Kaisar Tak Memiliki Tank

Buka Gratis Editor’s Digest

Roula Khalaf, Editor FT, milih cerita favoritnya di newsletter mingguan ini.

Penulis ini editor kontributor FT dan nulis newsletter Chartbook.

Eropa lagi ada gelombang besar pengeluaran buat pertahanan. Dalam 10 tahun terakhir, anggaran militer UE udah naik dua kali lipat. Alasannya kayaknya jelas: pertahanan Eropa udah jelek, ancaman dari Rusia nyata.

Tapi tunggu dulu, liat faktanya.

Sebelum Rusia invasi, bukan berarti Eropa gagal. Menurut data SIPRI, total pengeluaran anggota NATO Eropa waktu itu lebih dari $3,15 triliun (dolar 2023). Jauh lebih besar dari Rusia. Sekarang semua setuju Eropa butuh pasukan tempur siap dikirim. Tapi Eropa udah punya 1,47 juta personel—lebih banyak dari AS.

Skandalnya bukan anggaran pertahanan Eropa belum naik dua kali. Tapi Eropa keluarin uang banyak tapi hasilnya dikit—tidak ada pencegahan efektif, pasukan siap tempur minim, stok senjata buat Ukraina hampir nggak ada.

Bayangin kalo Eropa pakai $3,15 triliun itu buat transisi energi. Bisa dapat empat program IRA ala Biden. Tapi hasilnya cuma pemandangan indah panel surya sama kincir angin, energi bersih sedikit, batu bara masih dipake. Itu bakal jadi skandal. Lalu, respon pertama Eropa waktu krisis energi baru adalah naikin anggaran dua kali lipat.

Kalo ini masuk akal, apa artinya gila?

Optimis mungkin bilang situasi nggak separah itu. Eropa dapet hasil (terutama dari Inggris, Prancis, Turki) dari uang 3 triliun itu. Dengan reorganisasi, Jerman bisa bikin pertahanan lebih kuat. Setuju sama sistem pertahanan udara atau pilihan tank bakal bikin beda. Targetnya rendah—cukup capai efisiensi rata-rata industri militer AS.

Tapi sinis bakal bilang ributin militerisme Eropa itu kekanakan. Hanya orang naif yang pikir pengeluaran militer utamanya buat keamanan, bukan profit. Pemborosan bukan kesalahan—itu fitur. Gimana lagi jelasin harga howitzer buatan tangan €17 juta? Atau fakta kalau pembelian senjata negara Eropa besar masih dalam negeri? Orang serius pengen senjata banyak dengan harga bagus nggak bakal lakuin begini.

MEMBACA  Data CRM yang Bersih dan Terharmonisasi Penting untuk Pelatihan Model AI

Optimis dan sinis ada benarnya, tapi nggak masuk akal sekarang. Yang masuk akal adalah percaya krisis pertahanan Eropa nyata dan mendesak. Habis $3 triliun lebih, Eropa hampir nggak punya kapasitas militer. Satu-satunya solusi: keluarin uang lebih banyak.

Tapi biar uang tambahan ini nggak sia-sia, harus ada rencana perubahan. Eropa bisa hemat dengan pesan barang lebih banyak. Tapi itu nggak butuh uang lebih, cuma kerja sama lintas negara. Naikin anggaran hanya masuk akal kalo percaya uang baru bisa ubah sisa militerisme abad 20 Eropa jadi pasukan abad 21. Harus percaya lonjakan kuantitas bakal bawa perbaikan kualitas.

Dalam hal ini, isu persenjataan Eropa mirip transisi energi. Kemitraan Transisi Energi Adil 2021 dulu dianggap bisa bantu negara berkembang seperti Afrika Selatan dan Indonesia transisi dengan uang dari Eropa dan AS—dengan beli kelompok kepentingan dan hilangin halangan politik.

"Kuantitas jadi kualitas" ide bagus. Tapi kemitraan itu cuma beberapa miliar euro. Rencana pertahanan Eropa seratus kali lebih besar dan bakal bebani anggaran yang udah ketat. Paling nggak, demokrasi Eropa harus transparan soal taruhan ini.

Ini bukan langkah masuk akal buat naikkan kapasitas mesin militer yang sehat. Ini taruhan triliunan euro bahwa uang lebih bakal perbaiki sistem yang rusak.