Generasi Z diam-diam mengubah cara kerja dengan menggunakan AI untuk mengikuti rapat bagi mereka. Menurut penelitian dari Software Finder bulan Oktober, tiga dari sepuluh orang yang disurvei mengaku pernah melewatkan rapat dan mengandalkan AI untuk mencatat.
Survei itu juga menemukan bahwa 19% pekerja penuh waktu pakai tools AI untuk buat catatan rapat secara otomatis. Strategi ini berhasil untuk beberapa orang: karyawan yang rutin pakai AI untuk catat rapat 28% lebih mungkin dapat promosi, dibandingkan dengan 15% yang tidak. Mereka juga dapat gaji hampir $20,000 lebih banyak per tahun.
Tapi, tools AI nya kelihatannya tidak selalu bekerja dengan baik. Dari orang-orang yang mengandalkan AI untuk mencatat, 41% bilang mereka melewatkan informasi penting yang tidak tercatat oleh software.
Walaupun sebagian karyawan di semua jenis kerja laporkan pakai AI, praktek ini paling umum di kalangan pekerja hybrid (26%). Hanya 13% pekerja yang kerja di kantor yang pakai tools ini. Pekerja di bidang teknologi paling sering pakai AI (32%), sedangkan pekerja pemerintah paling jarang (hanya 12%).
Dari sisi bisnis, gambarnya lebih kompleks. Perusahaan yang terapkan solusi pencatatan AI melaporkan karyawan mereka menghemat rata-rata lima jam per minggu, yang sebelumnya dipakai untuk mencatat manual. Menurut penelitian TechBullion, kehadiran dan partisipasi dalam rapat juga meningkat 40% ketika pencatatan dilakukan oleh AI.
Penelitian yang lebih luas tunjukkan bahwa pekerja muda mengadopsi AI dalam jumlah yang belum pernah terjadi sebelumnya. Sebanyak 93% pekerja Gen Z melaporkan menggunakan dua atau lebih tools AI setiap minggu.
Tapi di balik manfaatnya, ada juga kekhawatiran yang tumbuh. Banyak yang khawatir tools yang mendongkrak karir mereka sekarang malah bisa mengancam pekerjaan mereka nanti. Survei D2L tahun lalu menemukan bahwa 52% responden Gen Z khawatir digantikan oleh orang dengan keahlian AI yang lebih tinggi. Sebuah survei Deutsche Bank tahun 2024 juga menemukan bahwa 24% pekerja berusia 18-34 memberi tingkat kekhawatiran kehilangan pekerjaan mereka pada angka 8 atau lebih tinggi dari 10.
Pada akhirnya, meskipun para profesional muda ini dapat manfaat—seperti visibilitas yang lebih baik, gaji lebih tinggi, alur kerja lebih lancar—mereka juga mengakui mereka cemas tentang apa arti otomatisasi bagi masa depan karir dan keamanan kerja mereka dalam jangka panjang.