Pedagang bekerja di lantai Bursa Efek New York (NYSE). Spencer Platt/Getty Images
Mike Wilson bilang, dampak tarif bakal lebih terasa dalam bulan-bulan mendatang.
CIO Morgan Stanley memprediksi tiga akibat dari tarif yang mungkin muncul di kuartal ini.
Menurut Wilson, saham bisa terganggu gara-gara investor nunggu ada kesepakatan perdagangan nyata.
Pejabat investasi utama Morgan Stanley bilang investor udah mulai capek sama drama perdagangan. Dia ngasi peringatan kalo efek negatif tarif bakal mulai keliatan di perusahaan dan pasar.
Mike Wilson, strategis ekuitas AS di Morgan Stanley, bilang dia lihat banyak akibat dari tarif yang diumumin Presiden Donald Trump. Efeknya mungkin udh mulai terasa di kuartal ketiga.
Sejauh ini investor masih cukup tenang, meski Trump nambahin perang dagang. Presiden umumkan tarif baru buat lebih dari 20 negara pekan ini, plus tarif 50% buat impor tembaga, dan nunda deadline awalnya ke 1 Agustus.
“Gw bakal bilang, ‘Nih kita mulai lagi,'” kata Wilson ke Bloomberg soal pengumuman tarif terbaru.
Ini yang Wilson prediksi bakal terjadi:
Investor udah tau gaya negosiasi tarif Trump setelah lihat dia berubah-ubah kebijakan dagang pas Hari Kemerdekaan, kata Wilson.
“Ya ini gaya Presiden Trump. Dia keras, terus… ya gak mundur sepenuhnya, tapi bolak-balik gitu,” ujar Wilson.
Tapi pedagang yang pengen liat kesepakatan perdagangan nyata mungkin bakal capek sama drama ini, kata Wilson. Trump — yang timnya pernah ngomong soal 90 kesepakatan dagang dalem 90 hari — belum banyak bikin deal sama mitra dagang.
“Itu gak bakal bertahan selamanya. Akhirnya kita harus dapet beberapa kesepakatan,” kata Wilson. “Akan ada titik kelelahan, begitulah cara gw ngeliatnya.”
Perusahaan sejauh ini terhindar dari efek tarif, berkat persediaan yang udah ada buat jual produk ke konsumen. Tapi itu bisa berubah dalam beberapa bulan ke depan, kata Wilson.
Perusahaan kecil bisa lebih kena dampak pas musim laporan kuartal ketiga, tambahnya, karena mereka gak punya kuasa harga buat ngebalikin biaya tarif ke konsumen.
“Efeknya belum sampai ke harga atau margin. Tapi kita pikir itu mulai berubah di kuartal ketiga, dan itu bisa jadi pemicu, karena saham bakal bereaksi kalo margin terganggu,” tambah dia.
Inflasi juga mungkin mulai naik di kuartal ketiga saat tarif akhirnya pengaruh ekonomi, spekulasi Wilson.
Tarif umumnya dianggap bisa naikin inflasi, karena perusahaan bisa naikin harga buat nutup biaya bea masuk.
Itu juga bisa nunda ekspektasi pasar soal pemotongan suku bunga, karena Fed bakal pertahankan suku tinggi kalo inflasi naik.
“Mungkin bakal ada lonjakan inflasi, yang bikin Fed jadi lebih hawkish, dan pasar pasti bakal peduli sama itu,” tambah Wilson.
Baca artikel aslinya di Business Insider.