Bay Area, pusat kekayaan ekstrim dan teknologi baru, melihat masa depan baru untuk merencanakan keluarga. Para orangtua tidak lagi menggunakan cara tradisional. Mereka menggunakan teknologi tinggi untuk memilih embrio dengan sifat-sifat tertentu.
Para pendiri perusahaan startup Herasight punya alasan sendiri. Michael Christensen, yang sangat tinggi, ingin anak-anaknya lebih pendek agar lebih nyaman. Tobias Wolfram ingin menyaring embrio untuk menghindari penyakit depresi dalam keluarganya. Jonathan Anomaly ingin memeriksa penyakit autoimun dan memilih tinggi badan yang diinginkan.
Metode baru ini berarti memilih bayi tabung (IVF) dari awal, bahkan tanpa masalah kesuburan. Kemudian, mereka membayar ribuan dollar untuk menyaring embrio. Penyaringannya bisa melihat risiko penyakit seperti kanker, diabetes, dan schizophrenia. Beberapa perusahaan juga menawarkan untuk memperkirakan sifat seperti tinggi badan, IQ, atau bakat musik.
Industry IVF bernilai miliaran dollar dan investasinya meningkat pesat. Teknologi ini didukung oleh miliarder dan startup baru. Namun, inovasi yang cepat meninggalkan hukum dan etika yang belum jelas. Seorang pengacara kesuburan mengatakan, teknologi selalu lebih cepat daripada hukum.
Bahkan proses yang sangat kontroversial, seperti mengedit DNA embrio (yang ilegal di banyak negara), masih mendapatkan dana dari investor seperti miliarder Brian Armstrong. Ini adalah era baru dimana orangtua bisa mendesain bayi idaman mereka dengan bantuan algoritma dan sains data. Armstrong juga ditemani oleh Oliver Mulherin, yang adalah suami dari Sam Altman, CEO dan pendiri OpenAI.
Ada startup lain yang fokus pada pengeditan embrio, dipimpin oleh Cathy Tie, mantan peserta Thiel Fellowship. Dia ingin memperbaiki mutasi genetik di embrio sebelum ditanam, untuk mengurangi resiko penyakit keturunan. (Thiel Fellowship adalah program beasiswa $200,000 selama dua tahun dari Peter Thiel untuk pengusaha yang ingin berhenti kuliah sementara untuk fokus pada ide mereka.)
"Menurut saya teknologi koreksi gen lebih efektif dari pada skrining embrio," kata Tie, pendiri Manhattan Genomics. Dia berencana mulai tes pada primata awal tahun depan, sebelum pindah ke embrio manusia, jika disetujui oleh pemerintah.
Tie percaya banyak pasangan, terutama dengan wanita yang usianya lebih tua, akhirnya punya terlalu sedikit embrio untuk dipilih setelah proses stimulasi folikel dan pengambilan telur. "Misalnya saya wanita usia 30-an," kata Tie. "Saya beruntung jika dapat 10 telur, dan dari itu mungkin dapat dua embrio. Lalu sebuah perusahaan akan bilang satu embrio lebih bagus dari yang lain." Meskipun ada kontroversi publik tentang pengeditan embrio, yang mengubah gen yang akan diturunkan ke generasi baru dan melibatkan keputusan yang tidak bisa dibalik, Tie bilang dia dapat banyak dukungan dari peneliti, ilmuwan, dan dokter IVF.
Hank Greely, profesor hukum di Stanford yang ahli dalam masalah teknologi biomedis, mengatakan skrining untuk sifat kosmetik seperti warna rambut, mata, kulit, atau bentuk hidung tidak lama lagi akan tersedia.
Orang-orang di Silicon Valley, tempat Greely tinggal, paling tertarik untuk mempengaruhi kecerdasan, kepribadian, kemampuan musik dan olahraga, serta keahlian dalam matematika anak mereka. Saat ini, itu adalah area yang para ilmuwan "hampir tidak tahu apa-apa," katanya.
Tapi teknologinya bergerak cepat, dan beberapa ahli berpikir garis antara yang bisa diterima dan tidak akan berubah juga.
"Dulu tidak pantas menunjukkan lutut, dan sekarang kamu bisa pakai thong di pantai," kata Behr. "Garisnya berubah seiring waktu."
Garis Baru dalam IVF Berbantuan Teknologi
CEO startup teknologi reproduksi, Noor Siddiqui, punya inspirasi pribadi di balik pendirian perusahaan skrining poligenik, Orchid Health. Ibunya menderita kondisi mata genetik langka yang menyebabkan kehilangan penglihatan bertahap dan akhirnya kebutaan. Siddiqui, juga seorang Thiel Fellow, mengatakan dia termotivasi untuk mengejar skrining embrio setelah melihat kondisi ibunya memburuk. Siddiqui juga berencana punya empat anak, dan telah menyaring embrionya sendiri menggunakan teknologi Orchid.
Perusahaannya menempati posisi tengah di pasar teknologi IVF – mendorong batas-batas sains, tetapi terutama untuk mencegah penyakit.
Selama bertahun-tahun, calon orang tua yang menggunakan IVF untuk punya bayi bisa memilih tes genetik pra-implantasi untuk memastikan embrio punya jumlah kromosom yang benar. Selain kelainan kromosom seperti trisomi 21 – salinan ekstra kromosom 21 yang menyebabkan Down syndrome – tes juga memindai penyakit yang mengubah hidup yang berasal dari mutasi gen tunggal seperti anemia sel sabit atau fibrosis kistik.
Orchid menawarkan skor "risiko poligenik" untuk embrio mereka. Startup ini didukung oleh Day One Ventures dan Prometheus Fund, serta investor angel termasuk CEO Figma Dylan Field dan pendiri 23andMe Anne Wojcicki. Pendiri Eventbrite, Julia dan Kevin Hartz, juga berinvestasi di Orchid, dan pasangan itu menyaring embrio mereka untuk penyakit keturunan termasuk Alzheimer sebelum punya anak kembar yang mereka sebut "Cohort 2" setelah dua putri pertama mereka memasuki usia belasan tahun. Laporan yang diterbitkan secara anonim mengutip sumber yang mengklaim bahwa Shivon Zilis, yang memiliki anak dengan pria terkaya di dunia, Elon Musk, telah menggunakan layanan Orchid.
Pendekatan Orchid melibatkan sekuensing genom lengkap, dan memperluas skrining tradisional dengan mengurutkan hampir seluruh genom embrio. Siddiqui mengatakan Orchid memindai lebih dari 1.000 penyakit genetik sebagai satu opsi untuk klien, sementara opsi lain memindai 3.000 penyakit gen tunggal, mencakup perubahan bawaan dan spontan pada embrio. Tes tradisional memindai untuk jumlah kromosom dan penyakit gen tunggal. Dia sering membandingkannya dengan menerbitkan buku yang penulisnya ingin seratus persen akurat.
"Jika korektor Anda tidak benar-benar membaca buku Anda untuk memeriksa kesalahan eja, kata yang hilang, tanda baca yang hilang, apakah Anda akan puas jika mereka hanya bilang semua bab sudah lengkap?" katanya. Siddiqui mengatakan orang tua juga tertarik pada genetika autisme, dan skrining Orchid dapat mendeteksi mutasi genetik pada gen spesifik yang diketahui menyebabkan gangguan spektrum autisme, meskipun tidak bisa memprediksi semua resiko autisme. Para ahli telah memperingatkan bahwa tidak ada tes yang andal untuk autisme, meskipun studi terbaru menemukan penyebab genetik dalam 25% hingga 50% kasus.
"Kami ingin informasi maksimum diberikan kepada orang tua untuk mengurangi resiko maksimum dalam hal genetika," kata Siddiqui.
Herasight, startup dengan tiga pendiri yang masing-masing berharap untuk menyaring sifat pada generasi berikutnya mereka, baru-baru ini keluar dari mode sembunyi-sembunyi setelah beberapa tahun dan melakukan skrining poligenik dengan pendekatan teknis berbeda yang memungkinkannya bekerja dengan klinik IVF mana pun. Perusahaan ini menyaring data untuk potensi penyakit masa kanak-kanak dan dewasa serta masalah kesehatan, dan dalam beberapa kasus, tinggi badan, IQ, umur panjang, dan kondisi kesehatan mental seperti depresi.
Perusahaan ini menawarkan kalkulator IVF gratis sehingga calon orang tua bisa mendapat gambaran tentang peluang mereka untuk hamil, dari pengambilan telur hingga kelahiran, berdasarkan lebih dari 100.000 siklus perawatan IVF yang tercatat di registri nasional Inggris. Studi yang diterbitkan Herasight menunjukkan dapat mengurangi resiko penyakit sebesar 20% hingga 44% ketika memilih di antara lima embrio. Hasil validasinya berasal dari penelitian perusahaan sendiri, bukan studi independen, tetapi Herasight telah menerbitkan metode dan datanya untuk ditinjau orang lain. Penelitian perusahaan menunjukkan apa yang mereka sebut "pleiotropy positif." Artinya, saat memilih melawan satu penyakit, orang tua sering juga mengurangi risiko untuk penyakit lain yang terkait.
"Setiap orang punya sejarah keluarga yang unik, jadi kami tidak punya satu jenis pelanggan," kata Christensen kepada Fortune. Kadang, calon orang tua datang ke perusahaan itu, tertarik untuk menyaring embrio untuk IQ. Tapi lalu mereka menemukan mutasi gen BRCA, yang bisa meningkatkan risiko kanker payudara dan ovarium. Lalu itu jadi prioritas utama dalam menyaring embrio, kata Christensen. Anomaly bilang setiap pilihan penyaringan embrio adalah pertukaran. "Membuat bayi yang sempurna—itu tidak ada," tambahnya.
Kyle Farh, seorang ilmuwan di lab kecerdasan buatan perusahaan Illumina, mengatakan ada kesenjangan besar dalam interpretasi data saat ini. Itu karena model AI hanya butuh lebih banyak informasi. Sekitar 1 juta orang di dunia telah melakukan sekuensing genom mereka. Tapi sebenarnya, sekitar 1 miliar orang perlu melakukan sekuensing genom agar modelnya bisa berfungsi dengan lebih berarti.
"Ini masalah ayam dan telur," kata Farh. "Kami bisa memprediksi [sifat], dan kami bisa menunjukkan ada korelasi yang signifikan antara prediksi kami dan apa yang terjadi di kehidupan nyata, tapi korelasinya masih sangat lemah."
Tapi bagi orang tua yang ingin mencegah penyakit yang mengubah hidup, teknologi ini sudah sangat mengubah. Software engineer Roshan George dan art director Julie Kang, yang tinggal di San Francisco, menyewa Orchid untuk menyaring embrio mereka. Pasangan ini menemukan mereka berdua memiliki mutasi genetik yang bisa menyebabkan ketulian berat pada anak mereka. Sehari setelah kelahiran anak perempuan mereka, Astra, butuh sekitar dua menit untuk mengetahui apakah ribuan dolar yang mereka investasikan dalam penyaringan embrio telah membantu mereka mendapatkan hasil yang diinginkan untuk anak mereka. Seorang teknisi memberi tes pendengaran untuk Astra di kamar rumah sakit Sutter Health mereka yang cerah, puncak dari berbulan-bulan analisis genetik dan skor risiko embrio.
"Maksudku, kami menghabiskan semua uang ini, kami melakukan semua ini dan melewati semua ini," kata George. Tes menunjukkan pendengaran Astra normal, dan orang tua baru itu lega dan berencana punya anak lain segera; mereka masih punya embrio yang sudah disaring, kata George.
Kasus pencegahan penyakit semakin bertambah, yang memberi dorongan untuk startup-startup ini. Selain menyaring risiko kesehatan tertentu, para pendiri berharap dampaknya pada keguguran bagi pasangan dan keluarga yang menjalani IVF akan besar. Penelitian tertentu menunjukkan kelainan kromosom bertanggung jawab untuk sekitar 50% keguguran di trimester pertama. Harapannya, penyaringan memungkinkan orang memprioritaskan embrio yang paling mungkin menghasilkan kehamilan yang berhasil.
Tapi kasus penggunaan yang dikhawatirkan ilmuwan dan ahli etika belum terjadi—sampai saat ini. "Bahkan orang yang paling optimis—dan saya pikir ilmuwan dan kebanyakan ahli genetika terlalu optimis—pikir mereka bisa menjelaskan, oh, tiga atau empat poin IQ," kata penulis End of Sex, Greely. "Ditambah, kita tahu banyak cara untuk meningkatkan hasil tes IQ dengan hal seperti gizi anak yang baik, vaksinasi masa kanak-kanak agar anak tidak sakit, dan orang tua yang membacakan untuk anak mereka." Otak sangat rumit, katanya, dan mungkin akhirnya terbukti terlalu rumit untuk menyaring kecerdasan dan kualitas seperti kepribadian ekstrover.
"Itu membuat judul berita yang bagus, itu membuat clickbait yang bagus, itu membuat fiksi ilmiah distopia yang bagus," kata Greely. "Tapi ide bayi desainer? Setidaknya ketika kamu berbicara tentang sifat perilaku, itu tidak terlalu masuk akal—setidaknya untuk beberapa dekade."
Tapi mengingat intensitas dan ekspektasi dari kelompok yang berorientasi teknologi yang tertarik pada dunia baru yang berani ini, ahli bioetika NYU Arthur Caplan mencatat ada bahaya bahwa beberapa orang tua mungkin melihat anak mereka sebagai produk dan bahkan mungkin "kegagalan komersial." Dia mempertanyakan seberapa positif ini bagi anak-anak. "Ketika kamu mulai berkata, ‘Aku mengujimu, dan aku punya hasil tertentu yang kuharapkan,’ kamu mengambil masa depan anak," kata Caplan. "Kamu membuat mereka kurang bebas karena kamu punya ekspektasi, dan mereka sebaiknya jadi seperti itu."
Victoria Fritz dan suaminya, yang menggunakan Herasight untuk menyaring embrio agar tidak menurunkan diabetes Tipe 1-nya, berharap bisa melakukan transfer embrio pada Januari, dan realistis tentang prospeknya.
"Aku merasa, terlepas dari embrio mana yang kami pilih, kami berharap akan punya anak yang sehat dan bahagia dan menjadi keluarga yang bahagia," kata Fritz. Penyaringan itu memberikan ketenangan pikiran, katanya, tapi "itu tidak menjamin bahwa anakmu akan punya kehidupan yang sempurna dan sehat." Sebelum kamu berangkat ke Bali, ini beberapa hal yang harus kamu lakukan:
- Pastiin paspor dan tiket pesawatmu masih berlaku.
- Bawa pakaian yang ringan dan nyaman karena cuaca di sana panas.
- Jangan lupa charger buat hp dan kamera.
- Kalau bisa, tukar uang dulu sedikit buat naik taxi atau beli makan pas baru sampai.
- Cari tau tentang tempat-tempat yang mau kamu kunjungi.
Dengan persiapan yang baik, liburanmu pasti akan sangat menyenangkan!