Banyak grup hotel besar sebenarnya tidak punya hotel mereka sendiri. Contohnya, ketika kamu menginap di Marriott atau Hilton, gedungnya sering dimiliki orang lain—biasanya developer—sementara perusahaan hotel itu mengelola operasinya.
Tapi tidak begitu dengan Shangri-La Hotel and Resorts. Perusahaan ini didirikan oleh pengusaha Malaysia Robert Kuok pada 1971 dan sekarang dipimpin oleh putrinya, Kuok Hui Kwong. Rantai ini mengoperasikan lebih dari 100 properti di seluruh dunia, dan lebih dari 80 di antaranya dimiliki langsung oleh Shangri-La.
Kuok Hui Kwong menjelaskan mengapa ayahnya memilih model yang berat aset ini. "Tidak ada orang lain yang melakukannya. Harga tanah sangat terjangkau, dan saya mengambil risiko," ujarnya menirukan sang ayah.
Jaringan hotel Shangri-La berawal di Asia, dimulai dari hotel pertamanya di Singapura. Sekitar 80% hotel mereka masih berbasis di kawasan Asia-Pasifik.
Kuok mengatakan kesuksesan perusahaan berasal dari prinsip inti keramahan Asia. "[Keramahan Asia] bukan tentang taplak meja putih, bukan tentang tempat lilin perak—tapi tentang kehangatan dan perhatian terhadap detail," katanya.
Pertumbuhan ekonomi Asia yang pesat juga berarti lebih banyak tamu hotel mewah dari kawasan ini, menurut Kuok. "Sebagian besar tamu kami sekarang bukan hanya orang yang datang dari Amerika Utara atau Eropa—mereka datang dari kawasan [Asia] ini," ia menambahkan.
Ada 56 properti Shangri-La di Tiongkok daratan, yang disebut Kuok sebagai salah satu ekonomi dengan evolusi tercepat di dunia. Namun, perusahaan perlu beradaptasi dan tangguh untuk tetap unggul dalam perubahan ekonomi yang konstan, tambahnya.
Sebagai contoh, untuk melayani kelas menengah Tiongkok yang tumbuh pesat, Shangri-La membuka hotel dua merek di Hongqiao. Pengembangannya memiliki dua merek—merek mewah "Shangri-La" untuk pelancong bisnis yang lebih teliti, dan Traders Hotel untuk wisatawan yang lebih memperhatikan harga.
"Dengan model fleksibel seperti ini, kami bisa bersaing di pasar yang punya banyak permintaan. Kami baru saja diluncurkan dan sudah melihat tingkat okupansi yang sangat, sangat optimis," kata Kuok.
Menurut sebuah laporan dari pariwisata PBB, pariwisata internasional bangkit ke level pra-COVID pada tahun 2024.
Namun di beberapa pasar, seperti Hong Kong, pengeluaran pariwisata masih rendah karena traveler memilih pengalaman daripada belanja mahal dan hotel mewah.
"Konsumen hospitality mewah tidak lagi mencari kemewahan tradisional. Mereka mencari pengalaman yang memberi mereka rasa nyaman," jelas Kuok. Mereka juga ingin terhubung dengan hal-hal yang terasa autentik.
Shangri-La melaporkan kenaikan pendapatan 0.7% untuk paruh pertama tahun 2025. Tetapi, profit turun hampir 40%. Saham Shangri-La turun sekitar 13% sejauh ini tahun ini.
‘Untuk Berusaha’
Kuok, yang ada di peringkat 36 daftar Wanita Paling Berpengaruh Asia tahun ini, menyebut ayahnya sebagai sumber inspirasinya dalam bisnis.
Dia mengatakan frasa dalam bahasa China, fen dou—yang artinya ‘untuk berusaha’—adalah prinsip panduannya. "Itu adalah pengakuan bahwa tidak ada yang mudah, tapi kamu harus berkomitmen penuh dan tidak pernah menyerah," kata Kuok.
"Bagi saya, saya merasa sangat, sangat beruntung karena tumbuh dengan guru yang hebat."