Maskapai di seluruh dunia melaporkan kenaikan bisnis karena turis mulai bepergian lagi. Maskapai mendapat untung bersih $32.4 miliar tahun lalu, naik 18% dari tahun sebelumnya, dengan jumlah penumpang mencapai rekor baru 4.8 miliar.
Di Asia Tenggara, maskapai seperti VietJet, Thai Airways, dan Garuda Indonesia mencatat pertumbuhan pendapatan dua digit tahun lalu. Tapi performa paling mengejutkan bukan dari maskapai, tapi perusahaan di darat.
SATS dari Singapura, yang menyediakan berbagai layanan termasuk persiapan makanan, penanganan kargo, dan layanan penumpang, melipatgandakan pendapatannya di 2024. Ini membuat SATS naik ke peringkat 93, melompat 134 peringkat, di daftar Southeast Asia 500 tahun ini. Pendapatan SATS sekarang $3.8 miliar. SATS adalah perusahaan yang paling cepat naik di daftar ini, kecuali pendatang baru.
Banyak dari pertumbuhan SATS datang setelah akuisisi Worldwide Flight Services (WFS), penyedia logistik kargo udara global. SATS membeli perusahaan seharga 1.3 miliar euro ($1.5 miliar) di deal yang diumumkan awal 2023.
Akuisisi WFS membuat SATS, yang awalnya fokus di Asia, jadi pemain internasional. WFS adalah perusahaan penanganan kargo terbesar dunia dan besar di Eropa dan Amerika.
Gabungan SATS-WFS sekarang menjangkau lebih dari 215 lokasi di seluruh dunia, meliputi rute perdagangan yang bertanggung jawab atas lebih dari setengah volume kargo udara global.
Sejarah SATS berasal dari awal penerbangan komersial di Singapura, dimulai sebagai divisi darat Malayan Airlines. Maskapai itu kemudian pecah jadi Singapore Airlines (SIA) dan Malaysian Airline Systems. SIA lalu memisahkan bisnis penanganan daratnya jadi perusahaan terpisah di 1972.
Sekarang, SATS adalah penyedia utama layanan kargo udara, penanganan darat, dan katering pesawat untuk bandara internasional terbesar Singapura, Changi Airport. SATS sudah memperluas operasinya di Asia, dengan joint venture di Tiongkok daratan, Taiwan, Hong Kong, Filipina, dan Indonesia.
Di laporan keuangan terbaru untuk kuartal Maret 2025, SATS melaporkan kenaikan pendapatan 13% secara tahunan menjadi 5.8 miliar dolar Singapura ($4.53 miliar), didorong oleh pertumbuhan volume bisnis dan jaringan yang diperluas.
“Volume kargo kami terus lebih baik dari standar pertumbuhan global IATA, menunjukkan kemampuan kami memanfaatkan jaringan untuk dapat kontrak baru,” kata SATS di laporan tahunan.
Perusahaan berencana mencapai pendapatan 8 miliar dolar Singapura ($6.2 miliar) di akhir tahun fiskal 2029, berkat jaringan lebih besar, pertumbuhan penumpang Asia-Pasifik, dan peran Singapura sebagai pusat penerbangan.