Buka Editor’s Digest gratis
Roula Khalaf, Editor FT, memilih cerita favoritnya di newsletter mingguan ini.
CEO WPP Mark Read mundur dari grup iklan terbesar di UK saat perusahaan hadapi harga saham terendah dalam hampir 5 tahun dan perubahan besar di industri karena AI.
Kepergian Read akhirin karir lebih dari 30 tahun di WPP dan buka pencarian CEO baru di masa paling bergejolak buat industri ini. Dia bakal tetap jadi CEO sampai akhir tahun sambil dewan cari pengganti.
Mantan bos BT Philip Jansen jadi ketua grup awal tahun ini, memicu spekulasi soal masa depan Read. Di catatan internal ke staf yang dilihat Financial Times, Read bilang “ga ada waktu yang tepat buat pergi sebagai CEO… tapi ini rasanya waktu yang tepat buat aku.”
Dalam pernyataan Senin, Jansen bilang Read “berperan penting mengubah perusahaan jadi pemimpin dunia di layanan pemasaran modern.”
Di masa Read sebagai CEO, harga saham WPP turun setengah, nilai pasar jadi sekitar £6 miliar, sementara dia coba restrukturisasi operasi global dan investasi lebih di teknologi.
Saham WPP turun 1,3% di awal perdagangan Senin.
WPP tahun lalu kehilangan posisi sebagai agensi iklan terbesar dunia dari pendapatan ke rival Prancis Publicis, sementara dua rival besar AS—Omnicom dan IPG—umumkan rencana merger buat bikin satu pemain besar iklan Amerika Utara. WPP masih grup iklan terbesar di Inggris, dengan pendapatan hampir £15 miliar dan lebih dari 100.000 karyawan di dunia.
Read gantikan Sir Martin Sorrell taun 2018—yang mundur setelah investigasi soal tingkah lakunya—dan pimpin perusahaan saat mereka coba adaptasi bisnis hadapi dominasi pasar iklan oleh raksasa teknologi Meta dan Alphabet.
Media sosial dan konten influencer jadi saluran pemasaran utama, sementara iklan tradisional kayak TV jadi kurang penting.
Baru-baru ini, Read dorong WPP investasi ratusan juta pound di AI, yang ancam model agensi iklan dengan tawarkan cara lebih cepat dan murah buat kerja kreatif dan perencanaan media. Lebih dari 50.000 orang sekarang pakai WPP Open, platform AI-nya, buat bantu kerja mereka.
Direkomendasikan
Read bilang ke FT Januari lalu bahwa WPP perlu keluar dari masa sulit restrukturisasi dan bangun jaringan bisnis dengan AI sebagai pusat.
Di catatan internal ke staf, Read bilang perusahaan “perlu buat banyak keputusan sulit yang diperlukan buat layanin klien lebih baik, sederhanakan perusahaan, bangun budaya, dan bikin WPP lebih kuat finansial.”
Dia nambahin: “Kita juga alami beberapa peristiwa eksternal paling menantang di zaman modern, dari pandemi sampe perang di Ukraina, dan hadapi dunia yang makin terpolarisasi dan sulit… Tapi, aku yakin banget masa depan WPP bakal sangat positif.”