Microsoft: AI Tidak Akan Menyembuhkan ‘Hari Kerja Tanpa Akhir’ Tanpa Perubahan Cara Bisnis Beroperasi

Halo dan selamat datang di Eye on AI.

Di edisi ini… OpenAI dapat kontrak $200 juta dari Pentagon… Salesforce temukan model AI kurang bagus pakai software CRM… dan studi baru tunjukkan AI scraper membebani institusi budaya.

Bulan April lalu, Microsoft merilis penelitian tentang hari kerja modern, dari data anonim penggunaan aplikasi mereka. Sebenarnya, kesimpulannya agak mengecewakan. Mereka menemukan kita semua terjebak dalam apa yang disebut "hari kerja tak berujung." Orang mulai cek email sebelum bangun tidur. Saat kerja, jam paling produktif diisi rapat dan gangguan. Rata-rata, orang terganggu pesan atau email setiap 2 menit—total 275 gangguan per hari! Hampir setengah rapat terjadi antara jam 9-11 pagi atau 1-3 siang, padahal itu saat otak paling fokus dan selesaikan masalah. Potensi produktif puncaknya jam 11 pagi, tapi justru itu jam paling sibuk dengan obrolan, rapat, dan pemakaian aplikasi paling tinggi.

Malam juga tak lebih baik. Banyak karyawan kerja lagi setelah makan malam. Dengan tim di zona waktu beda, rapat setelah jam 8 malam naik 16% dibanding tahun lalu. Banyak orang masih cek email sebelum tidur jam 10 malam.

Jadwal melelahkan ini bikin "kesenjangan kapasitas"—53% pemimpin bilang produktivitas harus naik, tapi 80% karyawan bilang mereka tak punya waktu atau energi untuk kerja.

Apa hubungan AI dengan ini?
Semua berharap AI bisa selamatkan kita dari ekspektasi tak mungkin vs. keterbatasan manusia. Tapi teknologi sendiri tak bisa. Malah, banyak cara perusahaan gunakan AI bisa bikin keadaan lebih buruk.

Memaksa orang kerja lebih cepat, bukan lebih baik
Kalau sudah tenggelam dalam rapat, email, dan gangguan, AI yang bantu tulis lebih banyak email atau rangkum rapat tak benar-benar selesaikan masalah—hanya memperlancar sistem yang sudah rusak.

MEMBACA  Empat Kiat dari CIO Goldman Sachs untuk Lindungi Karier dari AI

Inilah kesimpulan dari obrolan dengan Jamie Teevan (Chief Scientist Microsoft) dan Alexia Cambon (peneliti utama Work Trends Index Microsoft).

"AI meningkatkan produktivitas, tapi belum cukup," kata Teevan. "Kecepatan bisnis masih lebih cepat dari cara kerja kita sekarang."

Membuat perintah untuk AI agar lakukan tugas (seperti riset atau bikin presentasi) malah tambah beban kognitif. Kita harus pikirkan langkah-langkahnya dan beri instruksi jelas. Ini butuh konsentrasi dan bisa terasa berat.

Tapi ada cara lebih baik: anggap AI seperti rekan kerja digital, bukan sekadar alat. Perusahaan juga perlu ubah struktur organisasi dan cara mengukur nilai. Microsoft temukan perusahaan "Frontier Firms" yang sudah lakukan ini—71% karyawan di sana merasa perusahaan berkembang, vs. hanya 37% secara global.

Tapi Frontier Firms masih sedikit—hanya 840 dari 31.000 perusahaan yang diteliti. Kebanyakan startup teknologi atau perusahaan layanan profesional seperti konsultan dan hukum.

Apa beda Frontier Firms?

  1. Fokus pada dampak, bukan sekadar aktivitas.
  2. Desain ulang alur kerja, bukan cuma otomatisasi.
  3. Gunakan AI sebagai "agen" yang tangani alur kerja lengkap, bukan tugas tunggal.
  4. Struktur organisasi lebih datar, tim dibentuk berdasarkan proyek, bukan keahlian.

    Microsoft pasti punya kepentingan jual narasi ini agar perusahaan beli produk AI mereka. Tapi fakta tetap: perusahaan yang lakukan ini benar akan dapat keuntungan besar. Yang tidak? Hanya dapat kekacauan efisien dan karyawan kelelahan.

    Berita AI hari ini:

    • OpenAI dapat kontrak $200 juta dari Pentagon.
    • Ketegangan OpenAI dan Microsoft memanas.
    • Google rilis alat prediksi badai baru pakai AI.

      Penelitian Salesforce: Model AI ternyata kurang mahir pakai software CRM mereka. Bahkan model terbaik seperti Gemini 2.5 Pro hanya selesaikan 54% tugas B2B dan 58% tugas B2C. Untuk interaksi multiturn, performanya turun drastis.

      AI scrapers membebani institusi budaya: Bot AI sering overload server museum, perpustakaan, dan galeri. Banyak yang mengabaikan file robots.txt, sehingga situs mereka bisa down seperti serangan DDoS.

      (Hubungi Jeremy Kahn untuk info lebih lanjut atau ikuti acara Fortune Brainstorm AI di Singapura tanggal 22-23 Juli!)

MEMBACA  Kiat, Jawaban, dan Bantuan Wordle NYT Hari Ini untuk 28 Juli #1500