Peringatan Macron: NATO Pernah Dinyatakan Mati Otak, G20 Bisa Berakhir

Emmanuel Macron sering memprediksi akhir dari suatu era.

Di tahun 2019, jauh sebelum Rusia serang Ukraina, dia pernah bilang kalau NATO itu seperti ‘orang mati otak’. Memang, aliansi militer pasca perang itu susah bangkit.

Sekarang, di pertemuan G20 di Afrika Selatan yang diboikot oleh Amerika — anggotanya yang paling kuat — Macron lagi-lagi berperan seperti peramal.

“Pertemuan pertama kali di benua Afrika ini adalah tonggak penting buat G20,” kata Macron di Johannesburg. “Tapi kita juga harus akui kalau G20 mungkin udah mau sampai di akhir sebuah siklus.”

Dia nambahin, kalau eksistensi grup ini sendiri dalam bahaya.

Pendapatnya ini terlihat dari foto bersama yang lesu, di mana cuma sedikit pemimpin terkenal yang hadir dan ruangannya terlihat kosong. Biasanya, latar belakang fotonya ikonik — seperti Gunung Sugarloaf di Rio atau memorial Raj Ghat di India.

Kali ini, pose berbaris mereka keliatan ogah-ogahan. Tahun lalu, Joe Biden datang telat dan fotonya harus diulang, sebuah pertanda buruk untuk Amerika. Tahun ini bisa aja Donald Trump yang berdiri di tengah sambil kasih jempol sama Cyril Ramaphosa. Tapi, yang ada malah presiden Brazil tahun lalu, Lula da Silva.

Pemimpin Italia, Giorgia Meloni, gak ada di barisan foto pertama. Ada pengganti untuk tujuh pemimpin yang gak dateng. Lalu dia berdiri di pojok ruangan untuk foto lainnya.

Buat tekankan masalahnya, Macron sebut ketidakhadiran Amerika, susahnya lindungin hukum kemanusiaan, dan kedaulatan negara seperti Ukraina sebagai bukti bahwa dunia butuh kerjasama lagi yang mendesak.

“Kita susah banget punya standar yang sama untuk krisis geopolitik,” ujar Macron.

Pemimpin Prancis ini pasti juga mikirin masa depan politiknya sendiri, di mana masa jabatannya berakhir di tahun 2027. Dia sekarang jadi negarawan paling berpengalaman di G7, yang akan dia pimpin tahun depan, dan sering berfilsafat tentang matinya multilateralisme.

MEMBACA  Jim Cramer: Bagaimana Saham Walt Disney (DIS) Bisa Memangkas Kerugian

Dulu, dia pernah diledek karena menyerukan “tentara Eropa yang sebenarnya”, bahkan sebelum bahaya dari Vladimir Putin untuk Eropa menjadi jelas. Tapi Prancis juga susah mewujudkan omongannya dengan tindakan.