Kesalahpahaman tentang Kesepian dan Cara Mengatasinya dengan Benar

Menurut Asosiasi Psikiatri Amerika, satu dari tigga orang mengalami rasa kesepian yang terus-menerus. Survei lain menunjukkan hampir 60% orang merasa kesepian setidaknya kadang-kadang. Di tempat kerja, delapan dari sepuluh karyawan merasa terisolasi dan tidak terhubung.

Kesepian diketahui buruk bagi kesehatan dan kinerja. Orang yang kesepian cenderung kurang efisien bekerja dan sulit fokus secara mental serta emosional. Mereka juga tiga kali lebih mungkin tidak puas dengan pekerjaannya dan lebih rentan mengalami masalah kesehatan mental dan fisik. Dampaknya begitu serius sampai pada 2023, Ahli Bedah Umum AS menyatakan kesepian sebagai "wabah."

Akibatnya, muncul banyak buku dan saran untuk mengurangi kesepian, dengan pesan utama: "Lebih banyak berhubungan." Namun, ini malah membebani individu untuk menyelesaikan masalah mereka sendiri dengan cara seperti lebih aktif bersosialisasi atau terlibat dalam komunitas.

Di kantor, saran ini menyebabkan lebih banyak rapat dan penggunaan platform teknologi yang menjanjikan komunitas. Sejak 2020, waktu rapat orang Amerika meningkat tiga kali lipat. Pengguna harian aplikasi Slack naik dari 12 juta ke 32 juta dalam beberapa tahun. Rata-rata orang sekarang mengirim 30-40 pesan per hari.

Kita lebih terhubung dari sebelumnya, tetapi semakin kesepian. Apa yang salah?

Bukan "kesepian," tapi merasa tidak penting

Kita bisa sering berinteraksi tapi tetap kesepian. Penelitian oleh psikolog Alexander Danvers menunjukkan bahwa bukan jumlah koneksi, tapi kualitasnya yang mengurangi kesepian. Itulah mengapa satu studi menemukan bahwa rasa kesepian justru meningkat saat rapat bertambah.

Jadi, apa yang membuat interaksi berkualitas? Salah satunya adalah "companionate love"—perhatian, penghargaan, dukungan, dan kasih sayang. Dalam studi terhadap 750 kelompok kerja, satu-satunya hal yang mengurangi kesepian dan meningkatkan kinerja adalah apakah karyawan merasakan companionate love dari rekan atau atasan.

MEMBACA  Prabowo Lakukan Reshuffle Kabinet, Tunjuk Menteri Keuangan dan Menteri Haji Baru

Artinya, lawan dari kesepian bukanlah lebih banyak orang di sekitar, tapi merasa berarti bagi mereka—dirasakan, didengar, dan dihargai. Kesepian bukan karena kurangnya kontak sosial, tapi karena kurangnya rasa bernilai di mata orang lain.

Misalnya, seorang kenalan saya pindah ke negara lain. Saat saya tanya bagaimana perasaannya, dia bilang, "Aku diterima di mana-mana dan diajak bicara. Punya banyak teman baru, tapi tetap merasa tidak terlihat, seolah tak ada yang benar-benar mengenalku."

Kita semua pernah merasa di tengah keramaian, bahkan bersama teman, tapi sadar tak ada yang sungguh-sungguh mengenal kita.

Perasaan tidak penting ini punya nama. Psikolog Gordon Flett menyebutnya anti-mattering—perasaan tidak terlihat, tidak didengar, atau tidak dihargai. Lawannya adalah mattering—merasa penting bagi orang lain karena dihargai dan tahu bagaimana kita memberi nilai.

42% orang merasa "tertinggal," 30% merasa "tidak terlihat" di kantor, dan 39% merasa tidak ada yang peduli pada mereka sebagai pribadi. Lebih dari setengah responden dalam satu survei mengaku tidak ada yang benar-benar mengenal mereka.

Kita tidak sedang menghadapi "wabah kesepian," tapi kekurangan mattering. Terlalu banyak orang merasa diabaikan dan tidak dihargai dalam interaksi sehari-hari.

Ini sebenarnya kabar baik, karena berarti kita bisa jadi bagian dari solusi, dimulai dari cara kita berinteraksi.

Cara mengatasinya: menciptakan lebih banyak momen mattering

Coba pikirkan kapan paling merasa berarti bagi orang lain.

Jika seperti kebanyakan orang, jawabannya bukan kenaikan gaji atau hadiah, tapi momen kecil saat seseorang mendengarkanmu, mengingatkan kelebihanmu, atau bilang betapa berartinya kamu.

Mattering terjadi dalam momen-momen kecil. Dalam penelitian untuk bukunya The Power of Mattering, saya menemukan tiga ciri interaksi yang membuat kita merasa berarti:

  1. Dirasakan (dilihat dan didengar).
  2. Dihargai (diberi tahu bagaimana keunikan kita membuat perbedaan).
  3. Dibutuhkan (tahu seseorang bergantung pada kita).

    Jika ingin mengurangi kesepian, mulailah memperhatikan, menghargai, dan menunjukkan pada orang lain bahwa mereka dibutuhkan.

    1. Jadi pengamat.

    • Perhatikan detail kehidupan orang lain dan tunjukkan bahwa kamu ingat mereka.
    • Pelajari nama kurir pengantarmu, sapa petugas kebersihan atau barista.
    • Tanyakan pertanyaan lebih dalam dari sekadar "Apa kabar?" seperti:
    • "Apa yang paling menarik perhatianmu hari ini?"
    • "Apa yang paling berarti buatmu hari ini?"
    • "Apa yang sedang kamu hadapi, dan bagaimana aku bisa bantu?"

      2. Hargai orang lain.
      Jangan hanya ucapkan terima kasih, tapi jelaskan keunikan mereka dan bagaimana mereka membuat perbedaan. Setiap orang punya empat hadiah: kekuatan, tujuan, perspektif, dan kebijaksanaan. Tunjukkan pada mereka hal-hal yang mungkin tidak mereka sadari.

      3. Ingatkan bahwa mereka dibutuhkan.
      Pikirkan seseorang yang kamu andalkan. Kap

MEMBACA  Daftar Jalur dan Kereta Api yang Mendapat Diskon di KAI Expo 2024