Generasi Z Sering Ganti Pekerjaan, 54% Aktif Melamar—Laporan Sebut Mereka Bukan Pengkhianat

Dulu, pindah kerja dengan cepat adalah cara yang bagus untuk naik gaji dan dapat jabatan lebih tinggi. Meski sekarang cara ini kurang efektif karena kenaikan gaji tidak sebanyak dulu, Gen Z tetap sering ganti pekerjaan di awal karir. Tapi, ini bukan karena mereka tidak setia.

Rata-rata, Gen Z hanya bertahan 1.1 tahun di pekerjaan pertama mereka dalam lima tahun awal karir. Ini berdasarkan penelitian dari perusahaan rekrutmen Randstad. Sebagai perbandingan, generasi milenial bertahan sekitar 1.8 tahun di pekerjaan pertama mereka. Sementara Gen X dan Baby Boomers bisa bertahan sampai 3 tahun sebelum pindah.

Tapi, alasan Gen Z sering ganti kerja lebih rumit. Lowongan kerja untuk pemula turun 29% sejak Januari 2024. Selain sedikit lowongan, banyak dari mereka yang merasa tidak siap dan tidak didukung dalam karir.

Bahkan, gaji yang didapat tidak jauh beda. Perbedaan gaji antara yang bertahan dan yang pindah kerja adalah yang terendah dalam 10 tahun. Data dari Februari menunjukkan, karyawan yang bertahan dapat kenaikan gaji 4.6%, sedangkan yang pindah hanya dapat 4.8%—hanya selisih 0.2%.

Laporan Randstad menjelaskan, “Masa kerja jadi lebih singkat: pekerja muda sekarang berganti pekerjaan lebih cepat dari generasi mana pun. Meski perusahaan mungkin anggap ini tidak loyal, temuan kami menunjukkan ini adalah reaksi karena harapan mereka tidak terpenuhi dan keinginan kuat untuk berkembang.”

### Gen Z Sering Ganti Kerja Bukan Karena Tidak Loyal, Tapi Ingin Berkembang

Gen Z yang cepat ganti kerja tidak berarti mereka malas bekerja. Sekitar 68% masih berusaha melakukan yang terbaik di pekerjaannya sekarang. Namun, seperti kebanyakan pemula, mereka tidak terlalu senang dengan pekerjaan awal yang mereka dapat dan bersedia untuk berubah.

MEMBACA  Econom Harvard dari Harvard mengatakan bahwa kebangkitan manufaktur di AS tidak akan menciptakan banyak lapangan kerja

Hanya 56% Gen Z yang merasa pekerjaannya sesuai dengan impian mereka, dibandingkan 63% dari Baby Boomers. Sektor berpotensi tinggi yang mereka minati justru mengurangi lowongan; peran teknisi junior turun 35% sejak tahun lalu, dan peran keuangan tingkat pemula turun 24%. Tapi, sektor kesehatan justru meningkat 13% dalam periode yang sama. Sektor ini dikenal tahan resesi dan tahan terhadap otomatisasi AI.

Pasar kerja yang sulit ini memberatkan Gen Z. Dua dari lima pekerja muda merasa mereka tidak bisa mencapai peran impian karena pendidikan mereka, dan 41% tidak percaya diri untuk mencari pekerjaan lain.

Atasan mungkin berpikir keraguan ini akan memperlambat Gen Z, tapi 54% dari mereka tetap sering mencari lowongan kerja baru.

### Gen Z Sangat Ambisius—dan Pasar Kerja yang Sulit Tidak Akan Mengubah Itu

Meski mencari kerja di industri yang berkembang seperti TI, kesehatan, dan jasa keuangan, laporan mencatat bahwa generasi termuda ini lulus kuliah dan masuk dunia kerja dalam kondisi yang tidak pasti.

AI dengan cepat mengambil alih pekerjaan tingkat pemula—di sektor tech publik saja, jumlah pekerja Gen Z telah berkurang setengah sejak awal 2023. Dengan sedikitnya peluang, para pekerja muda ini merasa tersingkir dan tidak dihargai. Jadi, mereka pindah kerja untuk mendapatkan pekerjaan impian.

“Volatilitas ekonomi, menurunnya peluang tingkat pemula, dan dampak AI pada profil keterampilan tidak mengurangi nafsu Gen Z untuk maju dalam pekerjaan mereka,” jelas studi Randstad.

Kenyataannya, empat dari sepuluh Gen Z “selalu” mempertimbangkan tujuan karir jangka panjang saat memutuskan pindah kerja—persentase tertinggi di antara generasi lain. Mereka sangat ambisius, bahkan saat menghadapi keadaan unik yang tidak dialami Gen X dan Baby Boomers di usia 20-an mereka.

MEMBACA  Topan di Jawa Barat pada 21 Februari bukan tornado: BMKG

Daripada menyalahkan mereka karena sering pindah, atasan harus lebih sadar akan keinginan Gen Z untuk berkembang di dalam perusahaannya—jika tidak, mereka mungkin kehilangan talenta terbaik.

“Gen Z bukanlah tantangan untuk dikelola atau masalah untuk dipecahkan. Dalam tenaga kerja yang dibentuk oleh AI dan ambisi, mereka menawarkan cetak biru baru untuk masa depan pekerjaan,” lanjut laporan itu. “Intinya jelas: Gen Z sangat ingin tumbuh dan beradaptasi tetapi membutuhkan dukungan yang mudah diakses, inklusif, dan selaras dengan ambisi mereka.”

Fortune Global Forum kembali pada 26–27 Oktober 2025 di Riyadh. CEO dan pemimpin global akan berkumpul untuk acara eksklusif yang membentuk masa depan bisnis. Ajukan permohonan undangan.