Pasar saham AS turun hari Senin. Hal ini terjadi karena harga saham Nvidia dan perusahaan lain yang terkait dengan teknologi kecerdasan buatan (AI) mengalami penurunan lagi.
Indeks S&P 500 jatuh 0,9% dan semakin jauh dari rekor tertinggi yang dicapai akhir bulan lalu. Dow Jones Industrial Average turun 557 poin (1,2%), sementara Nasdaq turun 0,8%.
Nvidia, yang sering goyah beberapa minggu terakhir, memberi pengaruh terbesar ke pasar. Saham perusahaan chip itu turun 1,8%. Saham lain seperti Super Micro Computer juga turun 6,4%.
Bidang lain yang sebelumnya naik juga ikut turun. Bitcoin misalnya, anjlok di bawah $92.000, turun dari hampir $125.000 bulan lalu. Ini menyebabkan saham Coinbase Global turun 7,1% dan Robinhood Markets 5,3%.
Banyak pengamat sudah memperingatkan bahwa harga saham mungkin akan jatuh karena harganya sudah terlalu mahal. Mereka terutama menyoroti saham-saham yang terkait demam AI, yang harganya sudah naik sangat cepat selama bertahun-tahun.
Meski turun hari ini, saham Nvidia masih naik 39% sejak awal tahun. Perhatian kini tertuju pada hari Rabu, saat Nvidia mengumumkan laba untuk kuartal sebelumnya. Jika hasilnya tidak sesuai ekspektasi, ini bisa menggoyahkan asumsi yang mendorong pasar saham AS ke rekor.
Ekspektasi tinggi ini juga berlaku untuk perusahaan di luar teknologi. Aramark, perusahaan jasa makanan, turun 5,2% karena labanya kuartal ini kurang dari perkiraan analis.
Di sisi lain, saham Alphabet (perusahaan induk Google) naik 3,1%. Kenaikan ini terjadi setelah perusahaan milik investor legendaris Warren Buffett, Berkshire Hathaway, membeli saham Alphabet senilai $4,34 miliar.
Secara keseluruhan, S&P 500 turun 61,70 poin ke 6.672,41. Dow turun 557,24 ke 46.590,24, dan Nasdaq turun 192,51 ke 22.708,07.
Sumber potensi kekecewaan lain bagi Wall Street adalah kebijakan suku bunga dari Federal Reserve (bank sentral AS). Ekspektasi sebelumnya adalah Fed akan menurunkan suku bunga untuk membantu pasar tenaga kerja yang melambat. Suku bunga rendah biasanya disukai pasar karena mendongkrak ekonomi dan harga aset.
Namun, sekarang muncul keraguan apakah Fed benar-benar akan memotong suku bunga pada pertemuan Desember nanti. Masalahnya, inflasi masih bandel dan tetap di atas target 2% yang ditetapkan Fed.
Pejabat Fed juga menyebutkan soal pemberhentian pemerintahan AS baru-baru ini, yang menunda data terbaru tentang pasar tenaga kerja dan sinyal ekonomi lainnya. Karena informasi kurang, beberapa pejabat Fed menyarankan untuk menunggu dulu di bulan Desember.
Sekarang pemerintahan sudah berjalan, laporan pekerjaan untuk bulan September yang tertunda akan dirilis hari Kamis. Data ini bisa bikin pasar bergejolak lagi. Jika datanya terlalu kuat, Fed mungkin tidak akan turunkan suku bunga. Sebaliknya, jika datanya terlalu lemah, kekhawatiran tentang ekonomi akan muncul.
Menurut seorang analis, di tahun 2026 nanti, Fed kemungkinan hanya akan memotong suku bunga jika ekonomi sudah jelas melambat, bukan untuk mencegahnya. Lingkungan seperti ini kurang baik untuk harga saham.
Di pasar obligasi, imbal hasil obligasi pemerintah 10-tahun turun sedikit jadi 4,13%.
Di pasar saham luar negeri, indeks di Eropa dan Asia sebagian besar turun dengan stabil. Indeks Nikkei 225 Tokyo turun 0,1% setelah diketahui ekonomi Jepang menyusut. Sementara itu, Kospi Korea Selatan justru naik 1,9% karena saham teknologi di sana performanya bagus.