Di konferensi Fortune Global Forum di Riyadh, Ana Paula Assis dari IBM bilang perusahaan harus ubah cara kerja mereka supaya bisa dapatkan manfaat AI sepenuhnya. Dia menjelaskan bahwa perusahaan butuh pendekatan yang sistematis dan menyeluruh. Pendekatan ini harus gabungkan data, teknologi, dan kepercayaan untuk bisa sukses dengan teknologi ini.
Walaupun penggunaan AI tumbuh cepat, banyak organisasi masih susah dapat hasil yang jelas. Ini karena ada kesenjangan pengetahuan dan integrasi yang terbatas.
AI punya potensi untuk tingkatkan produktivitas di dalam organisasi, tapi hanya setelah model bisnis diubah, kata Ana Paula Assis.
Assis bilang ke penonton di Fortune Global Forum di Riyadh bahwa untuk eksplor potensi penuh AI, perlu pakai “pendekatan sistematis” terhadap teknologi itu. Pendekatan yang menerapkan AI di seluruh organisasi, menyatukan bagian-bagian yang terpisah, dan beralih dari coba-coba ke adopsi di seluruh perusahaan.
Menurut penelitian IBM yang dia sebutkan, dua pertiga pemimpin di EMEA sudah lihat dampak positif AI pada produktivitas. Pemimpin Saudi mengklaim mereka melihat dampak positif terbesar, dengan 84% pemimpin di sana menyebutkan dampak positif AI.
Tapi, walaupun mayoritas perusahaan investasi cepat di AI, beberapa masih berjuang untuk bawa teknologi ini melewati fase percobaan. Jumlah perusahaan yang jalankan alur kerja penuh dengan AI hampir dua kali lipat dalam setahun terakhir. Sementara itu, penggunaan AI di tempat kerja juga sudah dua kali lipat sejak 2023.
Namun, sebuah studi dari MIT Media Lab menemukan bahwa 95% organisasi yang pakai AI tidak lihat hasil yang jelas dari investasi mereka. Ini sebagian karena “kesenjangan belajar” — orang dan organisasi tidak paham cara gunakan alat AI dengan benar, bukan karena masalah dengan teknologi intinya sendiri.
Mengintegrasikan teknologi baru ke struktur perusahaan yang rumit butuh waktu. Menurut Assis, mengadopsi teknologi dengan cara “sistematis” berarti pertimbangkan kesiapan data, keterbukaan, dan kepercayaan.
“AI hanya sebaik data yang kamu gunakan untuk melatih dan menambahnya,” katanya. “Kami memproyeksikan, bahwa hanya 1% data yang ada di aplikasi perusahaan di pusat data mereka sendiri yang disentuh oleh AI. Jadi bayangkan peluang yang akan tercipta ketika kita memperluas jangkauan ini.”
Assis juga mencatat bahwa perusahaan sering beroperasi dalam lingkungan teknologi yang kompleks yang butuh integrasi dan koordinasi di berbagai sistem dan tim. Dia tekankan bahwa keterbukaan, interoperabilitas, dan fleksibilitas dalam penempatan kerja AI sangat penting untuk adopsi yang sukses di perusahaan.
“Perusahaan, semakin lama, semakin cari mitra dan penyedia solusi yang bisa tunjukkan bahwa mereka akan skala teknologi ini dengan cara yang terpercaya dan bertanggung jawab — dan itu butuh kemampuan orkestrasi, keamanan di intinya, dan pendekatan tata kelola yang memungkinkan mereka untuk memasukkan pedoman dan prinsip mereka ke dalam alur kerja ini,” ujarnya.