Investor Asing di Sektor Pertanian: Tarif AS Ancam Keberlangsungan Usaha, Berpotensi Gugat di Pengadilan Global

Investor asing dari sektor pertanian lagi berpikir untuk nuntut pemerintah Amerika. Mereka rasa tarif baru itu nglanggar perjanjian investasi internasional yang janji perlakuan adil.

Perusahaan pertanian internasional yang punya investasi di AS, seperti jaringan distribusi dan anak perusahaan, sedang menghadapi tarif ini. Akibatnya, mereka harus ubah kegiatan bisnis, negosiasi ulang kontrak, dan bahkan harga mereka jadi tidak kompetitif. Kata para ahli, investor asing ini pertimbangkan untuk bawa klaim ke AS lewat perjanjian investasi internasional, yang janjikan perlakuan adil dan melindungi investor.

Impor produk seperti pisang, blueberry, dan alpukat yang sebagian besar ditanam di luar AS nilainya lebih dari $33 miliar tahun lalu. Banyak perusahaan agrikultur besar bikin anak perusahaan di AS dan investasi di mesin, pekerja, dan jaringan distribusi. Tapi, tarif sekarang tekan margin keuntungan, bikin bagian bisnis di AS ini susah bertahan.

“Produk segar tidak dikenakan tarif sejak tahun 90-an,” kata Tiffany Comprés, seorang pengacara. Investasi di jaringan distribusi dilakukan dengan harapan tarif tetap nol. “Sekarang tarif diterapkan, dan margin sudah tipis, jadi bisnis jadi tidak bisa berfungsi dengan baik.”

Ini alasan kenapa beberapa perusahaan pertanian asing pertimbangkan untuk menggugat pemerintah AS.

Jika investor asing lanjut, mereka bisa ajukan klaim ke pengadilan arbitrase internasional, bukan pengadilan di AS. Mereka akan bilang tarif langgar standar perlakuan dalam perjanjian investasi. Sengketa ini akan diarbitrase oleh institusi pihak ketiga yang punya pengacara ahli hukum internasional.

Meskipun perjanjian USMCA tidak kenakan tarif untuk barang dari Meksiko dan Kanada, impor dari negara Amerika Latin seperti pisang dan kopi menghadapi tarif tinggi.

“Brazil adalah produsen kopi terbesar. Mereka sumber impor kopi utama kita, dan sekarang hadapi tarif 50%,” kata David Ortega, profesor ekonomi pangan. “Itu naikkan harga impor dan pengaruhi sangat signifikan untuk produsen panggang di sini dan petani di Brazil.”

MEMBACA  Layanan Streaming Pun Bisa Terkena Dampak dari Tarif Trump

Brazil tidak punya perjanjian investasi dengan AS, tapi negara seperti Guatemala dan Honduras yang dilindungi perjanjian CAFTA-DR mungkin bisa ajukan klaim. Argentina dan negara lain di bawah perjanjian bilateral BIT juga punya perlindungan yang mungkin dilanggar.

Comprés bilang kliennya tunggu putusan Mahkamah Agung AS soal legalitas tarif sebelum ajukan klaim. Mereka juga perlu pastikan kasus mereka cukup kuat.

“Investor ingin nilai kerugian mereka,” kata Comprés. “Mereka perlu tentukan apakah itu masuk akal untuk mereka.”

Rata-rata ada waktu lima tahun untuk ajukan klaim berdasarkan perjanjian yang ada batas waktunya. Beberapa perjanjian bahkan tidak ada batas waktu.

Comprés bilang dia akan kaget jika tidak lihat klaim-klaim ini dalam lima tahun ke depan.

Tapi, semua klaim potensial ini akan hadapi perjuangan berat.

“Amerika Serikat tidak pernah kalah dalam sengketa investor-negara,” kata Robert Howse, profesor hukum internasional.

Howse tambah, investor asing yang ajukan klaim harus penuhi kriteria yang sangat spesifik. Mereka tidak eligible jika cuma jual produk ke grosir Amerika.

“Kamu harus punya investasi, seperti jaringan distribusi, gudang… itu yang dianggap sebagai investasi di AS,” kata Howse. Lalu, perusahaan harus buktikan bahwa investasinya jadi tidak berharga karena tarif. Tapi, AS bisa beralasan bahwa tarif tidak langgar perlakuan adil karena itu mencerminkan kedaulatan negara atas urusan dagang. Kebijakan komersial, termasuk tarif, adalah bagian dari lingkungan regulasi yang investor tahu bisa berubah.

“Ini aspek fundamental dari agenda Presiden Trump, bahkan sejak dia mencalonkan diri pertama kali,” kata Howse.