Banyak modal swasta dan munculnya perusahaan unicorn yang di danai VC bikin orang mikir pasar modal udah ketinggalan jaman. Banyak berita tentang perusahaan kayak Meta, Uber, Airbnb, dan SpaceX yang tunda IPO tapi tetap bisa sukses. Kalau mereka bisa sukses tanpa go public, kenapa perusahaan lain harus?
Tapi lihat contoh Klarna, perusahaan yang udah 20 tahun. Mereka baru aja IPO di NYSE dan harganya naik di hari pertama. Kenapa mereka milih go public? Padahal perusahaan publik harus hadapi banyak investor, ikutin aturan ketat, dan buka informasi ke publik. Klarna juga sebenarnya gak kesulitan cari modal swasta. Mungkin beberapa investor awal mereka butuh uang tunai, tapi kan masih banyak modal swasta tersedia.
Banyak perusahaan yang memilih tetap di pasar swasta. Selama beberapa dekade terakhir, jumlah perusahaan yang listing dan IPO di pasar berkembang turun banget. Tekanan dan pengawasan ketat sebagai perusahaan publik adalah beban yang pengen dihindari banyak perusahaan.
Jadi, kenapa harus go public? Jawabannya, jadi perusahaan yang terdaftar di pasar global punya banyak keuntungan besar. Meskipun ada banyak pilihan modal lain, pasar modal bikin perusahaan jadi lebih dewasa. Disiplin dan kredibilitasnya, serta kesempatan buat founder, karyawan, dan investor untuk dapat untung dari nilai yang diciptakan, bikin pasar modal tetap jadi pilihan utama.
Dan walaupun jumlah listing emang turun dalam 30 tahun terakhir, pada waktu yang sama, nilai kapitalisasi pasar modal global naik jadi lebih dari $90 triliun, atau sekitar 112% dari PDB global. Pasar modal belum mati — cuma sering disalahpahami. Gagasan bahwa perusahaan harus pilih antara tekanan triwulanan atau amannya pasar swasta itu mitos. Dengan strategi dan investor yang tepat, perusahaan publik tetap bisa beri nilai jangka panjang yang lebih baik.
Hindari Siklus Jangka Pendek
Memang benar, perusahaan publik menghabiskan banyak waktu untuk urusan triwulanan — memenuhi target atau tidak, bicara dengan investor, dll. Tapi kenyataannya, memberikan perkiraan pendapatan triwulan depan cuma mendorong trader untuk bertaruh jangka pendek dan naikin volatilitas harga saham. Itu adalah kebiasaan, bukan keharusan.
Perusahaan-perusahaan terbaik sadar bahwa fokus sempit pada siklus triwulanan bisa mengganggu proses membangun bisnis yang hebat. Untuk menghindarinya, kebanyakan perusahaan sekarang tidak mengeluarkan panduan laba triwulanan lagi; pada tahun 2024, hanya 21% perusahaan S&P 500 yang masih melakukannya, turun dari 36% di tahun 2010.
Tarik Pemegang Saham yang Tepat
Perusahaan publik punya banyak kesempatan untuk bicara dengan komunitas investor. Tapi “investor” itu tidak semuanya sama, sesuatu yang banyak CEO sadari terlambat. Mereka punya horizon waktu dan insentif yang beda-beda; ada yang cari untung jangka panjang, yang lain cuma cari keuntungan cepat. Ini bukan kritikan. Ini realita.
Bukti menunjukkan bahwa naiknya jumlah investor jangka pendek berhubungan dengan pemotongan investasi jangka panjang (seperti R&D, pemasaran, dll.) untuk ningkatin laba jangka pendek. Ini bikin nilai saham naik sementara, tapi nanti bisa turun lagi. Meski CEO tidak bisa larang investor beli saham di pasar modal, mereka bisa punya strategi investor untuk coba tarik investor jangka panjang terbaik dengan memahami kerangka waktu dan insentif mereka.
Perusahaan yang sukses dalam hal ini pakai beberapa taktik kunci: mereka terlibat secara konsisten dengan pemegang saham besar sepanjang tahun. Mereka libatkan CEO dan dewan direksi untuk pertemuan dengan pemegang saham kunci, dan yang penting, sejajarkan insentif profesional Hubungan Investor dengan metrik kesuksesan pemegang saham jangka panjang, bukan peringkat jangka pendek. Pendekatan komprehensif ini mengurangi penekanan pada siklus 90 hari, bikin dukungan pemegang saham lebih dalam, dan buka nilai bersama untuk investor dan perusahaan publik.
Memang, ada untungnya tetap jadi perusahaan swasta dalam keadaan tertentu. Tapi pasar modal tetap jadi sumber modal, kredibilitas, dan peluang untuk berkembang yang tidak ada tandingannya. Sudah waktunya berhenti anggap pasar modal sebagai beban yang diperlukan, tapi sebagai aset strategis — asalkan perusahaan bisa navigasi dengan sengaja dan strategi yang tepat.
Perusahaan publik tidak sekarat, tapi CEO yang tidak menyesuaikan strategi investornya yang akan ketinggalan.
Pendapat yang diutarakan dalam tulisan komentar Fortune.com adalah pandangan penulisnya saja dan belum tentu mencerminkan opini dan keyakinan Fortune.
Fortune Global Forum kembali pada 26–27 Oktober 2025 di Riyadh. CEO dan pemimpin global akan berkumpul untuk acara eksklusif yang membentuk masa depan bisnis. Daftar untuk undangan.