Morgan Stanley menyarankan investor untuk menghindari perdagangan berlebihan di hedge funds

Mempunyai perdagangan yang terlalu ramai yang paling populer di antara dana lindung nilai dapat berisiko bagi investor individual dalam hal terjadinya kegemparan seperti gerombolan oleh para trader sistematis, menurut Morgan Stanley, yang meneliti saham-saham yang sebaiknya dihindari. Perusahaan Wall Street itu mempelajari 70 hedge fund terbesar berdasarkan aset di bawah pengelolaan, dan mengidentifikasi saham-saham Russell 1000 dengan persentase tertinggi dari saham umum yang dimiliki oleh mereka, berdasarkan laporan 13F terbaru. “Perdagangan yang ramai datang dengan risiko penilaian yang berlebihan dan volatilitas yang meningkat karena mungkin lebih sulit untuk menarik investor marginal, sementara menghindari saham-saham yang terlalu ramai dapat memberikan peluang kepada investor untuk menangkap nilai yang tidak diakui ketika dipasangkan dengan fundamental yang kuat,” demikian kata para ahli strategi Morgan Stanley dalam sebuah catatan. Meskipun popularitas dan performanya, tidak ada saham teknologi megakap yang masuk dalam daftar saham-saham yang terlalu ramai. Hal ini karena jumlah saham mereka yang sangat besar membuat kepemilikan dana lindung nilai menjadi kurang signifikan. Morgan Stanley menemukan bahwa hedge fund paling banyak memiliki saham-saham di sektor konsumsi diskresioner, industri, dan kesehatan kuartal lalu, sementara mereka paling pesimis terhadap perusahaan teknologi dan konsumen. Perusahaan penyewaan mobil Avis Budget Group adalah saham yang paling ramai di antara hedge fund, dengan lebih dari separuh dari sahamnya dimiliki oleh kerumunan uang cepat. Pemilik dan pengembang real estat Howard Hughes Holdings dan perusahaan kesehatan Incyte juga merupakan nama-nama yang populer kuartal lalu. Janus Henderson, The New York Times, Planet Fitness, dan Wayfair juga masuk dalam daftar perdagangan yang ramai. – CNBC’s Michael Bloom memberikan laporan.

MEMBACA  Kementerian Akan Memberikan Pendanaan Syariah sebesar Rp10 miliar untuk UMKM