Dapatkan info terbaru gratis
Cukup daftar ke US equities myFT Digest—langsung dikirim ke inbox kamu.
Wall Street pulih dari masalah tarif dan mencapai rekor tertinggi, mempersempit jarak dengan saham Eropa. Ini ujian buat investor yg tadinya berharap era keunggulan pasar AS bakal berakhir.
Indeks S&P 500 naik 10% di kuartal kedua tahun ini, jauh lebih tinggi dari Stoxx 600 Eropa yg cuma naik kurang dari 2%. Saham AS bikin bingung para investor yg kira kebijakan tarif Trump bakal beralih ke pasar lain, terutama Eropa, yg sempat diharapkan akan naik karena rencana belanja besar-besaran untuk pertahanan & infrastruktur awal 2025. Tapi, investor malah balik lagi ke saham teknologi yg sebelumnya dorong pasar.
"Di kuartal kedua, kita lihat kembalinya pola lama," kata Shep Perkins, CIO di Putnam Investments.
Saham Eropa masih sedikit lebih baik dari AS di 2025, didorong harapan stimulus fiskal & reformasi utk satukan ekonomi Eropa. Tapi, kinerja buruk Eropa akhir-akhir ini bikin investor khawatir, apalagi setelah Jerman keluarkan rencana belanja €1 triliun utk infrastruktur.
"Masalah Eropa tuh selalu laba, laba, laba," kata Dec Mullarkey dari SLC Management. "Saham AS didukung neraca keuangan yg kuat, sementara Eropa lebih spekulatif & tergantung Jerman utk realisasi rencana infrastrukturnya."
Data ekonomi Eropa belum terlalu membaik. Komisi Eropa turunkan prediksi pertumbuhan setelah Trump naikkan tarif. Sementara itu, AS punya angka lapangan kerja yg lebih bagus dari prediksi & pengangguran stabil.
Saham AS juga didukung investor ritel yg beli saat turun (buy the dip), serta perusahaan yg beli kembali saham mereka dalam jumlah besar. Nvidia, pendorong utama kenaikan saham AI, capai rekor tertinggi pekan lalu.
Tapi, prediksi bahwa keuntungan saham bakal merata belum terwujud. Beberapa investor masih yakin bakal ada peralihan dari pasar AS, terutama karena kekhawatiran atas aset dalam dolar.
Meski saham AS & Eropa mulai seimbang, dollar masih 13% lebih rendah dibanding euro. Analis Goldman Sachs bilang valuasi saham AS udah terlalu mahal & era diversifikasi udah dimulai.
Beberapa investor khawatir gejolak di Wall Street bisa kembali kalau Trump lanjutkan perang dagang. Tapi, dalam jangka panjang, pertumbuhan AS yg melambat & stimulus fiskal Eropa bisa bantu persempit jarak kinerja pasar saham.
"Kenyataannya mungkin di tengah-tengah, di mana AS bukan surga & Eropa bukan tempat terburuk," kata Luca Paolini dari Pictet Asset Management.