Harga Minyak Diprediksi Turun di Bawah $60 Akibat Kenaikan Pasokan OPEC+

Analis Wall Street prediksi harga minyak akan turun di bawah $60 per barel akhir tahun ini karena OPEC+ meningkatkan produksi.

OPEC+ sudah mengurangi pemotongan produksi tahun ini untuk dapatkan kembali pangsa pasar global. Akhir pekan lalu, mereka umumkan akan naikkan produksi sebanyak 548.000 barel per hari di Agustus. Ini jadi kenaikan keempat berturut-turut dan lebih besar dari perkiraan analis.

"Pengumuman Sabtu lalu untuk percepat kenaikan pasokan menunjukkan pergeseran strategi untuk normalisasi kapasitas cadangan dan pangsa pasar, mendukung kohesi internal, dan mendisiplinkan pasokan shale AS," tulis analis Goldman Sachs, Daan Struyven, dalam catatan riset Minggu lalu.

Struyven dan timnya catat permintaan yang kuat, terutama dari importir minyak terbesar dunia, China. Mereka perkirakan OPEC+ akan naikkan produksi lagi di September.

"Kami pertahankan prediksi harga dengan Brent rata-rata $59 di Q4 2025 dan $56 di 2026," tulis Struyven.

Analis BNP Paribas turunkan prediksi harga Brent akhir tahun sebesar $5 jadi $55 per barel, tapi mereka lihat pemulihan pasar minyak di 2026.

"Pendorong utamanya adalah kami harap pertumbuhan pasokan—baik dari OPEC maupun non-OPEC—akan melambat," kata para analis.

Harga minyak mentah turun setelah sempat melonjak mendekati $80 akibat perang Israel-Iran bulan lalu.

Selama konflik, analis Wall Street sempat ramalkan skenario terburuk dengan harga bisa tembus $120-$130. Tapi prediksi dasar mereka tetap harga lebih rendah di akhir tahun.

Gencatan senjata antara Israel dan Iran yang diumumkan akhir bulan lalu oleh Presiden Trump hapus premi risiko perang minyak. WTI turun hampir 3% tahun ini, sedangkan Brent turun 5%.

Senin lalu, minyak West Texas Intermediate (CL=F) naik sedikit ke $67,93 per barel, sementara Brent (BZ=F), patokan internasional, ditutup di $69,58 per barel.

MEMBACA  Turki dan Somalia mencapai kesepakatan kerjasama minyak dan gas untuk negara di Kawasan Tanduk Afrika

"Secara keseluruhan, pasokan tampak meningkat, tapi permintaan yang kuat juga tetap di atas ekspektasi, jadi perdagangan bergejolak," tulis Dennis Kissler dari BOK Financial.

Sekretaris Jenderal OPEC Haitham al-Ghais mendengarkan Presiden Rusia Vladimir Putin dan Wakil Perdana Menteri Alexander Novak dalam pertemuan Juni lalu. (Foto: Anton Vaganov/AP)

Ines Ferre adalah Senior Business Reporter untuk Yahoo Finance. Ikuti dia di X @ines_ferre.

[Klik di sini untuk analisis mendalam berita pasar saham terbaru dan pergerakan harga saham]
[Baca berita keuangan dan bisnis terbaru dari Yahoo Finance]