Tetap update dengan info gratis
Daftar aja buat dapatkan berita suku bunga UK dari myFT Digest — langsung dikirim ke email kamu.
Pejabat Bank of Inggris bilang, pemotongan suku bunga lagi di UK bakal tergantung sama apakah pertumbuhan gaji bakal melambat seperti yang diperkirakan sepanjang tahun ini, di tengah ketidakpastian ekonomi global.
Andrew Bailey, gubernur BoE, bilang dia milih untuk turunin suku bunga acuan sebesar seperempat poin ke 4,25% bulan lalu terutama karena pasar kerja udah longgar dan perusahaan berencana naikin gaji lebih sedikit — plus gejolak kebijakan perdagangan global bikin dia lebih milih untuk turunin suku bunga.
“Kita punya pandangan bahwa gaji bakal turun tahun ini,” kata dia ke komite keuangan Parlemen UK.
“Itu bakal jadi penilaian penting ke depan, makanya ‘pelan-pelan dan hati-hati’ tetep jadi panduanku,” tambah Bailey, merujuk ke kata-kata Komite Kebijakan Moneter soal sikap mereka bulan lalu.
Sarah Breeden, wakil gubernur BoE, bilang ke anggota parlemen bahwa dia udah liat cukup bukti pasar kerja melemah buat mendukung pemotongan suku bunga, bahkan sebelum dampak tarif Donald Trump diperhitungkan.
Tapi Catherine Mann — yang milih buat tetepin suku bunga di 4,5% — bilang dia khawatir sama gejolak di pasar finansial dan situasi di mana inflasi yang lebih fluktuatif bisa pengaruhi perilaku.
Misalnya, kalo inflasi — yang nyentuh level tertinggi 15 bulan di 3,5% bulan April — naik di atas 4% karena faktor global jangka pendek, itu bisa “ubah sikap konsumen,” kata Mann.
Pemotongan suku bunga BoE bulan lalu udah yang keempat sejak musim panas lalu, bikin biaya pinjaman jadi yang terendah sejak 2023.
Tapi keputusan ini — yang diambil pas presiden AS nerapin tarif “hari pembebasan” — juga nunjukin perbedaan pendapat tiga arah.
Dipimpin Bailey, mayoritas lima anggota MPC dukung pemotongan, sementara dua orang pengen potong setengah poin dan dua lainnya — Mann dan kepala ekonom Huw Pill — gamau suku bunga berubah.
Bailey bilang, selain ketidakpastian di kebijakan perdagangan global, dampak tarif ke inflasi masih belum jelas: pelambatan pertumbuhan global bisa tekan harga, tapi gangguan rantai pasok bisa berefek sebaliknya.
Bu