Film "Escape from New York" dari tahun 1981 bukan cuma film biasa. Dulu, banyak agen properti di Westchester dan Florida bilang, kalo New York pilih walikota sosialis, orang kaya bakal kabur. Tapi sekarang, ceritanya beda.
Setelah banyak orang khawatir jutawan dan miliader bakal ninggalin New York karena Zohran Mamdani terpilih, kenyataannya malah sebaliknya. Pembeli apartemen mewah di Manhattan malah makin banyak.
Pada November, kontrak terjual untuk rumah di Manhattan seharga $4 juta atau lebih naik jadi 176. Itu naik 25% dari bulan Oktober. Menurut data dari Douglas Elliman dan Miller Samuel Inc, kenaikan ini lebih dari dua kali lipat dari pasar biasa.
Perusahaan Olshan Realty juga lihat peningkatan pembeli properti mewah. Di laporan mereka, 17 kontrak di minggu terakhir November untuk rumah diatas $4 juta itu lebih baik dari rata-rata 10 tahun. Penjualan properti mewah naik lebih dari 31% dari Oktober ke November.
Ini bertentangan dengan cerita beberapa bulan lalu, dimana banyak orang kaya New York bilang akan pindah kalo Mamdani menang. Mamdani mendukung perlindungan lebih buat penyewa dan beban tambahan pajak 2% untuk orang yang penghasilannya lebih dari $1 juta per tahun.
Kemenangan Mamdani di Juni lalu bikin beberapa agen properti di Westchester melaporkan banyak minat dari penduduk Manhattan. Tapi, pemimpin real estate lainya punya pendapat beda.
Donna Olshan dari Olshan Realty bilang, "Tidak ada efek Mamdani. Gagasan bahwa orang akan lari dari New York itu berlebihan. Angkanya tidak mendukung itu."
Kenapa New York Masih Ramai?
Jonathan Miller dari Miller Samuel Inc. bilang tren orang kaya beli properti mewah di New York sudah terjadi sepanjang tahun 2025. Penjualan dan harga naik.
Menurut Miller, orang berpenghasilan tinggi punya banyak alasan untuk tinggal di New York. Bonus di Wall Street tahun 2024 adalah yang terbesar sejak 1987, dan diperkirakan akan terus naik tahun ini.
Ini bukan pertama kalinya ada ketakutan orang akan pindah dari New York. Saat pandemi awal, banyak yang takut kota akan kosong. Meski banyak orang kaya pergi, data negara bagian menunjukkan New York justru dapat sekitar 10.000 jutawan baru antara 2020 dan 2021. Bahkan Manhattan dapat 17.500 penduduk di 2022.
Penduduk New York sebenarnya tumbuh pelan-pelan selama puluhan tahun sampai pandemi. Kota ini sempat kehilangan hampir satu juta orang antara 1970 dan 1980, tapi kemudian tumbuh konsisten sampai guncangan Covid.
Populasi kota sempat turun ke 8,36 juta di 2022, tapi kemudian tumbuh lagi dua tahun berturut-turut. Dinas Perencanaan Kota NYC bilang ini menunjukkan kerugian selama pandemi cuma sementara.
Miller bilang dia tidak tahu bagaimana kebijakan Mamdani nanti akan pengaruhi kota, tapi tidak ada bukti yang menunjukkan akan ada migrasi besar-besaran orang kaya. "Ini skenario informasi salah klasik, dimana tidak ada yang lihat data sebenarnya," kata dia.