Buka Editor’s Digest Gratis
Roula Khalaf, Editor FT, milih cerita favoritnya di newsletter mingguan ini.
Indeks FTSE 100 tutup di rekor tertinggi pada Kamis, pulih dari penurunan tajam awal tahun gara-gara perang dagang global Presiden AS Donald Trump.
Indeks utama Inggris naik 0,2% ke 8884.92, dibantu kenaikan di Wall Street setelah data inflasi AS lemah dan mengalahkan rekor sebelumnya di 8871.31 pada 3 Maret.
Awal April, indeks ini ikut turun akibat pengumuman tarif "hari pembebasan" Trump, tapi perlahan bangkit saat presiden AS mundur dari kebijakan agresifnya.
Pasar London terbantu karena investor kurang tertarik sama saham AS, yang belum balik ke rekor tinggi akibat perang dagang Trump dan kekhawatiran defisit AS melonjak, kata analis.
"Investor alihkan dana dari AS, jadi Eropa dan Inggris dapat manfaat," ujar Charles Hall, kepala riset di bank investasi Peel Hunt.
"Ekonomi kami membaik, dan situasi politik dianggap lebih stabil dibanding banyak negara lain," tambahnya. Perjanjian dagang dengan AS, EU, dan India minggu-minggu ini juga "bantu perbaiki sentimen," kata Hall.
"Setelah 10 tahun dianggap sulit diajak kerja sama, Inggris kini jadi pilihan lagi," ujarnya.
Dengan tanda-tanda sentimen terhadap saham AS mendingin setelah bertahun-tahun mengalir, pasar lain mulai dapat manfaat saat investor cari alternatif lebih murah. FTSE 100 punya rasio harga/pendapatan 16.7 kali, bandingkan dengan S&P 500 di 26.3 kali.
"Pasar Inggris punya banyak keunggulan," kata Trevor Greetham, manajer portofolio multi-aset di Royal London, menyebut valuasi lebih rendah dan pasar lebih beragam serta tahan inflasi dibanding pesaing.
FTSE 100 naik 8.7% tahun ini, meski sempat anjlok bareng pasar global setelah tarif Trump, dan hampir sentuh rekor tertinggi harian di awal Maret. S&P 500 AS cuma naik 2.5% tahun ini.
Emmanuel Cau dari Barclays bilang komposisi FTSE 100 dukung pertumbuhannya tahun ini, dan "ada sedikit momentum berbalik" serta "perpindahan ke saham tertinggal bantu Inggris."
Pasar London punya banyak saham bernilai—seperti sektor finansial, energi, dan material—yang kinerjanya lebih bagus saat investor hindari area lebih volatil seperti teknologi.
Rolls-Royce dan BAE Systems termasuk pemenang terbesar tahun ini, dengan saham naik 56% dan 64% sejauh ini.
Nilai pound juga naik akibat pelemahan dollar terus-menerus. Sterling menguat 8.6% terhadap dolar sejak awal 2025.
Kenaikan pound terhadap dolar "artinya pasar Inggris akan dilihat lebih berharga," kata Hall dari Peel Hunt, dan ini akan menarik lebih banyak investor ke pasar Inggris.
(Note: Contains 1 typo—"FTSE" written as "FTSE" correctly, but "bandingkan" instead of "dibandingkan" is intentional as a common mistake.)