Meta Milik Mark Zuckerberg Tandatangani Kesepakatan 20 Tahun dengan Raksasa Nuklir untuk Dukung Ambisi AI

Kesepakatan Meta untuk bantu bangkitkan pembangkit nuklir di Illinois adlah salah satu cara tunjukkan bahwa perusahaan induk Facebook dan Instagram sedang siapkan masa depan dengan AI.

Kesepakatan 20 tahun Meta dengan Constellation Energy mirip seperti yg dilakukan Amazon, Google dan Microsoft, tapi butuh bertahun-tahun sebelum energi nuklir bisa penuhi kebutuhan listrik industri teknologi yg sangat besar.

AI pakai banyak energi, kebanyakan dari bahan bakar fosil yg sebabkan perubahan iklim. Popularitas tak terduga AI generatif beberapa tahun terakhir udah ganggu rencana banyak perusahaan teknologi untuk pakai sumber energi yg lebih ramah lingkungan.

Walaupun Meta harap bisa pakai lebih banyak nuklir di masa depan, rencana jangka pendek mereka masih andalkan gas alam. Entergy, salah satu penyedia listrik terbesar di AS, sedang percepat rencana bangun pembangkit gas di Louisiana untuk siapkan kompleks data center Meta.

Apakah AS siap untuk AI bertenaga nuklir?

Prancis bangga dengan energi nuklirnya yg hasilkan 75% listrik negara itu, tingkat tertinggi di dunia, sebagai kunci unjuk diri sebagai pemimpin AI. Saat menjadi tuan rumah konferensi AI di Paris awal tahun ini, Presiden Prancis Emmanuel Macron sebut slogan “drill baby drill” Donald Trump dan tawarkan alternatif: “Di sini ga perlu ngebor, tinggal colok baby colok.”

Tapi di AS, sebagian besar listrik untuk data center masih dari bahan bakar fosil – gas alam dan kadang batubara – menurut laporan April dari International Energy Agency. Dengan naiknya permintaan AI, sumber listrik baru dalam beberapa tahun ke depan diperkirakan akan datang dari pembangkit gas, murah dan andal tapi hasilkan emisi penyebab pemanasan global.

MEMBACA  Produsen mobil mewah China Seres bangkit untuk melampaui BMW

Sumber energi terbarukan kayak matahari dan angin menyumbang sekitar 24% daya data center di AS, sementara nuklir sekitar 15%, menurut IEA. Butuh tahunan sebelum sumber energi lebih ramah lingkungan, termasuk nuklir, bisa perlambat ekspansi pembangkit bahan bakar fosil.

Laporan Departemen Energi AS akhir tahun lalu perkirakan kebutuhan listrik untuk data center di AS udah naik tiga kali lipat dalam dekade terakhir dan diproyeksikan naik dua atau tiga kali lipat lagi pada 2028, bisa konsumsi sampai 12% listrik nasional.

Kenapa AI butuh banyak energi?

Dibutuhin banyak daya komputasi untuk buat chatbot AI dan sistem dasarnya, kayak Llama milik Meta. Dimulai dengan proses disebut pelatihan atau pra-pelatihan – “P” dalam ChatGPT – di mana sistem AI “belajar” dari pola data sangat besar. Untuk itu, mereka butuh chip komputer khusus – biasanya prosesor grafis atau GPU – yg bisa jalankan banyak perhitungan sekaligus di jaringan perangkat.

Setelah dilatih, tool AI generatif masih butuh listrik untuk bekerja, misal saat minta chatbot buat bikin dokumen atau gambar. Proses itu disebut inferensi. Model AI yg udah dilatih harus terima info baru dan buat kesimpulan dari yg udah dipelajari untuk hasilkan respons.

Semua komputasi itu butuh banyak listrik dan hasilkan banyak panas. Untuk tetap dingin dan berfungsi baik, data center butuh AC. Itu bisa butuh lebih banyak listrik lagi, jadi kebanyakan operator data center cari teknik pendinginan lain yg biasanya melibatkan pompa air.

Cerita ini awalnya muncul di Fortune.com