Israel menyerbu dan menutup kantor Al Jazeera di Ramallah di Tepi Barat

Satu gambar menunjukkan pemandangan kantor jaringan televisi Al Jazeera di Ramallah di Tepi Barat yang diduduki Israel pada 5 Mei 2024.

Zain Jaafar | Afp | Getty Images

Pasukan Israel melakukan razia di kantor jaringan berita satelit Al Jazeera di Tepi Barat yang diduduki Israel pada Minggu pagi, memerintahkan kantor tersebut ditutup dalam rangka kampanye yang semakin meluas oleh Israel menargetkan penyiar yang didanai oleh Qatar ini saat meliput perang Israel-Hamas di Jalur Gaza.

Al Jazeera menyiarkan rekaman pasukan Israel secara langsung di saluran berbahasa Arabnya yang memerintahkan kantor tersebut ditutup selama 45 hari. Langkah ini mengikuti perintah luar biasa yang dikeluarkan pada bulan Mei yang melihat polisi Israel merazia posisi siaran Al Jazeera di Yerusalem Timur, menyita peralatan di sana, mencegah siaran di Israel, dan memblokir situs webnya.

Tindakan ini merupakan kali pertama Israel menutup kantor berita asing yang beroperasi di negara tersebut. Namun, Al Jazeera terus beroperasi di Tepi Barat yang diduduki Israel dan di Jalur Gaza, wilayah yang diharapkan oleh Palestina sebagai negara masa depan mereka.

Belum ada pengakuan langsung dari pasukan Israel terkait penutupan tersebut. Militer Israel tidak memberikan tanggapan atas permintaan komentar dari The Associated Press. Al Jazeera mengutuk langkah tersebut sambil terus melakukan siaran langsung dari Amman di Yordania tetangga.

Pasukan Israel bersenjata memasuki kantor dan memberitahu seorang reporter secara langsung di udara bahwa kantor tersebut akan ditutup selama 45 hari, mengatakan bahwa staf harus segera meninggalkan kantor. Jaringan tersebut kemudian menyiarkan rekaman yang tampaknya pasukan Israel merobohkan spanduk di balkon yang digunakan oleh kantor Al Jazeera. Al Jazeera mengatakan spanduk tersebut berisi gambar Shireen Abu Akleh, seorang jurnalis Palestina-Amerika yang ditembak mati oleh pasukan Israel pada Mei 2022.

MEMBACA  Pakar hukum mengatakan larangan TikTok tidak konstitusional dan tidak didukung oleh bukti apapun

\”Ada putusan pengadilan untuk menutup Al Jazeera selama 45 hari,\” kata seorang prajurit Israel kepada kepala kantor Al Jazeera lokal, Walid al-Omari, dalam rekaman langsung. \”Saya meminta Anda untuk mengambil semua kamera dan meninggalkan kantor saat ini.\”

Al-Omari kemudian mengatakan bahwa pasukan Israel mulai menyita dokumen dan peralatan di kantor tersebut, sambil gas air mata dan tembakan terdengar di area tersebut.

Para Palestina mendapatkan otonomi terbatas di Gaza dan sebagian dari Tepi Barat yang diduduki melalui perjanjian Oslo 1993. Sementara Israel menduduki dan mengontrol sebagian besar wilayah Tepi Barat, Ramallah berada di bawah kendali politik dan keamanan Palestina sepenuhnya, sehingga razia Israel terhadap kantor Al Jazeera menjadi semakin mengejutkan.

Asosiasi Jurnalis Palestina mengutuk razia dan perintah Israel tersebut.

\”Keputusan militer sewenang-wenang ini adalah agresi baru terhadap pekerjaan jurnalistik dan media,\” kata mereka.

Otoritas Palestina mengelola sebagian dari Tepi Barat. Pasukan mereka diusir dari Gaza ketika Hamas merebut kekuasaan pada tahun 2007, dan mereka tidak memiliki kekuasaan di sana.

Jaringan tersebut telah melaporkan perang Israel-Hamas tanpa henti sejak serangan lintas batas awal oleh militan pada 7 Oktober dan telah menjaga liputan 24 jam di Jalur Gaza selama serangan darat Israel yang telah menewaskan dan melukai anggota stafnya. Belum jelas apakah militer Israel akan menargetkan operasi Al Jazeera di Gaza juga.

Selain liputan langsung tentang korban perang, cabang Arab Al Jazeera sering kali mempublikasikan pernyataan video dari Hamas dan kelompok militan regional lainnya secara harfiah.

Hal ini telah membuat pejabat Israel hingga Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengklaim bahwa jaringan tersebut telah \”membahayakan keamanan Israel dan menimbulkan hasutan terhadap tentara.\” Klaim tersebut telah dengan tegas dibantah oleh Al Jazeera, yang pendana utamanya, Qatar, telah menjadi kunci dalam negosiasi antara Israel dan Hamas untuk mencapai gencatan senjata yang mengakhiri perang.

MEMBACA  Aplikasi baru untuk membaca, menonton, dan mendengarkan internet

Perintah menutup Al Jazeera di Israel telah diperbaharui berulang kali sejak itu, namun belum juga mengeluarkan perintah menutup kantor Ramallah.

Perang dimulai ketika para pejuang yang dipimpin oleh Hamas membunuh sekitar 1.200 orang, sebagian besar warga sipil, dalam serangan pada 7 Oktober di selatan Israel. Mereka menculik sekitar 250 orang lainnya dan masih menggenggam sekitar 100 sandera. Kampanye Israel di Gaza telah menewaskan setidaknya 41.000 warga Palestina, menurut Kementerian Kesehatan Gaza, yang tidak membedakan antara pejuang dan warga sipil.

Penutupan kantor Al Jazeera di Ramallah juga terjadi ketika ketegangan terus meningkat terkait kemungkinan perluasan perang ke Lebanon, di mana perangkat elektronik meledak minggu lalu dalam kampanye sabotase yang kemungkinan dilakukan oleh Israel menargetkan milisi Syiah Hezbollah.

Ledakan pada Selasa dan Rabu menewaskan setidaknya 37 orang — termasuk dua anak — dan melukai sekitar 3.000 orang lainnya.

Tinggalkan komentar