Mungkinkah Islandia Membantu AS Membersihkan Industri Aluminiumnya?

Aluminium ada di mana-mana di dunia modern, tapi produksinya punya jejak karbon besar. Dengan tarif Trump yang naikin harga, kita diingetin bahwa aluminium tidak boleh dibuang-buang—dan Islandia mungkin punya solusi untuk daur ulangnya.

DTE, startup dari Reykjavik yang berasal dari industri aluminium kelas dunia di pulau kecil itu, bekerja sama dengan raksasa aluminium Amerika Novelis untuk membantu mereka meningkatkan penggunaan bahan daur ulang hingga 75%.

Ini tujuan yang ambisius, meskipun aluminium—secara teori—bisa didaur ulang terus-menerus. "Prinsipnya benar, tapi lebih rumit dari itu," kata Kristjan Leosson, CTO DTE, ke Fortune.

Alasannya, aluminium ada dalam banyak bentuk, dari sayap pesawat sampai kerangka bangunan. "Kalau kamu punya kaleng minuman bekas dan meleburnya, kamu tidak bisa bikin kaleng baru dari paduan itu," jelas Leosson. "Kamu harus mengelola semua aliran aluminium daur ulang ini supaya jadi produk akhir bernilai tinggi lagi."

Teknologi di balik peleburan yang lebih cerdas

Di sinilah teknologi DTE bisa membantu. Dengan sensor canggih yang kasih data langsung, perusahaan ini memungkinkan kliennya menganalisis komposisi aluminium saat dilebur, sehingga lebih mudah gabungkan sisa tanpa turunin kualitas.

Ketelitian ini penting karena permintaan untuk paduan aluminium kuat terus naik, terutama di industri aerospace, pertahanan, energi terbarukan, dan semikonduktor.

"Sisa aluminium itu kayak sisa makanan," kata Karl Ágúst Matthíasson, co-founder DTE. "Kalau kamu bisa rasain dengan aktif, kamu bisa pake sup lobster premium kemarin untuk bikin sup premium hari ini."

Mirip restoran yang cari bahan lokal, daur ulang aluminium berarti pakai sumber daya yang tidak perlu diimpor. Ini jadi argumen penting di AS, di mana kebutuhan akses ke bahan penting—terutama untuk pertahanan—tambah tekanan rantai pasok.

MEMBACA  Saham Tak Terduga Ini Bisa Jadi Pemenang Terbesar dari Perdagangan AS-China

Angin geopolitik

"Tarif Trump sebenarnya jadi insentif untuk bisnis daur ulang di Barat dan di mana-mana, jadi secara tidak langsung tingkatkan permintaan untuk produk kami," kata Jakob Asmundsson, CEO DTE.

Tapi ini bukan cuma karena situasi sekarang. Novelis, klien DTE, juga ikut investasi $16 juta di startup ini tahun 2023.

Di film dokumenter CBS, Derek Prichett dari Novelis bilang teknologi DTE tidak hanya tingkatkan kualitas, tapi juga keamanan. "Kami bisa jauhkan operator dari tungku dan logam cair, sehingga lebih aman."

Metode lama—sampling manual logam cair—berbahaya dan boros, jadi otomatisasi seperti DTE bakal gantikan cara itu.

Keunggulan Islandia

Listrik di Islandia 100% dari energi terbarukan (hidro dan panas bumi), sehingga pabrik aluminium di sana punya emisi CO2 lebih rendah.

Selain DTE, startup lain seperti SnerpaPower dan Arctus Aluminium juga muncul dari industri ini, fokus pada optimasi energi dan produksi bebas karbon.

Meski ekspor aluminium Islandia hampir semua ke Eropa, peluangnya ada di perusahaan AS seperti Novelis yang bisa pakai teknologi Islandia untuk capai target daur ulang, kurangi biaya dan emisi.

"Meningkatkan sustainabilitas industri aluminium itu kompleks dan butuh banyak solusi. Teknologi ini salah satunya," kata Prichett.

Cerita ini aslinya muncul di Fortune.com.