Untuk saham individu, likuiditas tentang volume dagang dan keteraturannya—semakin banyak semakin bagus. Untuk ETF, ada lebih banyak hal yang perlu dipertimbangkan.
ETF sering dipuji karena likuiditas dan karakteristik dagang seperti saham tunggal. Sebenarnya, mereka mirip.
Kalau ETF tidak dagang sejumlah saham per hari (contohnya, 50,000), dana itu tidak likuid dan harus dihindari, kan? Salah. Itu asumsi yang masuk akal dari pandangan saham tunggal, tapi dengan ETF, kita harus lihat lebih dalam. Kuncinya adalah mengerti perbedaan antara likuiditas primer dan sekunder dari ETF.
Kebanyakan investor non-institusi transaksi di pasar sekunder—artinya investor dagang saham ETF yang sudah ada. Likuiditas sekunder adalah likuiditas “di layar” yang kamu lihat dari broker (seperti volume dan spread), dan itu ditentukan terutama oleh volume saham ETF yang diperdagangkan.
Tapi, satu fitur kunci ETP adalah persediaan sahamnya fleksibel—saham bisa “dibuat” atau “ditebus” untuk menyeimbangi perubahan permintaan. Likuiditas primer terkait dengan seberapa efisiennya membuat atau menebus saham. Likuiditas di satu pasar—primer atau sekunder—tidak menunjukkan likuiditas di pasar lainnya.
Cara lain untuk membedakan pasar primer dan pasar sekunder adalah mengerti peserta di masing-masing pasar. Di pasar sekunder, investor tawar-menawar satu sama lain atau dengan market maker untuk dagang persediaan saham ETP yang ada. Sebaliknya, investor di pasar primer menggunakan “authorized participant” (AP) untuk mengubah persediaan saham ETP yang tersedia—baik untuk menjual sekeranjang besar saham (“tebus” saham) atau untuk mendapatkan sekeranjang besar saham (“buat” saham).
Penentu likuiditas pasar primer berbeda dengan penentu likuiditas pasar sekunder. Di pasar sekunder, likuiditas umumnya fungsi dari nilai saham ETF yang diperdagangkan; di pasar primer, likuiditas lebih merupakan fungsi dari nilai saham underlying yang mendukung ETF.
Saat melakukan perdagangan besar—dalam skala puluhan ribu saham—investor kadang bisa menghindari pasar sekunder yang tidak likuid dengan menggunakan AP untuk mencapai pasar primer untuk “membuat” saham ETF baru.
Sayangnya, kebanyakan kita tidak dagang puluhan ribu saham sekaligus, jadi kita terpaksa dagang di pasar sekunder. Ingat, untuk menilai likuiditas pasar sekunder, kamu harus lihat statistik seperti rata-rata spread, rata-rata volume dagang, dan premium atau diskon (apakah ETF dagang dekat dengan nilai aset bersihnya?).
Cerita Berlanjut
Hanya jika kamu akan dagang mendekati 50,000 saham atau lebih sekaligus, statistik ini tidak lagi paling relevan dalam menilai likuiditas. Untuk dagang besar itu, likuiditas sekuritas underlying ETF adalah faktor paling penting.
Lagipula, untuk “membuat” 50,000 saham, AP harus pertama kirim keranjang yang sudah ditentukan dari sekuritas underlying ETF—creation basket—ke ETF. Ada hubungan langsung antara likuiditas underlying suatu ETF dan likuiditas pasar primernya, karena untuk menciptakan likuiditas pasar primer, AP harus dagang di pasar underlying—semakin mudah AP mengakses pasar underlying, semakin efisien dia bisa membuat dan menebus saham ETF.
Kalau kamu dagang ukuran ini secara teratur, langkah pertama yang baik adalah hubungi penerbit ETF sendiri dan minta meja pasar modal. Salah satu tujuan utama dari meja pasar modal penerbit adalah memastikan investor masuk dan keluar dana dengan harga wajar. Mereka juga bisa bantu banyak dalam memberikan perkiraan dampak pasar, analisis likuiditas underlying dan menghubungkan investor ke penyedia likuiditas.
Pelajaran Penting
Ada dua tingkat likuiditas pasar ETF
Likuiditas pasar primer bergantung pada authorized participants
Likuiditas pasar sekunder bergantung pada investor dan market makers