Tahun lalu, kalau AS hampir naikin tarif ekspor dari Cina sebesar 145%, pasar pasti sudah kacau banget. Bakal makin parah kalo mereka pikir Beijing bakal balas naikin tarif jadi 125%.
Tapi di tahun 2025, akhir dari jeda 90 hari perang dagang Presiden Trump sama Cina hampir dateng tanpa gejolak berarti.
Pasar udah terbiasa sama deadline fleksibel Gedung Putih. Malah, investor sampe nyaman banget sama kebiasaan Trump berubah pikiran sampe ada istilah “TACO” (Trump Always Chickens Out) buat ngedeskripsiin cara mereka bertaruh di pasar.
Dan Gedung Putih gak ngecewain. Kemarin, mereka umumin kalo perpanjangan jeda 3 bulan udah disetujui sama Cina. Jadi, tarif balasan tetap 30% buat AS dan 10% buat Cina.
Dulu, keputusan ini bakal nyelametin situasi di menit terakhir—tapi di 2025, pasar hampir gak bereaksi. Sebelum buka di New York, futures S&P 500 datar, setelah kemarin tutup turun 0,25%. Dow Jones turun 0,45% dan Nasdaq turun 0,3%.
Di Asia, pasar malah positif. Nikkei 225 Tokyo naik 2,15% pas buka, Shanghai Composite naik 0,5%, dan Hang Seng Hong Kong naik 0,25%.
Eropa relatif datar: FTSE 100 London naik dikit 0,27%, sementara DAX Jerman turun sedikit 0,1%.
“Trump mundur dari deadline naikin tarif dagang hari ini. Pasar udah prediksi ini,” kata Paul Donovan dari UBS ke klien pagi ini.
Jim Reid dari Deutsche Bank juga bilang kalo investor lebih fokus ke akhir minggu ini, jadi masalah tarif Cina jadi kurang penting.
Ada yang bela sikap berubah-ubah Trump, bilang itu kasih ruang buat negosiator. Bulan lalu, CEO JPMorgan Jamie Dimon bilang di Irlandia kalo Trump bener perpanjang deadline, dan bilang: “Aku gak suka pake istilah ‘TACO trade’, tapi dia bener mundur.”
Dia nambahin, menurut Financial Times: “Sayangnya, pasar sekarang terlalu santai” karena tergantung sama perubahan kebijakan.
Pola Berubah
Inti negosiasi jeda pertama AS-Cina adalah kesepakatan soal mineral langka. Wakil Dagang AS Jamieson Greer bilang negosiasi “udah setengah jalan”.
Tapi meski ada tanda-tanda bakal ada kesepakatan, pola dagang udah berubah ke realita baru di mana kedua negara kurang kerja sama. Bakal bikin pertumbuhan domestik kayak yang Trump mau, atau cuma ekspor dari negara lebih murah, masih belum jelas.
Ekonom Oxford Economics Adam Slater bilang ke klien kemarin kalo penurunan impor AS terbesar dari Kanada (turun 25% sejak Januari) dan Cina (turun 50%).
Slater nambahin: “Pangsa Cina di impor AS turun setengah sejak awal tahun jadi cuma 7%. Ini gak terlalu mengejutkan karena kenaikan tarif besar. Tapi data ekspor Cina ke AS cuma turun sekitar 25%, mungkin karena barang dialihin lewat negara lain.”
Dia bilang tarif “sangat tidak merata” karena ada pengecualian. Misalnya, minggu ini Trump ngasih izin Nvidia dan AMD jual di Cina asal kasih 15% pendapatan ke pemerintah AS.
Bagaimana ini pengaruh negosiasi tarif masih belum jelas, tapi Slater bilang: “Yang jelas, variasi tarif di mitra dagang AS artinya pola dagang bisa berubah banyak, dengan importir AS menjauhi negara kena tarif tinggi kayak Cina. Ini udah kelihatan di data.”
Berapa snapshot pasar sebelum buka di New York:
S&P 500 kemarin turun 0,25%. Futures S&P pagi ini datar.
STOXX Europe 600 datar di awal perdagangan.
FTSE 100 Inggris naik 0,15%.
Nikkei 225 Jepang naik 2,15%.
CSI 300 Cina naik 0,5%.
Nifty 50 India turun 0,4%.
Bitcoin jatuh ke $118,529K.
Perkenalkan Fortune Global 500 2025, ranking perusahaan terbesar di dunia. Lihat list tahun ini.