Di era perang yang tidak tersentralisasi, konflik tidak lagi terbatas pada geografi. Drone yang diluncurkan dari garasi, atau kode berbahaya bisa berdampak sekeras misil, meskipun bisa digunakan jauh dari garis depan konvensional. Negara-negara sekarang harus mempertahankan semua tempat sekaligus, dan infrastruktur penting telah menjadi target utama.
Saat wajah perang berubah total, pemerintah Barat harus beradaptasi untuk mengikuti, menilai ulang apa yang dimaksud dengan "pertahanan," dan memprioritaskan pentingnya inovasi keamanan siber. Di KTT NATO awal musim panas ini, aliansi mengambil langkah pertama yang penting untuk membangun lanskap pertahanan modern ini. Mereka setuju untuk meningkatkan pengeluaran pertahanan menuju 5% dari PDB dan mengulangi komitmen Anggota NATO.
Ketika AS mendorong Inggris dan Eropa untuk mandiri, keharusan untuk investasi pertahanan sangat jelas. Inovasi pertahanan telah berubah dari masalah pinggiran menjadi masalah eksistensial, dan tinjauan terbaru Inggris adalah tanda jelas bahwa pentingnya akhirnya diakui dengan benar. Tapi masih lebih banyak yang harus dilakukan.
Evolusi perang
Perang semakin tidak tersentralisasi dan digerakkan oleh teknologi, menandai perubahan terbesar dalam konflik sejak munculnya penerbangan. Hal ini berarti garis depan dan medan perang tidak ada lagi dengan cara yang sama, dan konflik tidak terbatas pada pertempuran fisik. Sebalinya, serangan siber dan sabotase telah menjadi elemen standar konflik negara.
Pejabat Ukraina melaporkan bahwa serangan siber Rusia meningkat drastis sejak invasi, dengan sekitar 70% lebih banyak serangan di tahun 2024 dibanding tahun sebelumnya. Ini juga bukan serangan acak; lebih dari setengahnya menargetkan sistem pemerintah, dengan peningkatan besar yang ditujukan pada infrastruktur komando dan kontrol militer.
Ancaman ini juga ada di luar zona perang aktif. Infrastruktur penting nasional menjadi target di seluruh negara Barat oleh berbagai kelompok peretas dan aktor negara, termasuk juga aktor negara. Taktiknya telah melampaui perusakan situs web tingkat rendah dan pencurian data dan sekarang meluas ke serangan yang lebih merusak pada sistem seperti jaringan energi, pipa gas, dan kabel bawah laut.
AI dan otonomi di medan perang
Selain perang siber ini, juga ada kemajuan pesat sistem AI dan otonom di medan perang. Drone dan platform robotik semakin dikendalikan oleh AI, memungkinkan mereka untuk mengintai, mengidentifikasi target, dan menyerang tanpa kontrol manusia langsung. Rusia dan Ukraina sama-sama telah banyak berinvestasi dalam kemampuan ini.
Ambil contoh penggunaan drone oleh Ukraina yang inovatif. Pasukannya berulang kali mencapai jauh ke dalam wilayah Rusia, menggunakan kumpulan drone murah alih-alih jet tempur atau misil krus. Pada Maret, mereka meluncurkan serangan terbesarnya, mengirim 343 drone ke wilayah Moskow, memaksa penutupan keempat bandara ibukota Rusia.
Kekuatan dahsyat dari kendaraan udara tak berawak (UAV) yang relatif murah ini membentuk ulang taktik perang. Serangan ‘Spiderweb’ digambarkan sebagai "operasi serangan presisi berbiaya rendah".
Ada juga sisi suram dari revolusi ini. Setiap UAV murah ini, dan perangkat yang terhubung ke internet, adalah target untuk perang siber. Ini memberikan kesempatan lain untuk diretas dan dinonaktifkan atau diubah tujuan, mengubah aset menjadi kerentanan secara instan.
Kekuatan senjata otonom — bahwa mereka murah, dapat ditingkatkan, dan efektif — juga akan membuatnya menjadi alat pilihan bagi negara nakal atau aktor teroris. Banyak pertahanan yang ada, seperti pos pemeriksaan keamanan bandara atau sistem anti-pesawat tradisional, tidak cocok untuk ancaman ini.
Industri pertahanan untuk masa depan
NATO menyadari bahwa mereka berada di ambang momen penting, dan bahwa mereka sedang berlomba dengan waktu untuk beradaptasi dengan lanskap ancaman yang selalu berkembang. Kekuatan militer tidak lagi hanya didefinisikan oleh jumlah tank atau pasukan, tetapi oleh teknologi, kelincahan, dan ketahanan.
Inggris, misalnya, telah mendirikan gugus tugas gabungan antara militer dan industri untuk memperkuat infrastruktur energi dan berinvestasi dalam kemampuan pemulihan cepat untuk jaringan komunikasi. Pengaburan apa itu ‘pertahanan’ ini penting karena permukaan serangan potensial menjadi global dan digital.
Era perang hibrida dan terdesentralisasi menuntut respons Barat yang lebih lincah dan inovatif. Meningkatkan anggaran militer dan pertahanan untuk memasukkan perlindungan siber dan infrastruktur adalah awal yang baik. Meningkatkan inovasi teknologis dan mendorong kolaborasi pemerintah-industri yang lebih erat akan menjadi langkah selanjutnya yang sangat baik.