Israel bilang mereka sudah tangguhkan operasi lebih dari duapuluh organisasi kemanusiaan, seperti Dokter Tanpa Batas dan CARE, di Jalur Gaza. Ini karena organisasi-organisasi itu tidak ikut aturan pendaftaran baru.
Israel bilang aturan itu untuk cegah Hamas dan kelompok militan lain menyusup ke organisasi bantuan. Tapi organisasi-organisasi itu bilang aturannya tidak jelas dan larangan ini akan menyakiti penduduk sipil yang sangat butuh bantuan.
Aturan baru dari Israel mewajibkan organisasi mendaftarkan nama pekerja dan memberikan detail tentang dana dan operasi mereka. Aturan juga termasuk syarat ideologi, seperti menolak organisasi yang mendukung boikot terhadap Israel atau menyangkal serangan 7 Oktober.
Kementerian Urusan Diaspora Israel bilang lebih dari 30 kelompok gagal patuh dan operasi mereka akan ditangguhkan. Mereka juga bilang Dokter Tanpa Batas tidak menanggapi klaim Israel bahwa beberapa pekerjanya terkait dengan Hamas atau Islamic Jihad.
Menteri Amichai Chikli bilang, “Pesan nya jelas: bantuan kemanusiaan disambut — eksploitasi kerangka kemanusiaan untuk terorisme tidak.”
Dokter Tanpa Batas (MSF) bilang keputusan ini akan berdampak buruk pada pekerjaan mereka di Gaza, dimana mereka mendukung sekitar 20% tempat tidur rumah sakit dan sepertiga kelahiran. Mereka juga menyangkal tuduhan Israel tentang staf mereka.
“MSF tidak akan pernah sengaja mempekerjakan orang yang terlibat aktivitas militer,” kata mereka.
Sementara Israel klaim keputusan ini dampaknya terbatas, organisasi yang kena dampak bilang waktunya — kurang dari tiga bulan setelah gencatan senjata — sangat merusak.
“Meski ada gencatan senjata, kebutuhan di Gaza sangat besar, tapi kami dan puluhan organisasi lain diblokir untuk bawa bantuan penyelamat hidup,” kata Shaina Low dari Norwegian Refugee Council, yang juga ditangguhkan.
“Tidak bisa kirim staf ke Gaza berarti semua beban kerja jatuh pada staf lokal kami yang sudah lelah,” tambah Low.
Beberapa kelompok bantuan bilang mereka tidak kirim daftar staf Palestina seperti diminta Israel, karena takut ditarget Israel dan karena hukum perlindungan data di Eropa.
” Ini dari perspektif hukum dan keamanan. Di Gaza, kami lihat ratusan pekerja bantuan terbunuh,” jelas Low.
Keputusan untuk tidak perpanj izin kelompok bantuan berarti kantor di Israel dan Yerusalem Timur akan tutup, dan organisasi tidak bisa kirim staf internasional atau bantuan ke Gaza.
Menurut kementerian Israel, izin kelompok bantuan akan dicabut pada 1 Januari, dan jika mereka berada di Israel, mereka harus pergi sebelum 1 Maret. Mereka bisa banding keputusan ini.
Badan pertahanan Israel yang awasi bantuan kemanusiaan ke Gaza, COGAT, bilang organisasi dalam daftar ini menyumbang kurang dari 1% dari total bantuan ke Jalur Gaza. Bantuan akan terus masuk dari lebih 20 organisasi yang dapat izin untuk terus beroperasi.
“Ini bukan pertama kalinya Israel coba batasi organisasi kemanusiaan internasional. Sepanjang perang, Israel tuduh badan bantuan PBB, UNRWA, disusupi Hamas. PBB sudah menyangkalnya.
Setelah bulanan dikritik oleh Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan sekutu sayap kanannya, Israel larang UNRWA beroperasi di wilayahnya pada Januari. AS, yang sebelumnya donor terbesar UNRWA, hentikan pendanaan pada awal 2024.
Athena Rayburn dari AIDA, organisasi payung untuk lebih 100 kelompok di wilayah Palestina, bilang Israel gagal konfirmasi bahwa data dari peraturan baru tidak akan digunakan untuk tujuan militer atau intelijen. Ini menimbulkan kekhawatiran keamanan serius.
Dia catat bahwa lebih dari 500 pekerja bantuan telah tewas di Gaza selama perang.
“Meminta satu pihak dalam konflik untuk menyaring staf kami, terutama dalam kondisi okupasi, adalah pelanggaran prinsip kemanusiaan, khususnya netralitas dan kemandirian,” katanya.
Rayburn bilang organisasi sudah ungkapkan kekhawatiran dan tawarkan alternatif selain kirim daftar staf, seperti penyaringan oleh pihak ketiga, tapi Israel tolak untuk berdialog.
Seorang gadis Palestina berusia 10 tahun tewas dan seorang lagi luka-luka akibat tembakan Israel di Kota Gaza dekat Garis Kuning yang memisahkan area di bawah kendali Israel, kata Rumah Sakit Shifa pada Selasa.
Kementerian Kesehatan Gaza, yang dijalankan Hamas, bilang 71.266 warga Palestina telah tewas di Gaza hingga Senin, tidak termasuk gadis itu. Kementerian tidak bedakan warga sipil dan pejuang dalam hitungan mereka. PBB dan ahli independen anggap data Kementerian Kesehatan sebagai sumber yang paling dapat dipercaya. Israel sangka angka itu tapi belum berikan angka mereka sendiri.