Pasangan Berpenghasilan $180K Mengaku “Satu Kesalahan Saja Bisa Kehilangan Segalanya” — Menurut Ramit Sethi, Masalah Mereka “Bukan soal Angka”

Dominique (33) dan Chris (34) punya pendapatan gabungan $180,000 per tahun — tapi meski terdengar banyak, mereka tetap hidup dari gaji ke gaji.

Mereka cuma butuh "satu kesalahan untuk kehilangan segalanya," kata Dominique ke Ramit Sethi di podcast I Will Teach You To Be Rich. Saat itu, Chris cuma punya $64,18 di rekeningnya.

Di atas kertas, pendapatan mereka "luar biasa," tapi pola pikir uang jangka pendek bikin keuangan mereka sangat ketat, ujar Sethi. Contohnya, mereka beli rumah kedua "hanya karena perasaan."

Dominique dan Chris sudah bersama 6 tahun; mereka bertunangan dan punya anak kecil. Mereka beli rumah kedua yang sekarang disewakan, tapi itu menghabiskan $1.000-$2.000 per bulan. Kalau dijual sekarang, mereka bisa rugi $40.000. Biaya pengasuhan anak juga bakal naik 4x lipat.

Tapi mereka belanja tanpa pikir panjang dan jarang hitung-hitungan, bahkan untuk beli barang besar, bikin keuangan mereka tidak stabil. Mereka juga gak sepakat soal kontribusi masing-masing.

Dominique ngurus anak, kerja full-time, dan keuangan rumah tangga, bikin dia semakin kesal. Chris malah cuek sama masalah uang, makin gak peduli.

Chris sempat gak kerja, dan "rasanya semua masalah menumpuk, apalagi karena kami gak komunikasi soal uang atau… kerja sama sebagai tim," kata Dominique.

"Aku cenderung diam dalam situasi kayak gitu karena gak suka konflik," akui Chris.

Sekarang Chris kerja lagi, dan Sethi hitung pendapatan mereka: Chris dapat $9.240 per bulan, Dominique $5.709.

"Keuangan mereka dikendalikan emosi, bukan hitungan. Kalau gak berubah, mereka bisa kehilangan segalanya," ujar Sethi.

Pola pikir inilah penyebab "dari pengeluaran sehari-hari sampai ragu investasi," tambahnya. "Gak ada pengeluaran, tabungan, atau investasi yang dipikir matang. Semua spontan."

MEMBACA  Rencana suaka Rwanda Rishi Sunak bisa menghabiskan £580 juta bagi Inggris, peringatkan lembaga pengawas

Pola pikir uang jangka pendek biasanya:

  • Hidup dari gaji ke gaji
  • Beli barang impulsif
  • Sering pakai kartu kredit
  • Hindari tabungan dan investasi

    Tapi kalau beli rumah, mobil, atau liburan cuma karena emosi — apalagi takut — "kamu akan bayar konsekuensinya," kata Sethi.

    Konsekuensinya bisa keuangan (bunga kartu kredit, gak punya dana darurat) atau kesehatan (stres, cemas, bahkan masalah fisik).

    Survei Intuit menunjukkan 61% orang usia 18-35 alami kecemasan finansial karena:

  • Biaya hidup naik (76%)
  • Ketidakpastian kerja (48%)
  • Harga rumah mahal (46%)

    58% bilang mengatur uang bikin hidup lebih baik. Tapi 49% tetap hidup dari gaji ke gaji, dan 32% kesulitan hadapi pengeluaran mendadak.

    Menurut Newport Institute, stres finansial bisa picu:

  • Kecemasan & depresi
  • Masalah hubungan
  • Penyalahgunaan zat

    Laporan Health is Wealth menemukan 66% orang dewasa di AS alami susah tidur (40%) dan sakit kepala (37%) karena stres finansial. 67% bilang inflasi pengaruhi kesehatan fisik/mental mereka.

    Tapi Sethi bilang, bedanya orang yang fokus masalah vs. solusi: "Kamu bisa ngomongin masalah atau cari solusi."

    Dominique dan Chris sudah "bertahun-tahun terjebak masalah, berputar-putar, berdebat, menghindar." Kalau mau berubah, mereka harus beralih ke pola pikir solusi.

    Sethi menyarankan mereka:

    1. Pelajari dasar keuangan pribadi (baca buku, ikut workshop, atau konseling).
    2. Mulai komunikasi soal uang & tujuan masa depan (rapat rutin bahas keuangan).
    3. Buat anggaran, buka rekening tabungan bersama, siapkan dana darurat, otomatiskan pembayaran & investasi.
    4. Putuskan nasib rumah kedua (jual atau tidak setelah hitung rugi).

      Kunci keberhasilan mereka adalah beralih dari pola pikir jangka pendek ke jangka panjang yang fokus solusi.

      "Itu perubahan besar," kata Sethi. "Dari ‘percaya gak ini terjadi?’ ke ‘gimana aku bisa perbaiki?’"

      Artikel ini hanya memberikan informasi dan bukan sebagai nasihat. Disampaikan tanpa garansi apapun.

MEMBACA  Warren Buffett memberikan nasihat ini kepada investor muda—dan itu tidak ada hubungannya dengan di mana mereka harus menempatkan uang mereka.