Di sebuah desa di pinggiran Hong Kong, Wong Chin Ming memeriksa zucchini, semangka, tomat ceri, dan kale yang tumbuh di rumah kacanya. Selama 19 tahun dia bercocok tanam di sini, di bekas lokasi pabrik. Tak lama lagi, lahannya akan dihapus dari peta untuk memberi jalan bagi proyek besar yang diharapkan China bisa jadi jawaban Hong Kong atas Silicon Valley. Pemerintah menyisihkan 300 kilometer persegi (116 mil persegi) untuk proyek ini, area lebih dari dua kali ukuran San Francisco.
Ini disebut “Northern Metropolis,” tapi sekarang masih jauh dari itu. Pedalaman Hong Kong adalah campuran desa kecil sepi, apartemen, dan anjing liar. Pagar berkarat mengelilingi gudang, mobil tua teronggok di semak, dan puluhan kabin bekas karantina COVID-19 kosong. Northern Metropolis tak akan berkembang alami selama puluhan tahun seperti pusat teknologi dekat Stanford University atau gedung pencakar langit Hong Kong, di mana perusahaan dan warga dulu punya otonomi lebih sebelum pemerintah menekan pada 2020.
Pengembang properti ragu-ragu berinvestasi di Northern Metropolis karena takut rugi besar saat harga properti Hong Kong turun tajam. Pencinta lingkungan khawatirkan dampaknya, dan beberapa warga tak mau pindah. Tapi karena protes di Hong Kong sekarang dibatasi, warga terpaksa menerima perubahan. Pemerintah bilang 4.500 rumah tangga harus pindah. “Kalau mereka mau bangun sini, kita tak bisa lawan,” kata Wong tentang lahannya. “Kita terima saja.”
Mantan pemimpin Hong Kong, Carrie Lam, pertama kali usul Northern Metropolis tahun 2021 untuk tambah lahan pembangunan. Beijing kesal karena harga rumah di Hong Kong termahal sedunia. Pemerintah Hong Kong lalu merencanakan area ini selama beberapa tahun, yang mencakup sepertiga kota.
Northern Metropolis akan dibangun di tepi Sungai Shenzhen, perbatasan Hong Kong dengan daratan China yang punya tujuh pintu perbatasan. Rencananya dibagi jadi empat zona: teknologi, logistik, perdagangan, dan ekowisata. Akan ada stasiun subway baru, termasuk kereta lintas batas ke Shenzhen, kota ketiga terbesar di China. Rencana resmi menyebutkan gedung-gedung untuk perusahaan teknologi canggih dan fasilitas riset, serta populasi yang lebih dari dua kali lipat. “Sebagai investasi penting bagi perkembangan sosial dan ekonomi Hong Kong, Northern Metropolis jadi prioritas utama pemerintah,” kata pemerintah dalam pernyataannya.
Proyek ini mendesak karena pilar ekonomi Hong Kong, yaitu keuangan dan properti, melemah akibat ketegangan China dan Barat. Hong Kong dulu mahir menyeimbangkan kepentingan keduanya. “Kita perlu diversifikasi ekonomi,” kata Kathy Lee dari Colliers International Group Inc.
Northern Metropolis bisa membuat Hong Kong lebih selaras dengan daratan China dan tujuan ekonomi Presiden Xi Jinping. Proyek ini juga bisa jadi platform ekspor teknologi tinggi China lewat Hong Kong, kata Carlos Lo dari Chinese University of Hong Kong. “Hong Kong harus temukan model baru untuk pulihkan ekonomi,” ujarnya.
Pemerintah Hong Kong berharap keluarga kaya setempat berinvestasi di sini. Tak ada yang tahu biaya pastinya, tapi diperkirakan puluhan miliar dolar.
Xia Baolong, pejabat China yang mengawasi Hong Kong, mendesak para pengusaha untuk dukung proyek ini. “Kalau elit bisnis Hong Kong tak berkontribusi sesuai keinginan Beijing, tak ada alasan mereka diperlakukan baik,” kata Steve Tsang dari SOAS University of London.
Namun, inisiatif ini “datang di waktu yang salah saat semua butuh uang tunai,” kata Hannah Jeong dari CBRE Group Inc. Harga rumah di Hong Kong terendah dalam 9 tahun, dan sewa kantor turun 40% sejak puncaknya tahun 2019.
Ada alasan lain pengembang enggan investasi: pemerintah yang defisit ingin perusahaan swasta tanggung lebih banyak biaya infrastruktur. Patrick Wong dari Bloomberg Intelligence bilang ini bisa jadi masalah besar.
Jika pengembang lokal ragu, perusahaan milik China yang punya uang lebih akan mendominasi Northern Metropolis, kata Jeong. Pemerintah mengatakan sedang pertimbangkan masukan dan mungkin beri kemudahan.
Brian Wong dari Liber Research Community meragukan dampak lingkungannya. “Ada banyak lanskap alam dan budaya unik yang sayang jika dihancurkan,” ujarnya. Pemerintah berjanji akan jaga lahan pertanian dan kembangkan pertanian urban berkelanjutan.
Desa di distrik Ta Kwu Ling akan jadi yang pertama digusur. Emerald Lee, yang tinggal di rumah warisan orangtuanya sejak 1960-an, khawatir ganti rugi tak cukup. “Kami sudah tinggal di sini puluhan tahun. Kenapa kami harus pindah?” katanya.
Cerita ini pertama kali muncul di Fortune.com