Reli Apple Seret Wall Street ke Ambang Rekor Tertinggi

Saham di Amerika Serikat naik tajam pada hari Senin dan hampir capai rekor tertingginya.

Indeks S&P 500 naik 1.1% dan hampir sentuh rekor tertinggi sepanjang masa. Dow Jones juga naik 515 poin, dan Nasdaq bertambah 1.4%.

Apple jadi pemimpin dengan kenaikan 3.9% karena ada optimisme untuk iPhone terbarunya. Perusahaan ini juga catat rekor sendiri.

Sebuah perusahaan baja, Cleveland-Cliffs, melonjak 21.5%. CEO-nya bilang akan ada detail soal kerja sama dengan produsen baja besar yang bisa untungkan mereka. Dia juga bilang mungkin ada tanda-tanda tanah jarang di Michigan dan Minnesota.

Bahan tanah langka ini dapat perhatian global setelah China batasi ekspornya. Presiden Donald Trump sebut ini tindakan tidak ramah. Ancaman Trump naikkan tarif bikin pasar saham goncang, tapi kekhawatiran ini berkurang setelah dia bilang tarif tinggi untuk impor China tidak bisa dipertahankan.

Kekhawatiran lain dari industri perbankan juga tampak mereda. Saham bank kecil dan menengah naik hari Senin, pulihkan sebagian kerugian setelah ada peringatan soal pinjaman bermasalah minggu lalu.

Saham Zions Bancorp naik 4.7% setelah turun 5.1% minggu kemarin. Mereka temukan masalah dengan beberapa peminjam.

Saham Amazon tetap kuat meski layanan cloud-nya alami gangguan besar yang mempengaruhi pengguna internet di seluruh dunia. Saham Amazon naik 1.6%.

Secara total, S&P 500 tambah 71.12 poin. Dow Jones naik 515.97, dan Nasdaq naik 310.57.

Minggu ini, banyak perusahaan besar akan laporkan hasil keuangan mereka, termasuk Coca-Cola hari Selasa, Tesla hari Rabu, dan Procter & Gamble hari Jumat.

Perusahaan-perusahaan dapat tekanan untuk tunjukkan bahwa laba mereka tumbuh, setelah S&P 500 naik 35% dari titik rendah di bulan April. Menghasilkan laba lebih besar adalah cara termudah untuk bungkam kritik bahwa harga saham sudah terlalu tinggi. Cara lainnya adalah harga saham turun.

MEMBACA  Stride dan Patel bergabung dengan kabinet bayangan Inggris saat Badenoch mengisi posisi kunci

Laporan laba perusahaan jadi lebih penting karena beri gambaran kekuatan ekonomi AS, sementara pemerintah AS tutup dan tunda data ekonomi penting.

Ini bikin pekerjaan Federal Reserve lebih sulit. Mereka harus putuskan apakah inflasi tinggi atau pasar tenaga kerja yang melambat yang jadi masalah lebih besar. Pejabat Fed kemungkinan akan turunkan suku bunga beberapa kali untuk dorong ekonomi. Tapi ini bisa jadi salah jika inflasi memburuk, karena suku bunga rendah bisa buat inflasi makin tinggi.

Hari Jumat, pemerintah AS akan rilis data inflasi untuk bulan September. Laporan ini seharusnya keluar lebih awal, dan Administrasi Jaminan Sosial butuh angka ini untuk hitung penyesuaian biaya hidup. Tapi pemerintah juga bilang tidak akan ada rilis data lain sampai pemerintah buka kembali.

Di pasar obligasi, imbal hasil Treasury relatif stabil. Yield untuk Treasury 10-tahun turun sedikit jadi 3.98%.

Di pasar saham luar negeri, indeks naik di banyak wilayah Eropa dan Asia.

Nikkei 225 Jepang melonjak 3.4%. Partai Liberal Demokrat yang berkuasa dapat mitra koalisi baru, amankan dukungan untuk pemimpinnya, Sanae Takaichi, untuk jadi perdana menteri. Investor harap Takaichi, yang akan jadi perdana menteri wanita pertama Jepang, akan dorong suku bunga rendah, belanja pemerintah lebih besar, dan kebijakan lain yang bantu pasar.

Indeks saham naik 2.4% di Hong Kong dan 0.6% di Shanghai setelah China laporkan ekonominya tumbuh 4.8% pada kuartal terakhir, didukung ekspor yang relatif kuat. Tapi ini tetap pertumbuhan paling lambat dalam setahun. Ekonomi terbesar kedua di dunia ini masih berjuang keluar dari penurunan panjang di pasar properti dan dorong konsumen serta bisnis untuk lebih banyak belanja.

MEMBACA  Laporan inflasi yang akan datang bisa memicu penjualan besar-besaran di pasar saham, kata Fundstrat

Kontribusi dari Penulis Bisnis AP David McHugh dan Elaine Kurtenbach.