“Kami Kekurangan Tenaga Kerja” untuk Ledakan Pengiriman, Ujar Pendiri Robotika Singapura

Di distrik bisnis pusat Singapura, robot pengantar sekarang jalan di trotoar bersama para pebisnis yang berpakaian rapi. Dengan dua mata besar yang animasi dan locker di punggungnya, robot-robot ini navigasi pintu otomatis, lift, dan pintu putar untuk mengantar paket tepat ke depan pintu kantor.

Robot-robot ini adalah ciptaan perusahaan logistik AI asal Singapura, QuikBot Technologies. Alan Ng mendirikan QuikBot di tahun 2021, saat pandemi COVID-19. Restoran-restoran tutup karena orang-orang di rumah saja, tapi e-commerce justru berkembang pesat di masa pandemi, membuat permintaan jasa pengantar melonjak drastis.

Tapi Ng melihat tidak ada cukup orang untuk mengantarkan barang ke tujuannya. "Kita sederhananya tidak punya cukup tenaga kerja," kata Ng, terutama di ekonomi kaya seperti Singapura, Jepang, dan Korea.

Bagian yang penting tapi mahal dalam proses ini adalah pengantaran ‘last-mile’: membawa paket dari pusat distribusi lokal ke rumah atau kantor seseorang. "Sopir bisa butuh sepuluh menit hanya untuk parkir di bawah gedung dan membawa paket ke kamu," katanya. "Meski dengan semua teknologi kita, kita masih terhambat di ‘last mile’ ini."

Untuk sekarang, QuikBot baru punya dua robot pengantar dan satu locker pintar. Bersama-sama, mereka membentuk ekosistem yang mengotomatisasi pengantaran ‘last-mile’ di lingkungan perkotaan. Barang disimpan dalam locker pintar, yang ditaruh di atas robot otonom jarak jauh bernama "QuickFox". Kotak-kotak lalu dipindahkan ke QuikCat, robot pengantar lebih kecil yang bisa berjalan jarak pendek untuk mengantarkan barang ke tujuan akhir. Pelanggan akan dapat SMS berisi kata sandi sekali pakai untuk membuka kotak dan mengambil paketnya.

Tapi Ng bilang QuikBot bukan benar-benar perusahaan robotika. "Kami tidak cuma jual robot. Tugas kami adalah membantu mengotomatisasi gedung-gedung," jelasnya. "Kami menghubungkan robot dengan gedung agar bisa bergerak bebas di dalam ruang, lalu apapun yang perusahaan ingin robot lakukan, kami bisa program untuk bantu mereka."

MEMBACA  Intisari Pidato Trump untuk Para Jenderal Militer AS

QuikBot adalah salah satu dari sedikit startup yang mengeksplorasi cara membuat robot bekerja untuk pengantaran ‘last-mile’. Serve Robotics dari AS mengembangkan kendaraan kecil untuk pengantar makanan, dan telah tanda tangan perjanjian dengan Uber dan DoorDash.

Masa depan pengantaran

Pada Juli, QuikBot umumkan kemitraan dengan jasa kurir global FedEx untuk meluncurkan layanan pengantaran otonom ‘last-mile’ di Singapura. Kedua perusahaan sebelumnya telah menjalankan percobaan sukses di dua distrik bisnis: South Beach Tower dan Mapletree Business City.

Robot dengan kemampuan AI bisa bantu perusahaan pengantar seperti FedEx mengurangi ukuran armada dan emisi karbon, kata Ng. Ia klaim QuikBot bisa mempercepat pengantaran 30% dengan emisi 20% lebih sedikit.

Di tahun 2026, perusahaan akan pamerkan teknologi mereka di Singapore Airshow—salah satu pameran dirgantara dan pertahanan terbesar di Asia—untuk pertama kalinya.

Selain memenuhi pengantaran e-commerce, Ng berharap teknologinya bisa dipakai di ruang berbeda, seperti di hanggar tempat pesawat disimpan dan dirawat.

Area kerja dirgantara seringkali sangat luas, jelasnya, sehingga teknisi mungkin harus menempuh jarak jauh untuk ambil alat dan suku cadang saat merawat pesawat.

"Robot kami bantu kurangi beban kerja tidak perlu, dengan memendekkan jarak yang harus ditempuh orang," kata Ng. "Pengantaran robotik bisa gantikan banyak pekerjaan rutin dan berulang."

Courtesy of QuikBot Technologies

QuikBot telah mulai berekspansi global, dan saat ini memperluas operasi ke Jepang dan UAE. Perusahaan juga berharap masuk ke kota lain di kawasan Asia-Pasifik, termasuk Hong Kong, Sydney, Melbourne, Incheon dan Seoul, kata Ng.

Ke depan, perusahaan juga ingin mengotomatisasi bagian lain dari pengantaran, tambah Ng. "Langkah kami berikutnya adalah pengantaran ‘medium-mile’, yang bisa dilakukan dengan kendaraan otonom."

MEMBACA  Pendiri Warby Parker menjelaskan bagaimana mereka mengelola kemitraan sukses mereka

Ng, pada akhirnya, berharap bisa masuk pasar modal. "Semoga kami berhasil, dan bisa terdaftar di NASDAQ atau Bursa Saham Hong Kong sebelum tahun 2030, dan menjadi unicorn."

Tinggalkan komentar