Nvidia jadi perusahaan pertama yang melewati $4 triliun dalam nilai pasar, bangkit dari penurunan karena DeepSeek awal tahun ini. Pembuat chip AI lain, seperti AMD dan Huawei dari Cina, juga dapat hasil keuangan yang kuat. Hampir semua produsen chip besar kini fokus strateginya pada AI.
Tapi apa jadinya kalo AI gagal?
Ini bukan cuma pertanyaan teori. Ada tanda-tanda pertumbuhan AI macet, atau setidaknya melambat. Model baru tidak menunjukkan peningkatan signifikan meski ukuran atau data latihan ditambah. Pemenang Nobel Demis Hassabis bilang bahwa “perkembangan AI tidak secepat dulu.” Andreessen Horowitz, investor AI ternama, juga khawatir kemampuan AI mulai datar.
Salah satu penyebabnya mungkin karena model AI sudah menghabiskan hampir semua data digital, sehingga sulit untuk meningkat lagi. Developer beralih ke data sintetis, tapi ini mungkin kurang efektif—bahkan bisa bikin model lebih buruk.
Pengembangan AI juga butuh modal besar. Melatih model tercanggih butuh kluster komputer yang harganya miliaran dolar. Bahkan satu sesi latihan bisa menghabiskan puluhan juta dolar. Tapi, meski biaya naik, keuntungannya terbatas. Selain asisten koding AI, hampir tidak ada contoh sukses AI yang bisa tutup biaya investasi besar ini.
Beberapa perusahaan malah kurangi investasi infrastruktur AI karena mahal. Microsoft, contohnya, “memperlambat atau menghentikan beberapa proyek awal” dan batalkan pesanan peralatan untuk beberapa pusat data. Meta, AWS, dan Google juga dilaporkan kurangi pesanan GPU. Masalah chip, listrik, dan kekhawatiran publik jadi hambatan untuk adopsi AI besar-besaran.
Jika AI gagal, ini berita buruk untuk industri chip, yang mengandalkan teknologi baru ini untuk menghindari resesi.
Chip semakin mahal dibuat. Proses produksi baru butuh miliaran dolar; bangun pabrik baru bisa puluhan miliar. Biaya ini dibebankan ke konsumen, tapi di luar AI, pembeli tidak mau beli chip lebih mahal. Teknologi canggih di prosesor AI tidak terlalu berguna untuk keperluan lain.
AI menunda masalah industri: Produksi semakin mahal, tapi peningkatan performa semakin kecil. Janji ekonomi AI membenarkan harga chip tinggi, tapi jika itu hilang, industri chip harus cari alasan lain untuk pertahankan investasi di produksi chip canggih. Kalau tidak, pembuatan chip canggih jadi tidak berkelanjutan: Teknologi baru akan semakin mahal, tapi hasilnya semakin sedikit.
Resesi industri chip akan ganggu tujuan geopolitik dan ekonomi. Pemerintah sudah keluarkan miliaran dolar untuk bangun industri chip dalam negeri. Presiden AS Donald Trump sering ancam pakai tarif untuk bawa produksi semikonduktor pulang.
Keunggulan AS di pengembangan chip mungkin ilusi, apalagi karena Cina kuasai produksi chip lama. Kegagalan AI bisa guncang sektor teknologi global, memaksa Big Tech reevaluasi strategi.
Karena risikonya besar, pembuat kebijakan harus dukung inovasi AI dengan mempermudah akses ke data, chip, listrik, dan pendinginan. Ini termasuk kebijakan pragmatis soal hak cipta dan perlindungan data, pendekatan seimbang untuk produksi chip lokal dan luar negeri, dan kurangi regulasi yang menghambat penggunaan energi. Pemerintah sebaiknya tidak terlalu hati-hati dengan AI; manfaatnya terlalu besar untuk dibatasi, setidaknya di tahap awal ini. Aplikasi AI besar, seperti mobil otonom atau robot rumah, juga seharusnya tidak dibebani syarat implementasi yang tidak masuk akal.
Investor juga harus eksplor pendekatan AI alternatif yang tidak butuh banyak data dan infrastruktur, mungkin bisa buka peluang pertumbuhan baru. Industri juga perlu cari aplikasi non-AI untuk chip, setidaknya untuk manajemen risiko.
Agar industri chip tahan resesi, biaya produksi chip canggih harus dikurangi. Perusahaan harus kerja sama dalam riset dan pengembangan, serta kolaborasi dengan universitas, untuk turunkan biaya. Diperlukan lebih banyak investasi di chiplets, kemasan canggih, dan hardware yang bisa dikonfigurasi ulang. Industri juga harus dukung standar interoperable, alat open-source, dan pengembangan hardware yang lincah. Infrastruktur desain dan produksi yang disubsidi bisa bantu perusahaan kecil wujudkan ide sebelum diproduksi. Tapi, penting diingat, dorongan untuk produksi dalam negeri bisa kontraproduktif: Jika tidak hati-hati, harga chip akan melambung.
Masa depan chip dan AI sekarang sangat terkait. Jika chip mau berkembang, AI harus tumbuh. Jika tidak, seluruh sektor chip dalam bahaya.
Opini di atas adalah pandangan penulis dan tidak selalu mencerminkan pendapat Fortune.