Kota-kota di Asia Tenggara Berisiko Tinggi Terhadap Banjir dan Gelombang Panas Akibat Perubahan Iklim

Beberapa minggu terakhir, ada gambar viral dari Filipina yang memperlihatkan pasangan menikah di gereja terendam banjir setelah Badai Tropis Wipha mendarat akhir Juli. Badai ini melanda Cina selatan dan Vietnam tengah, dengan hujan deras menyebabkan banjir di kedua tempat.

Vietnam dan Filipina sudah terbiasa dengan hujan lebat, tapi perubahan iklim bisa membuat kejadian ini lebih parah. Asia Tenggara secara keseluruhan menghadapi risiko iklim yang meningkat, karena kota-kota padat penduduk, hujan deras sering, dan infrastruktur kurang memadai.

Model terbaru dari Zurich Resilience Solutions menemukan bahwa enam kota besar di Asia Tenggara—Singapura, Bangkok, Ho Chi Minh City, Jakarta, Kuala Lumpur, dan Manila—semua menghadapi setidaknya “risiko tinggi” dari curah hujan ekstrem, gelombang panas, dan kenaikan permukaan laut hingga tahun 2040-an.

Khususnya, model itu mencatat bahwa Manila, Bangkok, Singapura, dan Jakarta termasuk kota paling rentan iklim di Asia Tenggara, dengan infrastruktur penting terpapar banyak bahaya iklim.

Model risiko Zurich menggunakan data dari pelabuhan, bandara, dan situs budaya penting, seperti Grand Palace di Bangkok dan Fort Santiago di Manila. Analisis dilakukan dengan skenario SSP2-4.5, proyeksi umum dari Intergovernmental Panel on Climate Change. Jalur “moderat” ini memperkirakan kenaikan suhu global rata-rata dua derajat Celsius antara 2041 dan 2060.

“Di Manila, situs-situs berisiko parah dari curah hujan ekstrem, badai, kenaikan air laut, dan banjir, yang mengancam perdagangan dan pelestarian budaya,” tulis penulis laporan. Bangkok dan Jakarta juga terancam banjir lebih buruk akibat perubahan iklim.

Zurich mencatat bahwa pemerintah sudah berinvestasi untuk mengatasi beberapa risiko ini. Misalnya, laporan mereka menyoroti bahwa Singapura menambah 5 miliar dolar Singapura ($3,9 miliar) ke dana perlindungan pantai dan banjir tahun ini untuk mendukung infrastruktur baru seperti tangki penampungan, kanal lebih lebar, dan platform lebih tinggi. Ho Chi Minh City juga memperbarui sistem drainase dan memperluas ruang hijau untuk mengurangi banjir lokal.

MEMBACA  Indo Defence 2025: Perspektif Produsen Alutsista Lokal dan Internasional

Tidak berinvestasi dalam mitigasi bisa menyebabkan kerugian finansial besar. Laporan terbaru dari World Economic Forum dan Singapore International Foundation memperkirakan dampak perubahan iklim bisa mengurangi PDB Asia Tenggara hingga 25% pada 2050.

Studi lain dari Oxford Economics memperkirakan bahwa kenaikan suhu rata-rata 1% bisa menaikkan harga makanan di Vietnam, Thailand, Malaysia, Indonesia, dan Filipina.

Perusahaan di kawasan ini juga mulai sadar bagaimana biaya finansial perubahan iklim bisa memengaruhi operasi mereka.

City Developments Limited (CDL), peringkat 139 di Southeast Asia 500, memperkirakan pada 2023 bahwa tidak bertindak terhadap iklim bisa menghabiskan 120 juta dolar Singapura ($93,2 juta) pada 2030, hampir 4% dari pendapatan 2024. CDL sedang menyiapkan studi skenario iklim lain yang akan diterbitkan tahun ini.