Pasar Kredit Privati Ada Tanda Masalah, Tapi Belum Krisis
Menurut Lincoln International, semakin banyak perjanjian kredit swasta yang diubah setelah ditandatangani. Perubahannya menambah syarat yang lebih berisiko bagi pemberi pinjaman. Ini adalah tanda potensi "retakan" di pasar kredit privat senilai $3 triliun, kata Brian Garfield dari Lincoln.
Garfield bilang pasar kredit privat secara keseluruhan masih sehat. Perusahaan yang pinjam uang disana umumnya masih tumbuh pendapatannya. Tapi, jumlah perusahaan yang memakai utang dengan "payments-in-kind" atau PIK, sudah naik.
PIK itu biasanya memperbolehkan peminjam untuk tidak bayar bunga tunai. Sebagai gantinya, bunga itu ditambahkan ke jumlah utang pokoknya, yang harus dibayar nanti saat utangnya jatuh tempo. PIK biasanya pakai suku bunga lebih tinggi untuk mengkompensasi risiko tambahan ini. Perusahaan pakai PIK seringkali karena ingin menyimpan uang tunai mereka untuk jangka pendek.
PIK tidak selalu buruk, meskipun jarang dipakai perusahaan yang keuangannya kuat. Jika PIK sudah direncanakan dari awal, kedua pihak sudah tahu resikonya dan pemberi pinjaman akan dapat hasil yang lebih besar. Ini bisa disebut "PIK yang bagus".
Data Lincoln menunjukkan, jumlah kesepakatan kredit privat yang pakai PIK naik dari 7% di kuartal akhir 2021 jadi 10,6% di kuartal ketiga 2025.
Selain itu, persentase PIK yang dianggap Lincoln sebagai "PIK buruk" juga naik. PIK buruk adalah ketika PIK ditambahkan ke pinjaman setelah perjanjian awal ditandatangani. Ini artinya peminjam mengalami masalah tak terduga yang menambah risiko bagi pemberi pinjaman.
Di akhir 2021, hanya 36,7% PIK yang buruk. Tapi di kuartal ketiga 2025, angkanya jadi 57,2%. Artinya, sekarang mayoritas PIK adalah "PIK buruk".
"Ada retakan di pasar privat," kata Garfield.
Tapi, karena 68% perusahaan dalam database Lincoln tumbuh pendapatannya dan 62% tumbuh labanya (EBITDA), Garfield pikir ini bukan krisis. "Kami belum lihat ini merusak fondasinya," ujarnya.
Manajer Aset Juga Melihat Hal Serupa
Manajer aset juga melihat hal yang sama. Ada sedikit kenaikan pinjaman bermasalah di pihak pemberi kredit privat, kata Guy LeBas dari Janney Capital Management. Tapi kenaikannya tidak besar. Pertahanan terbaik pasar kredit privat adalah suku bunganya yang tinggi, antara 8% dan 12%. Jadi, pemberi pinjaman masih dibayar dengan baik meski ada kenaikan gagal bayar.
Len Tannenbaum dari Tannenbaum Capital Group malah curiga angka 10% dari Lincoln itu terlalu rendah. Menurutnya, angka sebenarnya mungkin antara 12% sampai 15%.
Tannenbaum juga khawatir dengan melebarnya "spread" kredit privat di atas suku bunga Treasury AS, dan jumlah leverage yang dipakai beberapa investor.
"Saya rasa akan ada lebih banyak leverage dalam sistem ini daripada yang orang pahami," katanya.