Perubahan tarif terus mempengaruhi rantai pasokan global. Flexport dan C.H. Robinson sudah memperkenalkan alat untuk membantu bisnis mengatasi biaya yang mempengaruhi pengiriman internasional.
Flexport, perusahaan teknologi logistik dari San Francisco, baru meluncurkan Flexport Tariff Simulator. Alat ini membantu bisnis memperkirakan biaya dan menavigasi tarif secara real-time.
Penyedia logistik pihak ketiga, C.H. Robinson (Nasdaq: CHRW), menambahkan U.S. Tariff Impact Analysis ke platform mereka. Ini membantu bisnis menilai biaya dan memberikan analisis akurat untuk setiap kiriman.
Mike Short, presiden C.H. Robinson, bilang alat ini bisa mengevaluasi kompleksitas perdagangan lebih efektif. “Dengan alat ini, retailer bisa identifikasi barang dengan volume tinggi dari satu sumber, bandingkan biaya tarif dari sumber lain, dan alihkan pasokan jika perlu,” kata Short di rilis berita.
Ryan Petersen, CEO Flexport, bilang pelanggan butuh klarifikasi tentang dampak tarif impor. “Tim kami buat simulator ini untuk membantu di tengah ketidakpastian akibat perubahan kebijakan,” kata Petersen di rilis berita. “Kami ingin bantu pedagang hindari kejutan mahal.”
Simulator Flexport punya peta interaktif untuk lihat data perdagangan global, termasuk nilai impor dari suatu negara, rata-rata tarif, dan persentase impor AS dari negara tersebut. Alat ini bisa diakses di tariffs.flexport.com.
Flexport juga meluncurkan katalog kode tarif untuk navigasi klasifikasi, tarif khusus, dan proses bea cukai. Tidak hanya Flexport dan C.H. Robinson, perusahaan lain juga buat alat serupa.
Maret lalu, UPS (NYSE: UPS) buat kalkulator tarif otomatis untuk pembeli online—UPS Global Checkout. Pedagang e-commerce bisa integrasikan ke toko online agar pelanggan lihat biaya impor di awal.
Shopify (Nasdaq: SHOP) juga luncurkan kalkulator tarif di Mei untuk hitung biaya kiriman internasional.