Buka Editor’s Digest Gratis
Roula Khalaf, Editor FT, memilih cerita favoritnya di newsletter mingguan ini.
Tingkat inflasi Swiss turun ke negatif untuk pertama kali dalam empat tahun. Ini memicu prediksi bahwa negara itu akan kembali ke suku bunga di bawah nol untuk hindari resesi deflasi dan kendalikan mata uang yang melonjak.
Inflasi tahunan minus 0,1% di Mei, dengan harga transportasi udara dan akomodasi jadi penyumbang terbesar, menurut data Selasa. Harga naik 0,1% dari bulan sebelumnya.
Pedagang semakin yakin Bank Nasional Swiss (SNB) akan turunkan suku bunga ke nol atau lebih rendah hadapi inflasi lemah dan kenaikan nilai franc Swiss. Mata uang ini jadi tempat aman investor selama perang dagang Donald Trump.
Franc adalah mata uang terkuat tahun ini, naik hampir 11% terhadap dolar, lebih baik dari euro dan pound. Dolar hampir sentuh SFr0,80 pekan lalu, level terkuat sejak 2015.
Franc yang kuat tekan inflasi dengan turunkan harga impor.
Mike Riddell, manajer investasi di Fidelity, bilang tanda deflasi akan buat SNB "alergi pada apresiasi franc" yang bisa perparah penurunan harga.
Dia prediksi tekanan kenaikan mata uang akan picu intervensi SNB untuk lemahkan franc. SNB targetkan inflasi 0-2%.
Ini bisa picu kemarahan Gedung Putih, yang pernah masukkan Swiss ke daftar "manipulator mata uang" di akhir masa jabatan Trump. Swiss lalu dikeluarkan di era Biden.
Swiss selalu berusaha kendalikan mata uangnya, yang dianggap aman karena stabilitas politik dan ekonominya.
SNB pernah pertahankan suku bunga di bawah nol selama 8 tahun sebelum naik ke positif di 2022. Mereka juga punya banyak aset internasional dari intervensi mata uang.
Pasar perkirakan dua kali potongan bunga 0,25% hingga Desember, yang akan bawa suku bunga jadi minus 0,25%.
Imbal hasil obligasi pemerintah Swiss 2 tahun jatuh ke minus 0,24%, terendah dalam 3 tahun. Imbal hasil hingga 6 tahun juga di bawah nol.