Teknologi punya peran kecil di Southeast Asia 500, hanya menyumbang kurang dari 3% dari total pendapatan daftar itu. Cuma satu perusahaan internet, Sea, yang masuk 20 besar, sedangkan di Fortune 500 ada empat perusahaan sejenis di posisi itu.
Tapi platform internet paling terkenal di Asia Tenggara naik peringkat tahun ini. Sea, di posisi 15, naik lima peringkat karena pendapatannya tumbuh hampir 30% menjadi $16,8 miliar.
Grab dari Singapura juga naik 24 tempat ke posisi 128 dengan pendapatan $2,8 miliar. Sementara GoTo asal Indonesia melonjak 13 peringkat dengan penjualan $1 miliar.
Ketiga platform ini punya satu bisnis yang bantu mereka sukses: layanan keuangan. Awalnya, mereka bukan perusahaan fintech murni. Sea fokus ke game dan e-commerce, sedangkan Grab dan GoTo mulai dari taksi online dan pengiriman. Tapi layanan keuangan ternyata jadi jalan yang menguntungkan buat perusahaan teknologi di Asia Tenggara.
Layanan keuangan masih bagian kecil tapi cepat tumbuh di bisnis Sea. Divisi keuangan digital Sea, yang baru ganti nama jadi Monee, tumbuh 35% tahun lalu ke $2,4 miliar. Di kuartal pertama 2025, pendapatan Monee naik 57,6% jadi $787,1 juta.
Per 31 Maret 2025, pinjaman konsumen dan UMKM Sea mencapai $5,8 miliar, naik 76,5% dari tahun sebelumnya.
Monee mulai dengan e-wallet di 2014, lalu berkembang ke kredit, perbankan, dan insurtech. Sebagian besar pendapatan keuangan digital Sea berasal dari kredit konsumen dan UMKM.
Sea juga punya dua bank digital: Maribank di Singapura dan Seabank di Indonesia dan Filipina.
Layanan keuangan Grab juga bisnis yang paling cepat tumbuh tahun lalu, pendapatannya naik 44% jadi $253 juta. Di kuartal pertama 2025, pendapatannya tumbuh 36%.
Seperti Sea, Grab mulai dengan e-wallet. Sekarang mereka kasih pinjaman ke driver dan merchant, serta masuk ke perbankan digital lewat GXS Bank di Singapura dan GX Bank di Malaysia.
Total pinjaman Grab per 31 Maret 2025 capai $566 juta, naik 56% dari tahun sebelumnya.
GoTo juga punya aplikasi layanan keuangan terpisah dari Gojek. GoPay, diluncurkan 2023, pakai lebih sedikit data dibanding lewat aplikasi Gojek. GoTo juga pegang 22% saham Bank Jago, bank digital di Indonesia.
Pendapatan layanan keuangan GoTo hampir dua kali lipat tahun lalu, capai 3,7 triliun rupiah ($230 juta).
Kenapa invest di layanan keuangan?
Layanan keuangan masih lebih kecil dibanding bisnis utama Sea, Grab, dan GoTo. Tapi ini langkah alami karena banyak orang di Asia Tenggara masih kurang akses ke bank. Margin keuntungan layanan keuangan juga biasanya lebih tinggi dibanding e-commerce atau taksi online.
Pelanggan ini biasanya berisiko lebih tinggi buat bank tradisional. Tapi platform teknologi punya data pengguna dari layanan lain, jadi mereka bisa menilai kelayakan kredit dan kasih pinjaman ke orang yang mungkin ditolak bank biasa.
Bank digital juga jadi cara dapat lebih banyak pelanggan. Grab, Sea, atau GoTo bisa ajak pengguna e-wallet mereka buka rekening di bank digital. Ini bakal kasih lebih banyak data dan bisa kembangkan layanan lain seperti investasi dan asuransi.