Pemerintah Amerika mulai buka lagi setelah Presiden Donald Trump tanda paket pendanaan dari DPR Rabu malam. Ini mengakhiri penutupan pemerintah yang paling lama, yaitu 43 hari. Tapi Gedung Putih bilang data inflasi dan lapangan kerja yang tidak dikumpulkan selama penutupan mungkin hilang selamanya. Padahal, Federal Reserve akan putuskan soal potongan suku bunga bulan Desember ini.
"Partai Demokrat mungkin telah merusak Sistem Statistik Federal secara permanen karena laporan CPI dan lapangan kerja bulan Oktober kemungkinan tidak akan pernah dirilis," kata Juru Bicara Gedung Putih Karoline Leavitt kepada wartawan. "Semua data ekonomi yang dirilis akan rusak, membuat pembuat kebijakan di Fed bekerja tanpa panduan di waktu yang penting."
Penutupan pemerintah mulai tanggal 1 Oktober dan berlangsung hampir dua minggu ke bulan November. Ini terjadi karena Partai Republik dan Demokrat berselisih tentang paket pengeluaran dan pendanaan untuk kredit pajak premi Affordable Care Act yang akan berakhir akhir tahun 2025. Akibatnya, premi jutaan warga Amerika bisa naik. Senat akan ambil suara atas masalah ini bulan depan.
Sekarang pemerintah mulai buka lagi hari Kamis, tetapi angka resmi untuk inflasi dan lapangan kerja bulan lalu yang tadinya ditunda mungkin tidak akan pernah terbit, kata Gedung Putih.
Ini akan menjadi pertama kalinya dalam sejarah data bulanan pemerintah untuk indikator ekonomi ini terlewat sejak pencatatan dimulai. Staf di Biro Statistik Tenaga Kerja (BLS) di-furlough (diberhentikan sementara) selama penutupan, sehingga mereka tidak bisa kumpulkan data sepanjang Oktober.
Current Population Survey, yang dimulai tahun 1948, dilakukan bersama oleh Biro Sensus AS dan BLS. Survei ini menanyai sekitar 60.000 rumah tangga setiap bulannya. Data dari survei ini dipakai untuk membuat laporan lapangan kerja resmi BLS yang lengkap.
"Untuk pertama kalinya dalam lebih dari 900 bulan, Current Population Survey (CPS) mungkin tidak mengumpulkan informasi bulanan dari sampel rumah tangga Amerika tentang apakah mereka bekerja atau mencari kerja," tulis Friends of BLS, sebuah kelompok independen, di situsnya.
Sementara itu, BLS pertama kali terbitkan Consumer Price Index (CPI) nasional, atau data inflasi, pada tahun 1921.
Meski ada kekosongan data, 80% ekonom memperkirakan Fed akan turunkan suku bunga seperempat poin pada 10 Desember. Ini akan turunkan suku bunga menjadi 3,5% hingga 3,75%, dan menjadi potongan ketiga secara berurutan.
Pemotongan suku bunga Fed terakhir adalah pada rapat Oktober. Saat itu, meski tidak ada data pemerintah bulanan tentang lapangan kerja dan inflasi, Ketua Fed Powell bilang keputusan itu diambil karena ada tanda-tanda pasar tenaga kerja mendingin dan inflasi melambat.
Beberapa ekonom lihat tren ini berlanjut.
"Perasaannya, pasar tenaga kerja masih terlihat relatif lemah dan itulah salah satu alasan utama kami pikir FOMC akan terus lakukan pemotongan di Desember," kata Abigail Watt, ekonom AS di UBS, kepada Reuters.
Tapi, ekonom lain tidak begitu yakin. Torsten Sløk, kepala ekonom di Apollo Global Management, perkirakan harga 55% barang yang menjadi bagian CPI naik lebih cepat dari 3%. Ini lebih cepat dari target inflasi Fed sebesar 2%.
"Inilah sebabnya sulit bagi Fed untuk memotong suku bunga pada bulan Desember," tulis Sløk.