Via Metal Miner
Akhirnya, China melebihi ekspektasi pasar, dengan pertumbuhan 5,2% year-on-year pada 14 Juli dibanding prediksi pasar 5%. Menurut data ekonomi dari Badan Statistik Nasional, perdagangan dan produksi industri yang kuat mendorong pertumbuhan, menunjukan China bisa hadapi perang tarif dari AS. Sementara itu, harga baja yang turun tampaknya menunjukan
Ekspektasi pertumbuhan 5% di Q2 inilah yang diandalkan pedagang bijih besi. Sebelum data Q2 dirilis, bijih besi catat kenaikan mingguan tertinggi sejak Januari tahun ini. Ini terjadi karena pedagang yakin laporan pertumbuhan ekonomi Q2 negara konsumen logam terbesar dunia akan positif.
Senin lalu, harga futures bahan baku baja ini naik ke $99,90 per ton setelah melonjak 3,6% minggu sebelumnya. Setelah kenaikan terbesar dalam beberapa bulan, pasar futures bijih terus menguat. Futures bijih besi di Singapura mendekati $99,30 per ton, sementara kontrak berbasis yuan di bursa Dalian juga naik. Ini berbanding terbalik dengan penurunan futures baja di Shanghai.
Situasi berubah saat pasar buka Selasa. Setelah data pertumbuhan ekonomi China dirilis, pasar alami penurunan signifikan. Data sektor properti China yang lemah tekan sentimen pasar, futures bijih besi 62% turun. Futures di Singapura jatuh ke $105 per ton, harga di Dalian juga turun.
Di akhir perdagangan Selasa, futures bijih besi turun 1,6%, menunjukan permintaan dari perusahaan baja melambat. Di Singapura, harga bijih besi ditutup di $98,92 per ton, turun 0,7%. Menurut laporan ini, Dalian (yuan) dan Shanghai (kontrak baja) juga laporkan penurunan harga futures.
Seperti terlihat dalam data ekonomi baru, turunnya harga baja bisa jadi akibat perlambatan investasi aset tetap, penjualan ritel, dan harga properti yang lebih tajam dari perkiraan. Harga rumah baru di China turun 12 bulan berturut-turut di Juni. Ada kekhawatiran perlambatan bisa terjadi, meski Beijing klaim ekonomi tetap on track.
Kenaikan harga bijih besi pekan lalu sebagian besar karena ekspektasi China akan umumkan skema dongkrak sektor properti dan atasi kelebihan produksi. Yang pertama tak terjadi, tapi data yang dirilis beri sinyal yang kedua masih mungkin dilakukan.
Cerita Berlanjut
Ke depan, analis bilang kenaikan harga bijih besi menyempit karena trader lebih hati-hati di harga tinggi, diperkirakan tetap di $95-100/ton jangka pendek. Di sisi lain, faktor pendorong pasar termasuk permintaan kuat dari pabrik baja China meski produksi dipotong, pengiriman dari Australia dan Brazil turun, optimisme trader, dan stok pelabuhan terus berkurang yang tunjukkan konsumsi kuat.
Menurut laporan ini, produksi baja Juni turun 9,2% year-on-year ke 83,2 juta ton, penurunan bulanan terbesar dalam 10 bulan. Pertumbuhan ekonomi China sedikit melambat di Q2 2025, tumbuh 5,2% year-on-year, turun dari 5,4% di Q1. Meski melambat, performa Q2 tetap lebih baik dari perkiraan pasar.
HRC China, Juli 2025
Sumber: MetalMiner Select
Di semester pertama, GDP China naik 5,3% YoY, tetap sesuai target pertumbuhan “sekitar 5%” tahun 2025. Tapi, output semester pertama sekarang paling lemah sejak 2020, 3% lebih rendah dari tahun lalu. Beijing tampak siap terus batasi kelebihan pasokan komoditas industri, dan data yang dirilis tunjukkan tekanan berlanjut di sektor konstruksi dan manufaktur selama perlambatan ekonomi.
Ke depannya, semester kedua 2025 bawa tantangan baru untuk pertumbuhan ekonomi China, yang jelas pengaruhi biaya bijih besi, harga baja, dan lainnya. Analisis ini tunjukkan ketidakpastian tarif masih jadi masalah besar, terutama jelang tenggat penting Agustus. Meski tarif puncak April kecil kemungkinan terulang, eskalasi lebih lanjut tak bisa diabaikan. Ini bisa tekan investasi dan pengaruhi kepercayaan bisnis.
Selain itu, momentum subsidi perdagangan mungkin mulai berkurang kecuali kebijakan diperpanjang. Upaya atasi “involution” China—persaingan harga berlebihan—bisa beri keuntungan jangka panjang, tapi dengan gesekan ekonomi jangka pendek.
Meski ada tantangan, performa kuat semester pertama bikin China siap capai target pertumbuhan tahunan. Menurut laporan tim riset ING, risiko untuk prediksi GDP 4,7% YoY saat ini seimbang, dengan sedikit potensi kenaikan.
Oleh Sohrab Darabshaw
Artikel Terpopuler Lainnya dari Oilprice.com