Oleh Andrea Shalal
(Reuters) – Dana Moneter Internasional (IMF) pada Selasa memperingatkan bahwa hilangnya kemandirian bank sentral bisa melemahkan upaya mengendalikan ekspektasi inflasi, yang mungkin memicu ketidakstabilan finansial, moneter, dan makroekonomi.
IMF menekankan pesan ini dalam pembaruan Outlook Ekonomi Dunia yang dirilis Selasa, serta dalam wawancara terpisah dengan kepala ekonom IMF, Pierre-Olivier Gourinchas.
Dalam pembaruan itu, IMF menyatakan bahwa iklim ekonomi saat ini yang dipenuhi ketegangan perdagangan berkepanjangan dan ketidakpastian tarif meningkatkan kebutuhan akan kebijakan kuat untuk menjaga stabilitas finansial dan memastikan kemandirian bank sentral.
Dalam beberapa kasus, jika guncangan tarif menyebabkan gejolak nilai tukar dan premi risiko, IMF mengatakan mungkin cocok bagi negara untuk menerapkan intervensi nilai tukar sementara atau langkah pengelolaan arus modal.
"Yang penting, situasi yang tidak pasti dan berubah-ubah juga memerlukan pesan jelas dan konsisten dari bank sentral serta perlindungan kemandirian mereka, bukan hanya secara hukum, tapi juga dalam praktik," kata IMF.
Presiden AS Donald Trump berulang kali mendesak Federal Reserve (Fed) untuk menurunkan suku bunga sambil mempertanyakan kepemimpinan dan masa jabatan Ketua Jerome Powell, yang berakhir pada Mei 2026.
Pernyataan ini mengganggu pasar, yang khawatir akan hilangnya prinsip kemandirian Fed yang sudah lama ada.
Keduanya berselisih soal biaya proyek renovasi Fed pada Jumat, sementara Trump kembali menyerukan penurunan suku bunga.
Ditanya tentang upaya Trump mendorong Powell mundur, Gourinchas menekankan pentingnya menjaga kemandirian bank sentral untuk menstabilkan ekspektasi inflasi.
"Ini adalah pilar utama stabilitas makroekonomi secara keseluruhan. Ini salah satu pelajaran berharga dari 40 tahun terakhir," ujar kepala ekonom IMF itu tanpa menyebut Fed secara spesifik.
"Kami punya pesan sangat jelas—sangat penting untuk menjaga kemandirian bank sentral dan menerapkannya," katanya.
Kemandirian bank sentral, menurutnya, adalah dasar kerangka makroekonomi di negara maju maupun berkembang.
Meski ada kenaikan harga besar dari 2021 hingga 2024, pasar dan konsumen tetap percaya pada tekad pembuat kebijakan untuk mengendalikan inflasi dalam jangka menengah, mencegah ekspektasi inflasi melonjak.
"Mereka percaya ada yang memegang kendali dan akan menerapkan kebijakan moneter untuk mencapai stabilitas harga. Itulah kredibilitas," ujarnya.
Jika kredibilitas ini dipertanyakan atau terancam, hubungan antara inflasi dan ekspektasi inflasi akan jadi "jauh lebih rapuh," katanya.
Inflasi bisa tiba-tiba naik akibat berbagai guncangan, dan jika masyarakat tidak percaya bank sentral bisa bekerja, ekspektasi inflasi akan meningkat, memicu kenaikan gaji, harga, suku bunga, dan akhirnya kebutuhan untuk ‘menghancurkan ekonomi’.
"Jadi sekarang ada ketidakstabilan makroekonomi, moneter, dan finansial," ujarnya, menekankan pentingnya memastikan konsumen dan pasar yakin bank sentral bertindak sendiri.
(Laporan oleh Andrea Shalal, Disunting oleh Nick Zieminski)