Mengatasi Gejolak Pasar Minyak Akibat Konflik Iran-Israel

Tanggal 13 Juni, Israel meluncurkan serangan udara besar-besaran ke Iran, dan Teheran membalas dengan ratusan misil balistik ke Israel. Harga minyak langsung naik karena panik, dengan harga minyak mentah Brent melonjak 10% jadi lebih dari $77 per barel di awal minggu berikutnya. Ini karena banyak risiko pasokan dan ketidakpastian di pasar.

Tim Riset Minyak & Gas GlobalData membahas kekhawatiran utama dan mengevaluasi reaksi berlebihan pasar terhadap konflik Israel-Iran. Mereka melihat risiko penutupan Selat Hormuz, dampak pada infrastruktur minyak Iran, efek samping ke Mesir dan Yordania, serta kenaikan premi asuransi dan eskalasi proxy.

Kemungkinan Selat Hormuz ditutup sepenuhnya sangat kecil. Sekitar 30% perdagangan minyak dunia dan 20% pengiriman gas alam cair (LNG) melewati selat ini. Sekitar 80% ekspor minyak dan LNG negara Teluk ke Asia lewat sini, termasuk semua ekspor minyak Iran ke China. Bagi Iran, menutup Selat Hormuz tidak masuk akal karena 80% impor mereka lewat sana. Jika ditutup, perdagangan Iran dan regional akan terganggu.

Ekspor minyak Iran kebanyakan dari Pulau Kharg di Teluk. Risiko serangan langsung ke pulau ini kecil, dan bahkan jika diserang, ekspor Iran tidak akan sepenuhnya berhenti karena ada banyak terminal ekspor di sana. Iran juga punya rute alternatif seperti Bandar Abbas dan Bandar Mahshahr.

Pilihan lain adalah pipa Jask yang menghubungkan wilayah penghasil minyak di barat ke terminal ekspor di Teluk Oman. Pipa ini dipakai pertama kali untuk ekspor minyak Iran lewat Jask di Oktober 2024. Tapi kapasitasnya jauh lebih kecil dibanding terminal Kharg dan tidak bisa untuk ekspor campuran, jadi hanya untuk mengatasi gangguan sementara. Ekspor Iran ke China dikontrol lewat jalur tidak resmi, seperti transfer kapal dan ganti bendera, sehingga tidak terpengaruh sanksi lebih lanjut. Ketegangan dagang AS-China justru memberi pasar untuk minyak Iran.

MEMBACA  Pemotongan suku bunga Inggris bergantung pada perlambatan pertumbuhan upah, kata Andrew Bailey

Mesir dan Yordania termasuk negara paling terdampak eskalasi Israel-Iran. Tanggal 13 Oktober, Israel memerintahkan ladang gas "Leviathan" dan "Karish" berhenti produksi, mengganggu pasokan gas ke Mesir dan Yordania. Kedua negara mengambil langkah darurat untuk mencegah pemadaman listrik, termasuk menghentikan sementara pabrik yang terhubung ke jaringan listrik.

Pabrik pupuk Mesir paling terdampak. Meski pasokan gas ke Mesir dan Yordania sudah lanjut lagi Kamis lalu, ketegangan militer dan risiko serangan ke platform gas di Laut Tengah timur bisa membuat Israel hentikan produksi lagi.

Premi risiko perang naik di seluruh dunia, terutama Timur Tengah. Setelah serangan Israel ke Iran, premi risiko maritim naik jadi 0,3% nilai kapal, naik 60% dari sebelumnya 0,125%. Eskalasi lebih lanjut, bahkan serangan cyber, bisa menaikkan biaya bisnis di Timur Tengah. Pasokan fisik tetap ada, tapi harga bisa naik karena biaya pengiriman yang lebih mahal ke Asia dan Eropa.

Kenaikan harga minyak setelah serangan Israel Jumat lalu terutama karena panik pasar soal risiko konflik lebih besar dan gangguan pasokan energi. Ini bukan karena perubahan mendasar di pasar.

Meski ekspor minyak Iran kecil kemungkinan hilang sepenuhnya, jika ada kekurangan pasokan bisa cepat diatasi. China punya stok minyak banyak, dan anggota OPEC siap menambah produksi jika dibutuhkan untuk stabilkan pasar.

Eskalasi Israel-Iran memang mengguncang pasar minyak global, terlihat dari lonjakan harga Brent. Tapi, dinamika pasokan dan permintaan sebenarnya tidak berubah. Penutupan Selat Hormuz kecil kemungkinannya karena merugikan Iran sendiri. Selain itu, rute ekspor alternatif Iran dan ketahanan infrastruktur minyaknya membuat gangguan ekspor bisa dikendalikan.

Negara tetangga seperti Mesir dan Yordania menghadapi masalah langsung akibat gangguan pasokan gas, tapi dampak ke pasar minyak lebih karena spekulasi panik daripada keterbatasan pasokan. OPEC masih bisa stabilkan pasar jika harga terus bergejolak.

MEMBACA  Kekacauan Pasokan Musim Liburan bagi Ritel Kecil AS Akibat Tarif Trump

Untuk analisis detail perkembangan energi, gangguan besar, dan data lengkap, pantau terus GlobalData Oil & Gas Intelligence Center.

Artikel ini awalnya dibuat dan diterbitkan oleh Offshore Technology, merek milik GlobalData.

Informasi di situs ini disediakan dengan itikad baik untuk tujuan informasi umum saja. Kami tidak menjamin keakuratan atau kelengkapannya. Harap konsultasikan dengan ahli sebelum mengambil keputusan berdasarkan konten ini.**