Mengapa HR Perlu Lebih Memperhatikan Istilah Tren seperti ‘Quiet Quitting’ dan ‘Coffee Badging’

“Quiet quitting.” “Coffee badging.” “Workcations.” Kita semua pernah dengar istilah-istilah kerja kaya gini (dan mungkin ngerti perilaku yang mereka jelasin). Istilah tentang burnout dan kekecewaan ini menyebar cepat di TikTok dan media sosial lain sejak pandemi mengubah norma kerja.

Tapi, para pemimpin HR sering nggak terlalu peduli sama konsep-konsep ini. Survei terbaru nemuin bahwa hampir 40% profesional HR bilang mereka nggak tertarik sama buzzwords, dan 52% merasa penasaran tapi hati-hati.

Haruskah perusahaan lebih memperhatikan bahasa yang nyindir struktur yang mereka andelin? Sebuah studi dari firma riset McLean & Company bilang iya—dengan catatan.

Nggak ada yang mau perusahaannya kena “Great Resignation” atau karyawannya kena “resenteeism.” Jadi, ketika buzzwords baru muncul, pemimpin sering minta saran ke HR, sementara karyawan mungkin pengen pengalaman mereka diakui dan diatasi, kata Grace Ewles, direktur di McLean’s HR Research and Advisory Services. Langkah pertamanya adalah riset, katanya.

“Waktu kita mau beli mobil, kita pasti riset dulu,” kata Ewles. “Sama aja kalo denger buzzwords baru.” Ketika istilah baru muncul, pemimpin HR harus “ambil kesempatan buat mundur sebentar dan ngerti apa penyebabnya.”

Ewles menyarankan pemimpin buat tanya diri sendiri: Apa arti buzzword ini buat organisasi kita? Mereka harus cek data internal—kaya survei keterlibatan karyawan atau diskusi kelompok—buat ngevalidasi atau menyangkal fenomena yang dijelasin buzzwords. Seringnya, perilaku yang disebut bisa jadi tanda masalah lebih besar.

Kalo datanya valid, misalnya tingkat burnout tinggi atau keinginan buat work-life balance lebih baik, itu tanda ada hal yang bisa dipelajari dari buzzwords, ujarnya.

Pertanyaan besarnya: Apa yang bisa dilakukan? “Menurut aku, balik lagi ke strategi dengerin karyawan,” kata Ewles. “Pastiin kita punya komunikasi dua arah sama mereka.”

MEMBACA  Jokowi Menyatakan Presiden Diperbolehkan Berkampanye dan Bersikap Tertentu dalam Pilpres

Setelah riset dan diskusi selesai, waktunya buat aksi nyata.

Kristin Stoller
Direktur Editorial, Fortune Live Media
[email protected]

Sekitar Meja
Ringkasan berita HR terpenting.

  • Gaji besar dan fasilitas mewah hilang: Di era "hard tech," kehidupan kerja di perusahaan teknologi besar Lembah Silikon berubah drastis—dan karyawan nggak suka. New York Times
  • Mau gaji tinggi dan akses kerja lebih banyak? Hindari 10 kota di AS ini. CNBC
  • Hati-hati ngomong di Zoom: AI pencatat rapat sedang dengerin (dan bikin pusing beberapa pekerja). Wall Street Journal

    Obrolan Santai
    Semua yang perlu kamu tau dari Fortune.

  • Keamanan dulu. Gen Z lebih milih kerja di bidang teknis yang “lebih aman” daripada kuliah, meskipun kerja kantoran—dan beberapa ini—lebih aman. —Orianna Rosa Royle
  • Perubahan strategi. AI dikira bakal bunuh bisnis konsultan. Tapi CEO Accenture Julie Sweet udah posisikan perusahaan buat untung besar. —Lila Maclellan
  • Lulusan tanpa gelar. Gen Z tanpa ijazah kuliah jadi pemimpin ekonomi sampingan—dan mungkin suatu hari jadi bosmu. —Orianna Rosa Royle

    Ini versi web dari Fortune CHRO, nawala buat bantu eksekutif HR navigasi kebutuhan tempat kerja. Daftar buat dapetin gratis di inbox.