Ketika Presiden Trump mengumumkan agenda tarifnya, dia bilang perusahaan dan konsumen asing yang akan “makan” kenaikan harga. Pendapat ini mungkin terlalu optimis, atau bahkan salah.
Meski tarif belum banyak pengaruh inflasi—sehingga Menteri Keuangan Scott Bessent menyebutnya “anjing yg tidak menggonggong”—banyak analis berpendapat akhirnya AS yg akan bayar.
Efek paling berat dari kebijakan tarif belum terasa. Presiden Trump menunda ‘Tarif Hari Kemerdekaan’ selama 3 bulan untuk berunding dengan mitra dagang.
Beberapa negosiasi berhasil, seperti kesepakatan dengan Inggris, Uni Eropa, dan Jepang, yang menurunkan tarif drastis dibanding ancaman Trump di April. Tapi negara yg belum setuju (dan dapat surat ttg tarif baru) menghadapi kenaikan tarif ekspor mulai 7 Agustus.
Contohnya India, yang tarifnya 25% dan bisa naik jadi 50% tanggal 27 Agustus sebagai hukuman beli minyak Rusia. Sementara itu, meski pemerintah Trump sering bilang hampir sepakat dengan China, belum ada konfirmasi selain penundaan kenaikan harga sampai minggu ini.
Dengan banyak tarif yg sudah berlaku, Goldman Sachs percaya biaya yg ditanggung eksportir asing akan naik perlahan, tapi tetap rendah.
Ekonom Elsie Peng tulis dalam catatan kemarin bahwa Goldman memperkirakan eksportir menanggung 14% biaya tarif di Juni, akan naik jadi 25% di Oktober jika sanksi mengikuti pola serupa seperti masa jabatan pertama Trump.
Tapi bagian yg harus dibayar konsumen juga naik. Peng menyebut sekitar 36% biaya tarif 2025 masuk ke harga konsumen setelah 3 bulan, dan 67% setelah 4 bulan.
Dia menambahkan, “walau tingkat penyerapan naik cepat, masih lebih rendah dibanding perang dagang 2018-2019.”
Bagian ekonomi yg ingin mengurangi tanggungan adalah bisnis AS. Laporan Keyakinan CEO AS minggu lalu menunjukkan 64% pasti akan menaikkan harga ke konsumen, dan 16% masih pertimbangkan.
Ini lebih tinggi dari prediksi Goldman Sachs, karena di Juni New York Fed melaporkan hanya 45% perusahaan jasa yg mau menaikkan harga sepenuhnya.
Peng bilang perhitungannya “menunjukkan bisnis AS sudah menanggung lebih dari setengah biaya tarif, tapi bagian mereka akan turun di bawah 10%. Beberapa perusahaan sudah menanggung lebih, sementara produsen domestik yg terlindungi dari impor malah untung dari kenaikan harga.”
Dampak inflasi
Tentu saja, jika konsumen bayar lebih, tugas Federal Reserve menjaga inflasi di 2% akan semakin sulit.
Goldman Sachs percaya ini akan terjadi: “Analisis kami menunjukkan tarif sudah menaikkan harga inti PCE sebesar 0,20%. Kami perkirakan tambahan 0,16% di Juli, lalu 0,5% dari Agustus sampai Desember. Ini akan buat inflasi PCE inti jadi 3,2% di Desember.”
Membaca laporan CPI Juni (data terakhir saat ini), ekonom Macquarie David Doyle dan Chinara Azizova bilang sudah ada tanda-tanda inflasi dari tarif.
Mereka tulis bulan lalu: “Tekanan harga terlihat di perabot rumah, pakaian, elektronik, olahraga, dan mainan. Salah satu indikatornya adalah barang inti tanpa mobil bekas, yang naik 0,3%—kenaikan terbesar sejak Feb-23.”
Banyak ekonom berharap ketua Fed Jerome Powell bisa abaikan inflasi ini dan turunkan suku bunga, sebagian untuk menanggulangi laporan pekerjaan yg buruk beberapa minggu lalu. Tapi analis tidak bisa berharap terlalu banyak—soalnya Powell sudah bilang di konferensi terakhir bahwa dengan tidak menaikkan suku bunga (yg bisa goncang pasar), dia sudah mengatasi tekanan ini.
Memperkenalkan Fortune Global 500 2025, peringkat perusahaan terbesar di dunia. Lihat daftar tahun ini.