Pasar Baru Saja Turun. Begini Cara Lindungi Keuntungan dan Kelola Risiko

Para investor lagi ngerasain tekanan yang udah kenal pas layar monitor berubah merah lagi. Beberapa hari yang sulit di pasar bisa ngehancurin kepercayaan diri yang dibangun berminggu-minggu, dan gue udah liat ini terjadi berkali-kali. Lo pikir lo tenang sampe penurunan harganya muncul pas sebelum sarapan. Nah, pertanyaan-pertanyaan mulai menumpuk. Apa lo lindungin yang masih tersisa? Apa lo nunggu harganya balik lagi? Apa lo jual aja supaya ruginya gak makin parah? Gue udah liat manajer dana jadi bingung ngaliat layar yang sama, dan gue juga liat investor perorangan buang kerja keras bertahun-tahun karena takut sama penurunan harga, terus mereka buat keputusan yang salah di waktu yang salah.

Sejak dulu, pasar memang suka turun harganya. Itu akan selalu terjadi. Dan seringnya, harganya bakal balik lagi. Beberapa keuntungan terbaik yang gue liat dalam karir gue muncul tepat setelah masa-masa dimana semua orang merasa takut. Masalah sebenarnya bukanlah penurunan harganya. Masalah sebenarnya adalah cara lo menanggapi selama harga turun. Kalo lo bereaksi karena emosi, lo kasih keuntungan yang susah payah lo bangun kembali ke orang banyak. Kalo lo bereaksi dengan teratur, lo siapin diri buat kesempatan berikutnya. Keuntungan lo bukan dari nebak harga terendah. Itu datang dari disiplin untuk memilih dengan benar pas keadaan lagi tidak nyaman. Keputusan itu yang bedain antara kemunduran dan kesempatan.

Kenapa Investor Bingung Pas Harga Turun

Waktu pasar berubah merah, rasa takut rugi yang mengendalikan. Rasa sakit karena rugi itu dua kali lebih kuat dari rasa senang karena untung. Lo tau itu. Gue juga tau. Tapi itu tetep aja bikin investor terjebak emosi. Gue udah liat orang-orang ngaliatin harga beli mereka seakan-akan itu angka suci. Mereka nunggu sahamnya “balik ke level itu,” seakan-akan pasar tau atau peduli angka berapa yang mereka ingat. Keraguan itu ngehambat pengambilan keputusan. Itu jadi kelumpuhan yang disamarin sebagai kesabaran. Investor profesional gak gitu. Mereka gak berunding dengan masa lalu. Mereka menilai ulang resiko seperti pemain catur yang nyetel papan lagi, tanpa peduli hasil permainan terakhir. Mereka liat situasi sekarang, bukan kenangan masa lalu. Pasar gak peduli lo belinya di harga berapa. Yang penting itu ke mana arahnya sekarang.

MEMBACA  Tren action figure AI: Apa itu dan bagaimana membuat milikmu

Apa Yang Sebenarnya Diomongin Sama Penurunan Harga

Warna merah di layar itu gak pernah acak. Itu nunjukkin bagian-bagian pasar yang udah di bawah tekanan. Kepemimpinan melemah sebelum ceritanya berubah. Gue udah liat ini terjadi di banyak hal. Likuiditas jadi sedikit. Saham-saham yang banyak diminati mulai goyah. Dan tiba-tiba semua orang dipaksa untuk menilai ulang posisi mereka, bukan karena panik tapi karena pasar udah gak lagi memberikan perlindungan.

Cerita Berlanjut

Tapi yang bikin orang kaget adalah betapa banyak fundamental perusahaan yang tetap bagus di balik itu semua. Harga turun bukan berarti perusahaan tiba-tiba jadi jelek. Itu cuma ngilangin kelebihan harga yang dibangun dari cerita-cerita. Investor pintar yang gue tau anggap momen-momen ini kayak uji coba. Apa yang tetep kuat? Apa yang retak? Posisi mana yang didasarin sama nilai struktur yang bener? Mana yang cuma ikut-ikutan tren aja?

Penurunan harga bukan ramalan. Itu adalah reset. Itu kasih tau lo apa yang beneran nyata di portofolio lo dan apa yang cuma angan-angan.

Investor profesional gak jual semua terus sembunyi dalam bentuk uang tunai. Mereka bergerak dengan tujuan. Mereka mengumpulkan uang tunai dengan jual sedikit saham yang lemah, bukan yang kuat. Kalo bisnisnya udah memburuk dari dalam, waktunya untuk dilepas. Mereka juga menetapkan batas jual yang ketat untuk saham-saham yang harganya udah jauh di atas nilai sebenarnya. Gue udah sering lakuin ini. Sebuah bisnis yang bagus bisa aja lagi dalam posisi yang buruk kalo pasarnya ngasih harga yang kebanyakan dan terlalu cepat. Investor sering kurangi saham yang terlalu ramai. Gue udah liat saham favorit pas pasar naik berubah jadi jebakan likuiditas pas kondisi pasar berubah. Investor yang tetep pegang karena kinerja masa lalu seringkali jadi korban dari kenaikan volatilitas pasar yang tiba-tiba. Investor profesional gak dibayar buat pegang saham untung selamanya. Mereka dibayar buat lindungin keuntungan yang udah didapetin dari saham itu.

MEMBACA  Analisis Apple Ming-Chi Kuo Peringatkan Permintaan Vision Pro Mengecewakan

Apa Yang Harus Dilakukan Dengan Posisi Yang Rugi

Posisi yang rugi butuh kejujuran yang kuat. Setiap kerugian masuk ke satu dari dua kategori.

Pertama itu tesis yang rusak. Ini artinya ada sesuatu yang berubah secara fundamental. Katalisnya hilang. Kondisi ekonominya berubah. Manajemennya gagal. Posisi-posisi kayak gini gak akan balik cuma karena sakit buat dilepas. Itu harus ditutup.

Kategori kedua adalah saham yang harganya rusak tapi tesis investasinya masih bagus. Harganya turun melawan lo, tapi bisnisnya tidak. Semua yang lo percaya masih berlaku. Orang dalam perusahaan masih aja beli. Arus kas masih membaik. Katalisnya masih ada. Yang kayak gini bisa lo pegang atau malah lo tambah.

Bagian paling susah adalah membedain mana yang mana, dan itu perlu ngilangin emosi. Sebuah kerugian gak nentuin lo. Tapi menolak buat nentuin kerugian itulah yang nentuin.

Reset Yang Sering Dilewatin Investor

Kebanyakan investor ngaliatin portofolio mereka pas harga turun dan berharap kerugiannya berhenti. Investor profesional menilai ulang setiap saham yang mereka pegang. Mereka nanya satu-satunya pertanyaan yang penting: apa gue akan beli saham ini hari ini di harga segini? Kalo jawabannya tidak, mereka seharusnya gak pegang. Apa gue akan beli sekarang? Apa katalis selanjutnya masih nyata? Apa volatilitas sedang menyembunyikan kesempatan yang lebih baik di tempat lain? Pertanyaan-pertanyaan ini ngilangin emosi dari keputusan. Mereka bawa kembali disiplin. Reset inilah dimana investor profesional nambah jarak dengan investor retail. Keuntungan itu jarang didapetin pas harga naik lagi. Itu didapetin di sini.

Di Mana Kesempatan Sebenarnya Muncul

Penurunan harga bukan cuma masa bertahan. Itu menciptakan jendela beli terbaik dalam seluruh siklus. Penjual terpaksa muncul. ETF melakukan rebalancing secara otomatis. Margin call nerjangin saham-saham yang ramai. Dan bisnis yang sukses dibuang dengan alasan yang gak ada hubungannya sama fundamental mereka. Gue nemuin beberapa ide investasi terbaik gue selama periode kayak gini. Beberapa perusahaan pemecahan saham dibuang sebelum siapa pun sempet baca laporannya. Perusahaan bebas utang yang diperdagangin seperti perusahaan bangkrut karena masuk di ETF yang salah juga gak dilirik. Peluang alpha mulai terbentuk diam-diam sementara pasar kejar hal-hal lain yang berisik. Volatilitas gak nghancurin kesempatan. Itu diserahin ke orang yang siap.

MEMBACA  Trump Akan Telepon Putin dalam 'Beberapa Hari ke Depan' Seiring Upaya Perdamaian Ukraina Mandek

Kebanyakan investor bereaksi setelah harga naik lagi. Mereka kejar yang udah gerak. Mereka beli yang baru aja memantul. Investor profesional siapin rencananya dari awal, jadi mereka bertindak dengan jelas pas orang lain bertindak karena emosi. Tentukan daftar beli lo sekarang. Putusin posisi rugi mana yang akan lo jual dan mana yang akan lo pertahankan. Tetepin level harga yang konkrit di mana lo akan keluarin modal. Dan berkomitmen pada proses yang tetap konsisten terlepas dari emosi lo. Gue udah liat investor kalah karena mereka kurang persiapan yang perlu untuk bertindak. Perbedaan utama antara profesional dan amatir adalah tingkat persiapan mereka, bukan informasi yang mereka punya. Itu adalah persiapan.

Jebakan Emosi Yang Harus Dihindarin Sekarang

Kesalahan terbesar pas harga turun adalah mencoba “balik modal lagi”. Gue udah liat investor ngancurin portofolio yang bagus dengan masukin lebih banyak uang ke posisi yang lagi bikin mereka rugi, cuma karena mereka pengen rasa lega. Nunggu terlalu lama juga sama bahayanya. Pemulihan datang diam-diam dan lalu bergerak cepat. Kalo lo ragu, lo bakal ketinggalan. Penurunan harga bikin frustasi dan ragu. Itu bikin orang pengen memperbaiki perasaan, bukan memperbaiki proses. Tapi momen-momen ini juga saat dimana kejelasan datang kembali. Penurunan harga ngilangin khayalan. Ini nunjukkin nilai investasi lo. Investor yang anggap penurunan harga sebagai reset akan keluar lebih kuat. Yang bingung akan ngulangi kesalahan yang sama di periode volatilitas berikutnya. Kesempatan menghilang dengan diam, tapi memang menghilang. Portofolio lo gak butuh pahlawan. Yang dibutuhin adalah struktur, disiplin, dan rencana. Pasar selalu menghargai kombinasi itu.

Pada tanggal publikasi, Jim Osman tidak punya (baik langsung ataupun tidak langsung) posisi dalam efek yang disebut di artikel ini. Semua informasi dan data dalam artikel ini hanya untuk tujuan informasi saja. Artikel ini awalnya diterbitkan di Barchart.com