Harga Minyak Melonjak Imbas Risiko Sanksi Rusia

Harga minyak naik sedikit di perdagangan Asia hari Kamis, setelah sebelumnya turun ke titik terendah dalam 16 minggu. Minyak WTI jadi $62.09 dan Brent jadi $65.68. Pasar lebih optimis karena mungkin ada sanksi lebih keras untuk minyak Rusia, meskipun ada kekhawatiran soal suplai OPEC+ yang lebih banyak dan sinyal ekonomi AS yang lemah.

Dua patokan minyak ini memang turun selama tiga hari sebelumnya. Pada hari Rabu, harga Brent dan WTI masing-masing turun sekitar 1%. Brent tutup di harga terendah sejak Juni, dan WTI yang terendah sejak Mei.

Penyebab pemulihan ini adalah tekanan dari negara-negara G7 untuk memperketat sanksi pada pihak yang masih beli atau bantu impor minyak Rusia. Dalam pernyataan bersama, menteri keuangan G7 berjanji akan “tingkatkan tekanan” pada mereka yang cari jalan keluar dari sanksi yang ada.

Selain itu, ada laporan bahwa AS berencana beri Ukraina informasi intelijen untuk mendukung serangan misil jarak jauh ke infrastruktur energi Rusia. Tindakan ini bisa ganggu pipa, kilang, dan rute transportasi yang penting untuk ekspor minyak Rusia.

Kemungkinan gangguan suplai ini menarik minat pembeli spekulatif, terutama saat WTI mendekati level psikologis $60.

Tapi, di sisi lain, banyak yang masih perkirakan OPEC+ akan setuju tingkatkan produksi banyak pada bulan November. Ada spekulasi kenaikannya bisa sampai 500,000 barel per hari. Arab Saudi khususnya, dikabarkan ingin ambil alih lagi pangsa pasarnya. Walaupun begitu, OPEC sudah tolak laporan-laporan tersebut.

Kemungkinan tambahan suplai ini jadi perhatian besar di tengah tanda-tanda permintaan yang melemah, terutama di AS, dan kekhawatiran tentang prospek ekonomi setelah pemerintah AS tutup.

Faktor lain yang bikin susah, Lembaga Informasi Energi (EIA) laporkan bahwa persediaan minyak mentah AS naik 1.8 juta barel jadi 416.5 juta barel untuk minggu yang berakhir 26 September. Ini lebih tinggi dari perkiraan kenaikan 1 juta barel. Kenaikan ini mencerminkan aktivitas penyulingan yang lebih lemah dan permintaan bahan bakar yang lesu.

MEMBACA  LangChain Raih Status Unicorn dengan Pendanaan Segar $125 Juta

Persediaan bahan bakar distilat dan bensin yang terus bertambah menunjukkan bahwa konsumsi di sektor-sektor utama sedang bermasalah.

Prospek harga minyak ke depan sangat tergantung pada apakah sanksi ke Rusia benar-benar bisa kurangi pasokan minyaknya, dan seberapa agresif OPEC+ menaikkan produksi. Dampak dari pembatasan baru bisa membuat pasokan ketat, apalagi jika kemampuan Rusia untuk kirim minyak terganggu. Kapal-kapal ‘bayangan’ yang dipakai untuk hindari sanksi juga masih dalam tekanan, dan penegakan aturan lebih lanjut bisa menyulitkan ekspor Rusia.

Oleh Charles Kennedy untuk Oilprice.com