Selamat pagi. Goldman Sachs, salah satu bank investasi terkemuka di dunia, mempersiapkan generasi baru pemimpin keuangan untuk membentuk masa depan AI di tempat kerja.
Bank ini mempekerjakan sekitar 2.500 hingga 3.000 magang setiap musim panas. Untuk kelas magang 2025, Goldman menerima lebih dari 360.000 lamaran—naik 15% dari tahun lalu, menurut Fortune. Dengan tingkat penerimaan hanya 0,7%, program ini sangat kompetitif dan jadi jalur untuk posisi tetap.
Goldman paham apa yang dicari profesional muda di perusahaan, termasuk fokus pada teknologi. Dalam opini baru, Marco Argenti, CIO Goldman, berargumen bahwa perusahaan harus memberdayakan anak muda dengan keterampilan AI agar bisa bentuk strategi.
Meski ada yang meramalkan agentic AI—sistem otonom yang bisa ambil keputusan sendir—akan gantikan peran junior, Argenti bilang kenyataannya lebih kompleks. Pekerja pemula justru lebih penting karena mereka “AI natives”, tumbuh bersama AI generatif dan lebih cepat beradaptasi.
“Memahami cara mendidik generasi AI natives—dan membekali mereka dengan keterampilan untuk jadi pemimpin, bukan penonton—akan krusial bagi masa depan kerja dan masyarakat,” tulis Argenti.
Dia menambahkan: “Insting, kreativitas, dan adaptabilitas mereka akan menentukan seberapa sukses kita integrasikan AI di organisasi. Tantangannya bukan cuma teknologi, tapi juga budaya dan pendidikan.”
Dengan setiap perubahan teknologi, muncul generasi pemimpin baru, terutama pengusaha yang mahir AI dan ubah lanskap bisnis. Argenti menyebut: “Lihat CEO perusahaan seperti Devin [AI], Windsurf, dan Scale AI—semua AI natives. Mungkinkah salah satunya jadi Bill Gates atau Michael Dell berikutnya?”
Goldman baru luncurkan GS AI Assistant, program internal yang memungkinkan karyawan berinteraksi dengan model bahasa besar secara aman. AI ini akan dipakai untuk efisiensi, menurut memo internal.
Penelitian menunjukkan adopsi AI di kalangan pekerja kantoran meningkat cepat. Menurut Slack Workforce Index Salesforce, pengguna AI sehari-hari 64% lebih produktif dan 81% lebih puas dengan pekerjaan.
Lebih dari 95% pekerja telah pakai AI untuk tugas yang sebelumnya tidak bisa mereka lakukan. Milenial jadi pengguna AI paling aktif di tempat kerja: 30% mengaku paham AI dengan baik, lebih tinggi dari Gen Z (22%).
Seiring AI terus ubah dunia kerja, perusahaan seperti Goldman Sachs tunjukkan manfaat memberdayakan AI natives.
—Sheryl Estrada
[email protected]
Leaderboard
Raphael Duvivier jadi CFO baru Krispy Kreme, Inc. (Nasdaq: DNUT), efektif 11 Juli. Dia gantikan Jeremiah Ashukian yang memilih keluar. Sebelumnya, Duvivier adalah Presiden Internasional Krispy Kreme.
Brian Musfeldt ditunjuk jadi CFO Stem, Inc. (NYSE: STEM), penyedia layanan energi bersih berbasis AI, efektif 17 Juli. Dia pernah jadi CFO AlsoEnergy sebelum dijual ke Stem.
Big Deal
Laporan BCG, "How to Get ROI from AI in the Finance Function", menemukan bahwa tim yang sukses fokus pada nilai, bukan sekadar belajar. Mereka pakai pendekatan transformasional, bukan kasus terpisah.
Going Deeper
Penelitian Wharton menyebut ChatGPT bisa tingkatkan kualitas ide individu, tapi juga buat grup hasilkan ide yang lebih mirip. Untuk inovasi, tim harus jaga keragaman ide.
Overheard
“Kami punya proses otomatis tinggi dan skalanya besar.”
—CEO Crayola Pete Ruggiero, yang mulai karir sebagai akuntan di perusahaan itu tahun 1997.
Ini versi web CFO Daily, newsletter tentang tren dan orang-orang yang bentuk keuangan korporat. Daftar gratis. Kalau kamu mau sukses, kamu harus kerja keras dan terus belajar. Jangan takut gagal karena itu bagian dari proses. Yang penting jangan menyerah dan selalu coba lagi."
Kalo kmu mau sukses, kmu hrs kerja keras terus blajar. Jgn takut gagal sebab itu bagian dr proses. Yg penting jgn nyerah dan slalu coba lagi.