh,” menurut studi konsultan Bain & Co. yang dirilis Kamis.
Penjualan barang mewah yang turun jadi 364 miliar euro ($419 miliar) di 2024 diperkirakan bakal turun lagi 2% sampai 5% tahun ini, kata studi itu. Ini karena ancaman tarif AS dan ketegangan geopolitik yang bikin ekonomi melambat.
“Tapi, tetap positif di masa sulit — dengan tiga perang, ekonomi melambat, ketimpangan maksimal — pasar tidak kolaps,” kata Claudia D’Arpizio, mitra Bain dan penulis studi. “Ini melambat, tapi tidak runtuh.”
Selain masalah eksternal, merek mewah juga kehilangan konsumen karena krisis kreativitas dan kenaikan harga tajam, kata Bain. Pembeli juga jera setelah investigasi di Italia ungkap kondisi buruk di pabrik pembuat tas mewah.
Penjualan anjlok tajam di pasar besar AS dan China, menurut studi. Di AS, tarif bikin konsumen ragu-ragu. China alami enam kuartal kontraksi karena kepercayaan konsumen rendah.
Tapi Timur Tengah, Amerika Latin, dan Asia Tenggara tumbuh. Eropa stabil.
Ada perbedaan jelas antara merek yang tetap kuat seperti Grup Prada (pendapatan naik 13% jadi 1,34 miliar euro) dan merek seperti Gucci (pendapatan turun 24% jadi 1,6 miliar euro).
Pemilik Gucci, Kering, baru pekerjakan mantan CEO Renault, Luca De Meo, untuk perbaikan. Tiga mereknya — Gucci, Balenciaga, Bottega Veneta — juga luncurkan direktur kreatif baru.
Saham Kering naik 12% setelah pengumuman ini. D’Arpizio soroti rekam jejak De Meo yang bikin Renault untung lagi dan pengalaman di Volkswagen serta Fiat.
“Faktor-faktor ini cocok untuk pasar mewah yang butuh pertumbuhan tapi juga efisiensi biaya dan perbaikan merek,” katanya.
Merek juga berubah untuk antisipasi tarif AS, seperti kirim langsung dari pabrik (bukan gudang) dan kurangi stok di toko.
“Isi saluran distribusi tidak masuk akal saat ada perubahan estetika,” kata D’Arpizio.
Tapi banyak tantangan di luar kendali perusahaan.
“Banyak aspek negatif tidak akan berubah cepat. Yang bisa berubah cuma kejelasan tarif, tapi perang atau ketidakstabilan politik tidak akan selesai dalam bulanan,” ujarnya. Kepercayaan konsumen mewah lebih terkait tren pasar saham daripada geopolitik.
Presiden asosiasi merek mewah Italia Altagamma, Matteo Lunelli, tekankan bahwa sektor ini tumbuh 28% dari 2019-2024, “jauh di atas level pra-pandemi.”
Meski sensitif terhadap gejolak global, belanja mewah biasanya cepat pulih karena pasar baru dan permintaan tertahan.
Krisis finansial 2008-2009 jatuhkan penjualan pakaian, tas, dan sepatu mewah dari 161 miliar euro jadi 147 miliar euro dalam dua tahun. Tapi pasar pulih 14% di 2010 berkat China. Begitu juga setelah pandemi, penjualan turun 21% tapi lalu mencetak rekor baru.